Sampah Makanan di Indonesia Terus Bertambah, Ini Dampak yang Dihadapi Manusia
Font: Ukuran: - +
Reporter : Auliana Rizki
Ilustrasi sampah rumah tangga. [Foto: Shutterstock]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Berdasarkan penelitian yang diadakan oleh The Economist Intellegence Unit (TEIU) pada tahun 2017, Indonesia merupakan negara kedua penghasil sampah makanan terbanyak di dunia yaitu 300 kg tiap individu.
Hal itu disampaikan oleh Anggota Komisi Pengkajian dan Penelitian MUI, Dr. Ala'i Nadjib dalam ceramah inklusif yang bertemakan "Islam dan Sampah Makanan" pada Sabtu (30/4/2022).
Ia mengatakan, sampah yang paling banyak ditemukan bukan dari restoran atau pun tempat makan biasa namun dari rumah tangga.
Ia juga menyebut, ada beberapa restoran yang memang kebijakannya jika ada makanan lebih tidak boleh dikasih ke orang lain, bahkan ke karyawannya tidak boleh.
"Mungkin takut makananya basi atau menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, tapi ya hal ini banyak memicu sampah makanan berlebihan," ucapnya.
Adapun sampah makanan terjadi karena beberapa faktor antara lain memang tidak mau menghabiskan makanan, makanan tidak sesuai dengan porsi, membeli atau memasak makanan yang tidak disukai, dan gaya hidup terlalu gengsi jika menghabiskan makanan di depan orang banyak.
"Sebenarnya gengsi seperti ini harus dijauhkan dari hidup, malu menghabiskan makanan dengan alasan di depan orang banyak adalah perbuatan yang salah," jelasnya lagi.
Lanjutnya, sampah makanan mempunyai dampak yang besar seperti menghasilkan gas metana. Artinya sejak sampah-sampah menempuh di TPA, kemudian membusuk dan mulai terdegdrasi maka sampah tersebut akan menghasilkan gas metana dan hal ini sangat berpengaruh pada pemanasan global.
Tidak hanya itu, alih-alih bisa terjadi ledakan sampah, belum lagi mengeluarkan bau yang tak sedap, udara yang dihirup masyarakat juga tidak bagus lagi.
Kemudian mengurangi keragaman mahkluk hidup, membuang air karena menyiram sampah makanan, dan juga membuang minyak bumi, serta menyia-nyiakan tanah.
"Banyak sekali dampak yang terjadi, tanpa kita sadari akibat dari perbuatan manusia sendiri berpengaruh pada pemanasan global," pungkasnya. [AU]