DIALEKSIS.COM | Jakarta - Kementerian Kesehatan mengingatkan masyarakat untuk waspada terhadap leptospirosis, penyakit yang kerap muncul pascabanjir dan tanah longsor. Meski gejalanya mirip demam biasa, penyakit ini bisa berakibat fatal bila terlambat ditangani.
Direktur Jenderal Penanggulangan Penyakit Kemenkes, drg. Murti Utami, menekankan pentingnya pencegahan sejak dini. “Leptospirosis sebenarnya bisa dicegah jika kita waspada sejak awal, baik dari sisi lingkungan, perilaku masyarakat, maupun kesiapsiagaan layanan kesehatan,” ujarnya, Jumat (19/12/2025).
Leptospirosis adalah penyakit zoonosis yang disebabkan bakteri Leptospira dan ditularkan melalui urin hewan, terutama tikus. Penularan terjadi melalui air, lumpur, tanah, atau makanan yang terkontaminasi -- kondisi yang sering muncul pascabanjir.
Murti Utami mengingatkan, risiko infeksi meningkat bila masyarakat membersihkan rumah atau beraktivitas di area tergenang tanpa perlindungan.
“Jika mengalami demam, nyeri otot, sakit kepala, atau mata merah setelah terpapar air banjir atau lumpur, segera periksa ke fasilitas kesehatan. Jangan menunggu sampai kondisi memburuk,” tegasnya.
Selain menjaga perilaku, sanitasi lingkungan juga harus diperhatikan. Kemenkes menilai genangan air dan populasi tikus pascabanjir menjadi faktor utama penyebaran leptospirosis. Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) menjadi salah satu kunci pencegahan.
Di sisi layanan kesehatan, Murti Utami meminta fasilitas medis meningkatkan kewaspadaan. “Leptospirosis harus dijadikan diagnosis banding pada kasus demam akut dengan riwayat paparan risiko dalam dua minggu terakhir,” katanya.
Dinas kesehatan daerah juga diminta memantau tren kasus, melaporkan cepat melalui Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR), serta melakukan penyelidikan epidemiologi jika ditemukan peningkatan kasus. [in]
