Beranda / Opini / Menanti Nyali Bustami

Menanti Nyali Bustami

Kamis, 25 Juli 2024 11:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Penulis :
Fadhli Irman

DIALEKSIS.COM | Opini - Munculnya dukungan elemen pemuda dan masyarakat di berbagai daerah yang mendesak agar Bustami Hamzah maju pada Pilkada Aceh 2024 semakin menggema. Tak hanya di ibukota Kutaraja bahkan di pesisir barat Aceh bumoe Teuku Umar hingga pesisir selatan Aceh negeri pala dukungan itu terus di senandungkan, bahkan di Kabupaten Pidie hingga Aceh Timur berbagai deklarasi dilakukan hingga baliho berukuran besar juga terpajang sebagai tanda dukungan masyarakat semakin besar.

Baliho besar bergambar Bustami Hamzah sebagai calon Gubernur Aceh sudah bertebaran di beberapa daerah di Aceh hingga di ibu kota provinsi, Banda Aceh. Pada baliho tersebut juga ada yang bertuliskan dari relawan Bustami (RBT). Bahkan, ratusan masyarakat di Aceh Barat atas nama RBT juga sudah mendeklarasikan dukungan kepada Bustami untuk maju sebagai Gubernur Aceh pada Pilkada 2024 mendatang. Tak hanya itu sejumlah masyarakat yang mengatasnamakan Relawan Cinta Aceh (RCA), Selasa 23 Juli 2024 juga turut mendaklarasikan dukungan terhadap Bustami.

Semarak dukungan dengan mengkampanyekan capaian Bustami selama menjabat Pj Gubernur Aceh itu tentu menelan energi dan cost politik yang begitu besar. Mulai dari upaya penggalangan dukungan elemen sipil, kalangan pemuda, berbagai komponen masyarakat secara tersistematis seakan menjadi tanda-tanda bahwa mesin politik para pendukung Bustami di lingkaran pendopo sudah mulai bergerilya.

Namun, di balik maraknya dukungan itu Bustami terkesan masih berlagak acuh tak acuh. "Itu hak asasi orang, bukan hak saya," kata Bustami Hamzah singkat kepada awak media usai penyambutan jamaah haji Aceh kloter terakhir, di asrama haji Embarkasi Aceh, Senin. 

Kemudian, terkait dengan rumor pencalonannya sebagai salah satu kandidat yang bakal bertarung di Pilkada Aceh nantinya, enggan dijawab, saya mengatakan sedang bertugas. "Saya lagi penugasan," jawab Bustami singkat tanpa penjelasan.

Syahdan, moment transit Presiden Joko Widodo bersama delegasi rehat sejenak Presiden Joko Widodo di Bumi Tanah Rencong, Selasa 16 Juli 2024 sebelum bertolak dan kembali dari Abu Dhabi-Unit Emirat Arab, Kamis 18 Juli 2024 sekitar pukul 00.30 WIB lalu justeru membawa dampak dan pantulan terhadap proses Pilkada Aceh, terutama berkaitan dengan posisi Bustami Hamzah, yang kini duduk di kursi Pj Gubernur Aceh. Maklum, jelang hari pendaftaran dan pencoblosan Pilkada Aceh 27 November 2024 mendatang, proses kontestasi demokrasi ini, memang sedikit mengeliat di Aceh. Mencuatnya nama Bustami Hamzah sebagai salah satu kandidat dianggap sebagai rival kuat Muzakir Manaf atau Mualem. 

Bahkan di berbagai spekulasu media sosial hingga pembicaraan warung kopi disebutkan bahwa Bustami sudah mendapat sinyal dukungan pusat, sehingga adapula yang menyebutkan bahwa Bustami Hamzah tak perlu tergesa-gesa mundur terlebih dahulu dari jabatan sebagai Pj Gubernur Aceh karena sudah ada sinyal persetujuan untuk melanjutkan masa tugasnya hingga menjelang pendaftaran Pilkada 2024 nanti. Tak sebatas itu, adapula yang mengatakan bahwa Bustami telah mendapat golden tiket dari Partai untuk maju dan tinggal menunggu waktu.

Terlepas dari berbagai dukungan yang terus mengalir, sikap langsung dari seorang Bustami yang masih tanpa kejelasan maju atau tidaknya pada Pilkada 2024 mendatang juga menjadi sebuah persoalan. Apakah hal ini menjadi bagian skenario agar terkesan bahwa jika nantinya Bustami memutuskan maju karena desakan masyarakat bukan keinginan pribadi dan orang lingkarannya atau bahkan Bustami masih malu-malu kucing untuk menyatakan hasratnya. Namun, tak menutup pula kemungkinan bahwa Bustami masih berupaya untuk sisa waktu untuk menggerakkan mesin politik dengan kekuasaan yang masih ditangannya agar lebih memuluskan langkahnya pada Pilkada mendatang. Adapula yang mengatakan bahwa sosok Pj Gubernur Aceh itu sedang bermain peran untuk mengalihkan perhatian publik terhadap persoalan besar lainnya di Aceh.

Pun demikian, tidak menutup pula kemungkinan bahwa Bustami masih ragu-ragu dan tak bernyali untuk melawan Muzakir Manaf (Mualem) yang merupakan kandidat kuat yang kini juga telah resmi mendapatkan dukungan Gerindra sebagai pemenang Pilpres dan Demokrat hingga partai-partai lainnya di Koalisi 02 yang menyusul akan turut mendukung. Bahkan spekulasi lainnya dari internal PA menyebutkan Bustami takut untuk melawan Mualem yang memiliki mesin politik kuat dan mengakar hingga cerita Bustami yang takkan berani dicap pengkhianat oleh kelompok Mualem jika memang maju pada Pilkada nanti.

Terlepas dari berbagai realita hingga spekulasi di atas, nyali Bustami sebagai orang Aceh saat ini sedang dinanti oleh segenap masyarakat. Akankah Bustami "meuagam" secara ksatria menyatakan maju pada Pilkada 2024 dan rela melepas kursi empuk Pj Kepala Daerah seperti beberapa Pj Kepala Daerah lainnya yang mundur karena ikut Pilkada, atau bahkan Bustami memilih mengabaikan dukungan masyarakat demi mempertahankan kursi empuknya yang hanya menghitung bulan itu. Apapun pilihan Bustami akan menjadi catatan bagi masyarakat Aceh, bernyali atau tidaknya Bustami akan ditunjukkan pada sikapnya nanti.

Penulis:Koordinator Gerakan Pemuda Negeri Pala (GerPALA), Fadhli Irman

Keyword:


Editor :
Alfi Nora

riset-JSI
Komentar Anda