Beranda / Berita / Nasional / Rugi Rp 15 Triliun, Yusuf Mansur Dorong Masyarakat Beli Saham Garuda Indonesia

Rugi Rp 15 Triliun, Yusuf Mansur Dorong Masyarakat Beli Saham Garuda Indonesia

Sabtu, 07 November 2020 14:00 WIB

Font: Ukuran: - +

[Dok. Garuda Indonesia]

DIALEKSIS.COM | Jakarta - Ustaz Yusuf Mansur angkat bicara menanggapi kinerja maskapai penerbangan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. atau yang membukukan kerugian hingga US$ 1,07 miliar atau Rp 15,32 triliun selama kuartal ketiga 2020 ini.

Dari postingan Instagramnya Ustaz Yusuf Mansur menyatakan masyarakat tak perlu pusing dengan kinerja perusahaan tersebut. Apalagi perekonomian Indonesia pada dasarnya berlandaskan ekonomi gotong royong dinilai bisa jadi cara membantu maskapai tersebut lewat ekonomi koperasi.

“Ga usah pusing nih Garuda, contohnya... Biar disuntik permodalan oleh rakyat secara direct... Secara lsg. Lewat koperasi,” kata Yusuf Mansur dalam postingan di akun @yusufmansurnew, Sabtu (7/11/2020).

Yusuf menjelaskan, salah satu cara yang bisa dilakukan untuk membantu Garuda adalah dengan rakyat menjadi pemegang saham baru GIAA. Hal serupa dilakukannya ketika membeli saham emiten perbankan syariah PT Bank BRI Syariah Tbk. (BRIS) dalam volume besar.

Saat itu harga saham BRIS menjulang dalam beberapa waktu lalu akibat isu merger. “Masyarakat lewat koperasi, membeli saham BRIS. Sbb berkah kali, masyarakat yg ikutan saham, untung banget di BRIS. Alhamdulillaah,” kata Yusuf.

Begitu juga dengan Garuda Indonesia saat ini, menurut Yusuf, perseroan seharusnya tak lagi dipusingkan dengan utang berbunga jika semakin banyak warga negara turut membeli saham perusahaan tersebut. Sebab, rakyat tidak akan membungakan piutang yang diberikan kepada perseroan setelah membeli sahamnya.

Dalam pandangan Yusuf, rakyat sudah cukup bangga dengan keadaan asli bahwa rakyat bisa memiliki Garuda secara korporasi. “Brp sih yang dibutuhkan Garuda? Hehehe. Belagu ya? Engga belagu. Simpel banget. Asli.... Cuma 15T, kan? Kecil banget ini,” kata Yusuf.

Kerugian Rp 15 triliun yang ditanggung oleh Garuda, menurut Yusuf, sebenarnya terbilang sangat kecil jika ditalangi oleh 10 juta orang. Sebab, artinya tiap orang hanya perlu menyumbang modal Rp 1,5 juta saja. Menabung saham di GIAA juga dinilai hanya semudah memotong gaji semua karyawan, buruh, guru, dokter, tentara, dan polisi.

Meski begitu, kata Yusuf, Garuda Indonesia tetap harus melakukan perbaikan dari segala sisi. Jika masyarakat bahu membahu, semua permasalahan di negeri ini akan selesai dengan nyata dan gampang.

Sebelumnya dalam laporan keuangan kuartal III tahun 2020 disebutkan Garuda Indonesia mengalami rugi bersih sebesar US$ 1,07 miliar atau Rp 15,32 triliun. Angka ini didasarkan pada kurs jisdor pada Jumat (6 November 2020) yakni Rp 14.321 per dolar AS. Adapun penyebab utama kerugian itu adalah anjloknya pendapatan menjadi US$ 917,28 juta, jauh di bawah perolehan kuartal III tahun lalu sebesar US$ 2,79 miliar.

Dari sisi kewajiban, per akhir September, emiten penerbangan pelat merah tersebut tercatat memiliki liabilitas sebesar US$ 10,36 miliar atau Rp 148,36 triliun. Angka ini melonjak 177,74 persen dibandingkan catatan kuartal III tahun 2019 sebesar US$ 3,73 miliar. Di lantai bursa, saham GIAA ditutup parkir dalam posisi stagnan pada Jumat kemarin, sama seperti hari perdagangan sebelumnya yakni Rp 242 per lembar saham. (BISNIS/TEMPO)

Keyword:


Editor :
Sara Masroni

riset-JSI
Komentar Anda