Beranda / Berita / Nasional / Pidato Mendikbud Viral, Pengamat: Guru Sulit Berubah

Pidato Mendikbud Viral, Pengamat: Guru Sulit Berubah

Senin, 25 November 2019 09:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Mendikbud Nadiem Makarim memberikan pidato saat acara Lepas Sambut di Kemendikbud, Jakarta, Rabu (23/10/2019). [Foto: Arya Manggala/Suara.com]

DIALEKSIS.COM | Jakarta - Pidato Mendikbud Nadiem Makarim memperingati Hari Guru Nasional, 25 November 2019, tiba-tiba viral dalam dua hari ini. Pidato dalam dua halaman itu beredar di media sosial WhatsApp dan Facebook.

Dalam pidato itu, Nadiem antara lain mengajak guru membuat perubahan dalam mengajar ke murid-muridnya. Pendiri Gojek ini mendorong guru untuk mengajak muridnya berdiskusi, bukan hanya mendengar.

Namun Nadiem juga sadar, birokrasi, tugas administratif menumpuk dan beratnya kurikulum, menjadi kendala bagi guru untuk berkreasi. 

"Anda ingin membantu murid yang mengalami ketertinggalan di kelas, tetapi waktu Anda habis untuk mengerjakan tugas administratif tanpa manfaat yang jelas," katanya.

Berikut isi lengkap sambutan Nadiem, yang diambil dari laman resmi Kemendikbud, seperti dirilis Tempo, Senin (25/11/2019) pagi.

Bapak dan Ibu Guru yang saya hormati,

Biasanya Hari Guru dipenuhi oleh kata-kata inspiratif dan retorik. Mohon maaf, tetapi hari ini pidato saya akan sedikit berbeda. Saya ingin berbicara apa adanya, dengan hati yang tulus, kepada semua guru di Indonesia, dari Sabang sampai Merauke.

Guru Indonesia yang Tercinta, tugas Anda adalah yang termulia sekaligus yang tersulit.

Anda ditugasi untuk membentuk masa depan bangsa, tetapi lebih sering diberi aturan dibandingkan pertolongan.

Anda ingin membantu murid yang mengalami ketertinggalan di kelas, tetapi waktu Anda habis untuk mengerjakan tugas administratif tanpa manfaat yang jelas.

Anda tahu betul bahwa potensi anak tidak dapat diukur dari hasil ujian, tetapi terpaksa mengejar angka-angka karena didesak berbagai pemangku kepentingan.

Anda ingin mengajak murid keluar kelas untuk belajar dari dunia sekitarnya tetapi kurikulum yang begitu padat menutup pintu petualangan.

Anda frustrasi karena Anda tahu betul bahwa di dunia nyata kemampuan berkarya dan berkolaborasi akan menentukan kesuksesan anak, bukan kemampuan menghafal.

Anda tahu bahwa setiap anak memiliki kebutuhan berbeda, tetapi keseragaman telah mengalahkan keberagaman sebagai prinsip dasar birokrasi.

Anda ingin setiap murid terinspirasi, tetapi Anda tidak diberi kepercayaan untuk berinovasi.

Saya tidak akan membuat janji-janji kosong kepada Anda. Perubahan adalah hal yang sulit dan penuh ketidaknyamanan. Satu hal yang pasti, saya akan berjuang untuk memerdekakan belajar di Indonesia.

Namun perubahan tidak dapat dimulai dari atas. Semuanya berawal dan berakhir dari guru, Jangan menunggu aba-aba, jangan menunggu perintah. Ambilah langkah pertama.

Besok di mana pun Anda berada, lakukan perubahan kecil di kelas Anda.

Ajaklah kelas berdiskusi, bukan hanya mendengar

Berikan kesempatan kepada murid untuk mengajar di kelas

Cetuskan proyek bakti sosial yang melibatkan seluruh kelas

Temukan suatu bakat dalam diri murid yang kurang percaya diri

Tawarkan bantuan kepada guru yang sedang mengalami kesulitan

Apapun perubahan kecil itu, jika setiap guru melakukannya secara serentak, kapal besar bernama Indonesia pasti akan bergerak.

Selamat Hari Guru.

Salinan Pidato Nadiem Makarim yang viral. [Foto: Kompas.com]

Guru Sulit Berubah

Pemerhati pendidikan Indra Charismiadji mengatakan para guru menghadapi tantangan berat dalam menjalankan arahan Mendikbud Nadiem Makarim agar mereka bebas dari urusan administrasi.

"Tantangan terberat bagi guru dalam menjalankan arahan Mendikbud, karena mereka menghadapi atasan mereka yang sayangnya bukan Mas Menteri melainkan kepala daerah," ujar Indra di Jakarta, Minggu (24/11/2019).

Ia menambahkan para guru sulit menolak jika kepala dinas pendidikan atau kepala daerah, meminta agar mereka mengisi dokumen.

"Perlu adanya sebuah rencana strategis yang lintas kementerian, lembaga negara, pemerintah daerah, sampai dengan pihak swasta baik sebagai penyelenggara pendidikan maupun yang mendukung program pendidikan," kata Indra Charismiadji.

Pelaksanaan solusi tersebut pun harus berupa kolaborasi bersama bukan hanya satu atau dua pihak saja. Kemdikbud dapat ditunjuk Presiden sebagai sektor yang memimpin, tapi implementasi harus kolaborasi dan tidak terbatas anggaran masing-masing, katanya.

Indra juga menambahkan terdapat sejumlah persoalan seperti kekurangan guru, tetapi data Kemdikbud dan Bank Dunia menunjukkan bahwa Indonesia justru kelebihan guru karena memiliki rasio guru yang jauh lebih baik dari Amerika Serikat, Inggris, Australia, dan lainnya. Begitu juga Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK) juga penuh dengan calon guru.

Dari sisi pendapatan, terdapat data menunjukkan bahwa banyak guru yang pendapatannya jauh di bawah upah minimum, tetapi faktanya juga banyak guru yang berpenghasilan belasan bahkan puluhan juta per bulan.

Untuk itu, kata dia, harusnya ada penyelarasan data dengan tingkat urgensi tinggi.

Dari sisi kualitas, hasil Uji Kompetensi Guru (UKG) sampai sekarang belum ada perkembangan. Hal itu dikarenakan belum adanya proses perbaikan yang jelas.  

"Tata kelola guru harus dibenahi, jika Presiden Jokowi memprioritaskan pembangunan SDM unggul dengan ujung tombaknya adalah guru," kata dia.(me/tempo)

Keyword:


Editor :
Makmur Emnur

riset-JSI
Komentar Anda