Beranda / Opini / Banda Aceh Menuju Kota Mandiri Berbasis Ekonomi Kreatif

Banda Aceh Menuju Kota Mandiri Berbasis Ekonomi Kreatif

Kamis, 27 Juni 2024 12:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Penulis :
Ahmad Haeqal Asri


Penulis: Ahmad Haeqal Asri, Pemuda Kota Banda Aceh. Foto: for Dialeksis.com


DIALEKSIS.COM | Opini - Banda Aceh, dengan populasi 270.321 jiwa (BPS, 2023), memiliki potensi besar untuk berkembang menjadi kota mandiri tanpa bergantung pada sumber daya alam (SDA). Mengacu pada teori pertumbuhan endogen yang dikemukakan oleh Paul Romer (1986), kota ini dapat memanfaatkan modal manusia, inovasi, dan pengetahuan sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi.

Pariwisata menjadi sektor unggulan yang perlu dikembangkan. Menurut data Dinas Pariwisata Kota Banda Aceh, jumlah wisatawan meningkat 15% per tahun sejak 2020. Masjid Raya Baiturrahman dan Museum Tsunami menjadi magnet utama, menarik rata-rata 500.000 pengunjung per tahun. Pengembangan infrastruktur pendukung wisata dan promosi digital dapat meningkatkan angka ini hingga 25% dalam lima tahun ke depan.

Optimalisasi pajak daerah juga krusial. Data BPKAD Kota Banda Aceh menunjukkan kontribusi pajak terhadap PAD mencapai 35% pada 2023. Dengan menerapkan sistem perpajakan elektronik dan edukasi masyarakat, target peningkatan menjadi 45% dalam tiga tahun adalah hal yang realistis. Ini sejalan dengan teori desentralisasi fiskal Oates (1972), yang menekankan pentingnya kemandirian keuangan daerah.

Industri rumahan atau UMKM merupakan tulang punggung ekonomi lokal. Data Dinas Koperasi dan UKM Kota Banda Aceh mencatat ada 12.500 UMKM aktif pada 2023, menyerap 40% tenaga kerja kota. Mengadopsi model triple helix (Etzkowitz & Leydesdorff, 1995), kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan pelaku usaha dapat mendorong inovasi dan pertumbuhan sektor ini hingga 20% per tahun.

Sektor pendidikan memiliki peran vital. Dengan 5 perguruan tinggi negeri dan 15 swasta, Banda Aceh menjadi hub pendidikan di Aceh. Teori human capital (Becker, 1964) menekankan pentingnya investasi pada pendidikan untuk pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Peningkatan kualitas pendidikan dan riset dapat menarik 10.000 mahasiswa baru per tahun, meningkatkan perekonomian kota melalui multiplier effect.

Untuk mewujudkan visi ini, diperlukan pendekatan penta helix (Calzada, 2016), yang melibatkan pemerintah, akademisi, bisnis, komunitas, dan media. Pemerintah kota harus menciptakan iklim investasi kondusif, sektor swasta berperan dalam penciptaan lapangan kerja, akademisi mendorong inovasi, komunitas aktif dalam pembangunan, dan media membantu sosialisasi program.

Data BPS menunjukkan pertumbuhan ekonomi Banda Aceh mencapai 4,5% pada 2023. Dengan fokus pada empat sektor utama - pariwisata, pajak, UMKM, dan pendidikan - target pertumbuhan 7% per tahun dalam lima tahun ke depan adalah hal yang mungkin dicapai. Ini akan meningkatkan pendapatan per kapita dari Rp 52 juta (2023) menjadi Rp 73 juta pada 2028.

Banda Aceh memiliki potensi besar untuk menjadi model kota mandiri berbasis ekonomi kreatif di Indonesia. Dengan strategi yang tepat dan implementasi yang konsisten, kota ini dapat mencapai kemajuan ekonomi yang berkelanjutan, membuktikan bahwa kemandirian ekonomi tanpa ketergantungan pada SDA adalah sebuah keniscayaan di era ekonomi berbasis pengetahuan.

Penulis: Ahmad Haeqal Asri, Pemuda Kota Banda Aceh

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda