Sejarah Para Rektor Diangkat Jadi Menteri, Siapa Saja?
Font: Ukuran: - +
Foto ilustrasi. (iStockphoto/malerapaso)
DIALEKSIS.COM | Nasional - Rektor merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut pimpinan tertinggi di perguruan tinggi. Karena posisinya yang tinggi itu, seorang rektor dianggap memiliki pengetahuan yang mumpuni dalam bidangnya dan dipercaya mampu mengelola perguruan secara keseluruhan.
Di Indonesia, ada sejumlah rektor perguruan tinggi yang diberi mandat oleh presiden untuk membantu dalam kabinet kerjanya. Melansir dari beberapa sumber, berikut ini adalah rektor-rektor yang diberi mandat untuk menjadi menteri .
1. Pratikno, Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM)
Dipercayai untuk menjabat sebagai Menteri Sekretaris Negara untuk dua periode, yakni 2014-2019 dan 2019-2024, Pratikno rupanya juga pernah menjadi rektor salah satu perguruan tinggi ternama di Indonesia.
Pratikno merupakan Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) yang menjabat dari tahun 2012 hingga 2017. Berhasil dipercaya menjadi rektor, rupanya Pratikno pernah mengenyam pendidikan di UGM.
Pratikno memperoleh gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan di Fisipol UGM tahun 1998. Setelah lulus, ia memutuskan untuk mengambil master di bidang administrasi pembangunan di University of Birmingham, Inggris pada tahun 1991.
Selanjutnya untuk gelar doktor, Pratikno memperolehnya dari Flinders University, Australia pada tahun 1997. Pratikno pernah menjadi tim seleksi anggota KPU dan Bawaslu serta moderator debat Pilpres 2009.
Namanya mulai dikenal publik ketika ia menjadi moderator debat capres pada Pilpres 2014. Selain pencapaian-pencapaian tersebut, Pratikno juga pernah diangkat oleh Gubernur DIY untuk menjadi anggota panitia Rencana Aksi Nasional HAM untuk Provinsi DIY.
2. M. Nasir, Rektor Universitas Diponegoro (Undip)
Tercatat pada tahun 2014 hingga 2019, M. Nasir merupakan salah satu jajaran dalam Kabinet Kerja Jokowi - Jusuf Kalla. Dalam kabinet tersebut, M. Nasir menjabat sebagai Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi.
Sebelum menjadi menteri, M. Nasir rupanya merupakan rektor di Universitas Diponegoro (Undip) dengan masa jabatan dari 2014 hingga 2018. Mantan Rektor Undip ini juga pernah menjadi Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) di Undip, yang memiliki gagasan cemerlang di bidang riset.
M Nasir memperoleh gelar sarjana hingga doktor dari beberapa kampus ternama. Ia lulus S1 di Undip, S2 Universitas di Gadjah Mada (UGM), dan S3 di University of Science Penang Malaysia.
3. Anies Baswedan, Rektor Universitas Paramadina
Siapa yang tidak mengenal Anies Baswedan? Gubernur Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta ini sebelumnya merupakan seorang rektor dan menteri. Anies Baswedan adalah Rektor Universitas Paramadina yang menjabat selama delapan tahun, dari 2007 hingga 2015.
Di tahun 2014, Anies Baswedan mendapatkan mandat dari Presiden Jokowi untuk menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Namun pada tahun 2016, saat Presiden Jokowi melakukan perombakan terhadap kabinetnya, Anies Baswedan kemudian diberhentikan dari posisi menteri dan digantikan oleh Muhadjir Effendy.
Merupakan seorang yang terdidik, Anies menempuh jenjang SI di Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM) dan dinyatakan lulus tahun 1995. Pada tahun 1997, Anies meraih gelar master dari School of Public Affairs, University of Maryland, College Park.
Dua tahun kemudian, ia memperoleh gelar doktor dari Northern Illinois University. Saat dilantik menjadi rektor, Anies masih berumur 38 tahun. Oleh karena itu, ia menjadi rektor termuda di Indonesia.
4. Muhadjir Effendy, Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM)
Muhadjir Effendy seorang tokoh pendidikan yang mengawali karier sebagai karyawan honorer. Ia dipercaya untuk menjabat sebagai rektor selama tiga periode dan juga pernah menjadi menteri.
Muhadjir Effendy merupakan Guru Besar Fakultas Ilmu Pendidikan di Universitas Negeri Malang yang kemudian dipercaya menjadi Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) selama tiga periode, mulai dari tahun 2000 hingga 2016.
Pada Kabinet Kerja Jokowi - Jusuf Kalla, Muhadjir Effendy dipercaya untuk menggantikan Anies Baswedan sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pada tahun 2016. Di hari pertama ia menjabat, Muhadjir membuat heboh masyarakat lantaran gagasan ide mengenai full day school.
Tak lama dari itu, ia pun meminta maaf atas kesalahpahaman yang muncul akibat idenya. Muhadjir kini menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Pembangunan dan Kebudayaan Indonesia dalam Kabinet Indonesia Maju Jokowi-Ma’ruf Amin yang mulai bekerja sejak 23 Oktober 2019.
5. Soemantri Brodjonegoro, Rektor Universitas Indonesia (UI)
Soemantri Brodjonegoro juga tercatat sebagai salah satu dari beberapa rektor perguruan tinggi Indonesia yang kemudian menjabat sebagai menteri. Soemantri merupakan Rektor Universitas Indonesia yang menjabat selama dua periode, yaitu tahun 1964-1968 dan 1968-1973.
Dengan masa jabatan yang hampir menyentuh 9 tahun, Soemantri menjadi Rektor UI yang memiliki masa jabatan paling lama. Selain itu pula, Soemantri juga dipercaya untuk menjabat sebagai menteri selama beberapa kali dalam masa pemerintahan Presiden Soeharto.
Soemantri sempat menjabat sebagai Menteri Pertambangan dalam Kabinet Ampera II, yang mulai bertugas tanggal 14 Oktober 1967 sampai dengan 6 Juni 1968. Saat itu Soemantri mengaku bahwa alasan dari kebersediaan dirinya untuk masuk dalam pemerintahan adalah untuk memperbaiki keadaan kala itu. Pengakuan tersebut terbukti kebenarannya.
Penunjukan Soemantri sebagai Menteri Pertambangan dinilai sangat tepat lantaran ia berhasil menata kembali regulasi di sektor pertambangan dari transisi Orde Lama ke Orde Baru dan membuat Indonesia mendulang nikmatnya uang segar dari sektor pertambangan terutama minyak bumi.
Selain menjabat sebagai Menteri Pertambangan, Soemantri juga pernah menjabat sebagai Menteri Penerangan dua kali berturut-turut pada tahun 1968-1973. Lalu di tahun 1973-1978, Soemantri ditunjuk Soeharto untuk menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalam Kabinet Pembangunan II [sindonews.com].