DIALEKSIS.COM | Aceh - Harapan agar pesantren tetap fokus pada upaya melahirkan generasi ulama mengemuka dalam seminar nasional yang berlangsung di Pesantren Maqam Mahmuda, Aceh Tengah. Seminar Nasional ini mengangkat tema Eksistensi Pesantren dalam Menyiapkan Indonesia Emas 2045.
Hadir sebagai narasumber, Direktur Pontren Direktorat Jenderal pendidikan Islam kementerian Agama Basnang Said, Hasan As’ary guru besar sejarah pendidikan Islam UIN Sumatera Utara, Zulkarnain guru besar bidang Filsafat pendidikan Islam IAIN Takengon.
Pesantren Maqam Mahmuda didirikan oleh almarhum Dr. H Mahmud Ibrahim di Aceh Tengah sepuluh tahun lalu. Kini pesantren tersebut dikelola oleh Dr. Abdiasyah Linge, putra dari Dr. H Mahmud Ibrahim. Pesatren ini terus berkembang pesat. Selain SD IT, ada juga Pendidikan Diniyah Formal tingkat Wustha dan Ulya yang sudah meluluskan beberapa tingkat alumni.
Seminar Nasional digelar dalam rangka haul dan milad ke-10 Pesantren Maqam Mahmuda. Selain seminar nasional, dihelat juga zikir dan do’a, wisuda lulusan angkatan ke 3, pagelaran seni, serta malam apresiasi peserta didik berpretasi. Acara diikuti semua santri, wali santri, kiyai, serta sejumlah undangan.
Hadir memberikan sambutan, Bupati Aceh Tengah Haily Yoga menyampaikan bahwa pesantren selama ini telah berperan aktif mencerdaskan generasi bangsa. Dia berharap, pesantren ke depan terus berupaya lebih maksimal untuk menghasilkan lulusan yang dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, secara khusus dalam upaya memakmurkan masjid.
Guru besar Sejarah Pendidikan Islam UIN Sumatera Utara Hasan As’ary mengatakan bahwa fungsi pesantren dalam regenasi ulama harus tetap menjadi fokus. Sebab, keberadaan ulama itu sangat dibutuhkan oleh masyakat. Karena dibutuhkan, maka harus disediakan, dan proses menyediakan ulama itulah pesantren.
“Pendidikan akhlak tentu harus menyatu dengan pendidikan berbagai disiplin ilmu pengetahuan yang dibutuhkan sebagai bekal hidup dalam menghadapi perubahan,” jelasnya di Aceh Tengah, Rabu (14/5/2025).
Guru Besar bidang Filsafat Pendidikan Islam IAIN Takengon, Zulkarnain memberi titik tekan pada pentingnya pengelola pesantren memahami tata kelalo pesantren setelah terbitnya undang-undang tentang Pesantren beserta turunanya. Pesantren sudah menjadi bagian dari sistem pendidikan nasional. Transformasi tata kelalo kelembagaan Pesantren harus disesuaikan dengan regulasi yang diatur oleh pemerintah.
“Pembentukan Dewan Masyayikh sebagai perumus dokumen dan penjamin mutu pesantren menurutnya mendesak untuk dibentuk oleh pesantren. Dalam pembentukan Dewan Masyayikh pihak pesantren berkoordinasi dengan pemerintah daerah, kemenag, serta pemangku kepentingan lainya, mengikuti aturan yang terkait,” paparnya.
Direktur PD Pontren Basang Said, menyampaikan bahwa pendidikan pesantren telah menjadi perhatian khusus oleh pemerintah, sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional, peran menyiapkan suberdaya manusia yang beriman, berilmu, dan berakhlak dalam menyiapkan Indonesia emas tahun 2045 melalui pendidikan pesantren sangat diharapkan.
Pesantren telah berkesemlatan mengelola pendidikan Mu’addalah, atau Dinyah Formal secara berjengjang, dan Ma’had Aly juga dapat diusulkan bila telah memenuhi persyaratan. Selain itu juga harus disiapkan lembaga penjamin mutunya. Atas nama Menteri Agama kami menyampaikan apresisasi kepada pimpinan pesantren Yamuda dan jajaran atas dedikasi mendidik anak bàngsa.
Dr. Abdiansyah Lige pimpinan pesantren di dampingi oleh Dr. Ihsan Harun menyampaikan bahwa hasil seminar ini segera ditindaklanjuti, agar dokumen yang pendukung kemajuan pesantren ini segera terwujud. [*]