Beranda / Opini / Bunuh Diri

Bunuh Diri

Sabtu, 25 Maret 2023 11:00 WIB

Font: Ukuran: - +


Ilustrasi

DIALEKSIS | Hari ini, korupsi terbesar Indonesia tidak terlepas dari kooptasi kekuasaan kementrian keuangan, Sri Mulyani. Khabarnya dia menteri keuangan terbaik di dunia. 

Perputaran uang terlalu besar selama beberapa tahun terakhir. Termasuk saat penanganan Covid 19 dimana pejabat negara berdagang dengan rakyatnya dan mendapatkan keuntungan ratusan atau bahkan ribuan trilyun. Sayangnya perputaran uang itu bukan di kalangan rakyat Indonesia. Rakyat lelah digilas dengan pajak dan beban nasionalisme yang mulai terkikis. 

Kegoncangan dan neraka yang akan dialami oleh pemerintah Indonesia, minimal untuk ngeles dan membantah, dimulai dari sini. Satu persatu kejahatan terungkap, termasuk kehidupan hedonis pejabatnya yang dirujak netizen Indonesia. Bunuh diri massal. 

DPR dan eksekutif udah saling makan, saling mencakar. Meski begitu kedua lembaga ini, (minus PKS) pernah menikmati bancakan hasil setuju 52% APBN dialihkan untuk membiayai IKN. 

Kirain udah sembuh dari sakit kurapnya, hampir semua fraksi di DPR mengulangi kejahatannya dengan setuju mengubah Perppu menjadi UU cilaka. Padahal mereka tau, UU Cilaka itu nyusahin rakyat, sampai kepada hal yang tidak diduga. 

Pejabat Ditjen Pajak, Rafael Alun tak mungkin mau dimatikan jabatannya begitu saja. Ia akan bongkar pejabat diatasnya yang menerima manfaat dari dirinya selama ini. 

Kepala PPATK, Ivan Yustiavandana, tidak mau dicaci sendirian terkait dugaan pencucian uang senilai lebih dari 300 T itu. 

Dia pasti tau ada aliran dana hasil TPPU atau mencurigakan di rekening jendral yang jualan narkoba. Ia tau ada gerakan distribusi uang secara masif di lingkungan pejabat kementrian. Ia juga tau ada oknum anggota DPR tempatkan uang di luar negeri. 

Mungkin ia juga sudah sampaikan semuanya kepada presiden republik Indonesia. Karena dalam jabatannya Ia bertanggungjawab kepada presiden. 

Yang paling beruntung dari semua ini hanya ketua DPR Puan Maharani. Puan beberapa hari lalu didapuk menjadi tikus Senayan oleh BEM UI. Karena dia ketua DPR, maka otomatis Ia menjadi simbol keburukan legislatif. Apalagi hobbynya suka matiin Microphone di dalam sidang. Oya, di kalangan tikus, ada tikus baik dan ada tikus jahat. 

Kelak mereka akan saling berbagi setia di penjara sana. Itupun kalo tidak dihukum mati karena kejahatannya luar biasa. 

Untuk saat ini mahfud MD masih diperlukan oleh bangsa ini untuk bocorkan kejahatan lainnya. Selebihnya, dia pun tidak layak dipercaya. 

Dan semua kebusukan ini makin menjadi-jadi saat Jokowi presidennya.  Ia adalah 'A New Hope' versi majalah TIME edisi 16 Oktober 2014.


Penulis 

Nourman Hidayat Pengamat politik

Keyword:


Editor :
Zulkarnaini

riset-JSI
Komentar Anda