Langkah Ketiga Surya Paloh
Font: Ukuran: - +
Penulis : Risman A Rachman
Risman A Rachman
DIALEKSIS.COM | Opini - Surya Paloh baru saja menyelesaikan langkah keduanya. Bagaimana dengan langkah ketiganya?
Di langkah kedua ini, Surya Paloh sukses mengunci tiket ambang batas dengan tetap menjadikan Nasdem sebagai aktor kunci.
Nasdem dengan 59 kursi, dan PKB dengan 58 kursi. Dengan 117 kursi sudah melebihi ambang batas pencalonan yang mencapai 115 kursi DPR RI.
Selisih satu kursi juga membuat PKB merasa setara dengan Nasdem. Kesetaraan ini membantu kedua pihak untuk saling menjaga satu sama lain.
Sukses langkah kedua ini tentu sangat ditentukan oleh langkah pertama Surya Paloh.
Keberanian Surya Paloh mengusung Anies, walau menimbulkan gempa politik di internal kader Nasdem, namun sukses menarik dukungan Demokrat dan PKS.
Dan, kehadiran Anies sebagai Bacapres pun segera menguncang jagat politik nasional.
Pergerakan Anies, dimana pun menjadii pusat perhatian, berbagai ragam penggambaran tentang Anies, dilakukan tanpa henti.
Salah satu penggambaran yang paling menakutkan adalah bahwa Anies tidak bakal sampai dihantar ke KPU untuk didaftarkan sebagai calon presiden.
Satu partai saja berhasil “diculik” selesai sudah nasib Anies. Dan, nasib Surya Paloh dan Nasdem pasti akan berantakan.
Pada sisi lain, meski terus diperbincangkan, survey-survey justru menunjukkan bahwa elektabilitas Anies tidak merangkak naik.
Anies relatif diterima diberbagai provinsi tapi untuk menjemput kemenangan, Anies butuh sosok yang mampu membantunya untuk merebut suara di pulau Jawa.
Keadaan ini mendorong Anies yang diberi mandat untuk segera menentukan bacawapresnya, dan tugas ini sudah dilakukannya yaitu dengan “memilih” AHY.
Dengan memilih AHY yang memiliki 54 kursi tentu akan mengamankan tiket ambang batas, dengan syarat diterima oleh PKS yang memiliki 50 kursi.
Dengan insting politik yang tajam, Surya Paloh menemukan seberkah cahaya dari bergabungnya Golkar dan PAN ke Prabowo.
Masuknya Golkar yang memiliki 85 kursi, sedikit banyaknya mengganggu harapan Muhaimin yang bercita-cita menjadi calon wakil presiden.
Klop, dua kepentingan bertemu. Kepentingan merebut suara di Pulau Jawa khususnya Jawa Timur bertemu dengan kepentingan menjadi cawapres.
Jadilah Anies dan Cak Imin dipasangkan dengan singkatan yang cukup bagus untuk merebut pemilih berbasis agama yaitu Amin.
Risikonya tentu ada yang terguncang. Demokrat marah dan akhirnya mengambil sikap berpisah dan menarik dukungan kepada Anies.
Langkah ketiga Surya Paloh tentu sangat berat. Pertama, bagaimana meredam kemarahan Demokrat yang sudah menarsikan pengkhianatan dan musang berbulu domba.
Kedua, menjaga PKS agar tidak keluar dari koalisi meski secara ambang batas sudah tidak berpengaruh lagi. Jangan sampai PKS membaca kedatangan PKB mengganggu eksistensi PKS.
Ketiga, bagaimana mendorong PKB untuk memaksimalkan dukungan politik di Jawa, khususnya dari kalangan NU, yang bermasalah dengan keluarga Gus Dur dan sikap PBNU yang netral.
Diketahui, suara dari NU untuk PKB hanya 11.6 persen. Kalah dengan PDIP dan Gerindra. PKB hanya menang sedikit dari Golkar dalam merebut suara kalangan NU (Survey Denny JA, Agustus 2023).
Keempat, bagaiimana Surya Paloh mematahkan analisis yang masih menggambarkan bahwa Anies masih akan gagal/digagalkan menjadi Capres.
Dalam konteks keacehan, Surya Paloh sudah sukses menerapkan ilmu Aceh: “blo siploh peublo sikureueng, lam ruweung na laba.”
Tapi, ada juga haba peuingat yang kerap dialami ureung Aceh yaitu: “coh ujong.” Tentu hal ini yang tidak kita inginkan karena paska Ismail Hasan Meutareum, tidak ada lagi politisi Aceh yang keumah mewarnai politik nasional.
Dak hana sepakat atawa beda haluan politik, beu neusisip doa sukses keu sjedara tanyo Surya Paloh. Kalau neu takat, bek brat-brat tat. Maen halus saja.
Lebih bagus lagi jika tokoh-toloh kunci di nasional, seperti Bang Surya, Bang Riefky, Bang Nasir dan lainnya, kita ajak pulang sejenak untuk ta peusijuk, ta peu krue seumangat. Kata Hasan Tiro SEMANGAT adalah kunci. []
Penulis
Risman A Rachman