kip lhok
Beranda / Berita / Nasional / Saham BRIS ARA Melonjak 25 Persen Pasca Merger

Saham BRIS ARA Melonjak 25 Persen Pasca Merger

Selasa, 13 Oktober 2020 13:45 WIB

Font: Ukuran: - +

[Karyawan menunjukan uang rupiah di salah satu kantor cabang BRI Syariah di Jakarta, Rabu (29/7/2020). Bisnis - Abdurachman]


DIALEKSIS.COM | Jakarta - Saham PT Bank BRIsyariah Tbk. (BRIS) melesat pada perdagangan Selasa (13/10/2020) seiring dengan putusan merger bank BUMN syariah. Adapun, BRIS akan menjadi surviving entity.

Pada sesi I pukul 11.30 WIB, saham BRIS melesat 25 persen atau 225 poin menjadi Rp1.125, sehingga terkena auto reject atas (ARA). Sepanjang hari ini, saham BRIS bergerak di rentang Rp920 - Rp1.125.

Saham BRIS menjadi top gainers atau mencatatkan kenaikan tertinggi di antara saham lainnya dan diburu investor asing. Net buy investor asing mencapai Rp32,19 miliar.

Adapun, total transaksi saham BRIS mencapai Rp981,06 miliar. Kapitalisasi pasarnya sebesar Rp10,93 triliun. Sepanjang 2020, harga BRIS melambung 240,91 persen.

Seperti diketahui, PT Bank BRISyariah Tbk. akan menjadi entitas yang menerima penggabungan (surviving entity) dalam merger bank syariah BUMN.

Perseroan mengumumkan hal tersebut dalam keterbukaan informasinya, Selasa (13/10/2020). Kemarin, BRISyariah bersama Bank Syariah Mandiri, BNI Syariah serta bank induk, yaitu Bank Mandiri, BRI, dan BNI menandatangani perjanjian penggabungan bersyarat sehubungan dengan rencana merger ketiganya.

Rencana merger 3 bank syariah milik bank BUMN tersebut hanya akan efektif setelah diperolehnya persetujuan dari otoritas yang berwenang dan dengan memperhatikan ketentuan anggaran dasar dari masing-masing pihak serta ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

"Memperhatikan perjanjian penggabungan bersyarat, setelah penggabungan menjadi efektif, BRIS akan menjadi entitas yang menerima penggabungan [surviving entity], dan pemegang saham BNI Syariah dan pemegang saham BSM akan menjadi pemegang saham entitas yang menerima penggabungn," demikian pengumuman manajemen yang dikutip Bisnis.

Terkait dengan proses penggabungan tersebut, Menteri BUMN Erick Thohir menyampaikan bahwa merger bank syariah milik bank BUMN menjadi sejarah baru bagi industri perbankan syariah.

Menurut Erick, sebagai negara dengan populasi umat muslim terbesar di dunia sudah sepantasnya Indonesia memiliki bank syariah yang kuat [Bisnis].

Keyword:


Editor :
Redaksi

Berita Terkait
    riset-JSI
    Komentar Anda