kip lhok
Beranda / Berita / Nasional / Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III 2018 Melambat

Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III 2018 Melambat

Rabu, 24 Oktober 2018 10:12 WIB

Font: Ukuran: - +

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara (Foto: Andri/KOMPAS) 

DIALEKSIS.COM | Jakarta - Bank Indonesia ( BI) memprediksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2018 tak sekuat capaian kuartal II 2018. Pada kuartal sebelumnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,27 persen. Angka tersebut tumbuh lebih tinggi daripada kuartal I 2018 sebesar 5,06 persen. 

Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara mengatakan angka pertumbuhan ekonomi kuartal III 2018 tak akan jauh beda dengan kuartal I 2018. "Angkanya mirip-mirip kuartal I 2018. Kurang dari 5,1 persen sedikit," ujar Mirza dalam konferensi pers di Gedung BI, Jakarta, Selasa (23/10). 

Hal ini, salah satunya, disebabkan penurunan ekspor netto. Meskipun konsumsi tetap baik didukung daya beli yang terjaga dan belanja terkait Pemilu serta keyakinan konsumen yang tetap tinggi. Investasi pun masih tumbuh cukup tinggi ditopang baik investasi bangunan, terkait proyek infrastruktur dan properti, maupun investasi non-bangunan. Namun, kenaikan pertumbuhan ekspor tidak sekuat proyeksi. Di sisi lain, impor yang tumbuh tinggi. 

"Pertumbuhan ekspor lebih terbatas disebabkan kinerja ekspor komoditas andalan, seperti pertanian dan pertambangan, yang tidak sekuat prakiraan," kata Mirza. 

Selain itu, faktor ekonomi global juga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi pada kuartal III. "Penurunan proyeksi ekonomi dunia juga dipengaruhi ketegangan hubungan dagang antara AS dan negara lain yang kemudian menurunkan volume perdagangan dunia," kata Mirza. 

Sementara itu, harga komoditas ekspor Indonesia tumbuh lebih lambat, di tengah harga minyak dunia yang terus meningkat. Di sisi lain, ketidakpastian di pasar keuangan global yang masih tinggi juga mendorong investor global menempatkan dananya di aset-aset yang dianggap aman, khususnya di AS. 

"Berbagai perkembangan tersebut pada gilirannya mengakibatkan dolar AS terus menguat dan akhirnya membuat tren pelemahan banyak mata uang negara berkembang berlanjut sampai dengan pertengahan Oktober 2018," jelas Mirza. (Ambaranie/Sakina/KOMPAS)


Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
Komentar Anda