Pendiri Partai Demokrat Desak SBY Mundur Sebagai Ketum
Font: Ukuran: - +
Forum Komunikasi Pendiri dan Deklarator Partai Demokrat menggelar konferensi pers desak agar Partai Demokrat mempercepat kongres atau kongres luar biasa di T.B Simatupang, Jakarta, Selasa (2/7). Foto:
DIALEKSIS.COM | Jakarta - Salah satu pendiri Partai Demokrat, Hengky Luntungan yang juga tergabung dalam Forum Komunikasi Pendiri dan Deklarator Partai Demokrat mendesak Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mundur dari jabatan Ketua Umum Partai Demokrat.
Desakan ini disampaikan Hengky lantaran SBY dinilai gagal memimpin Partai Demokrat selama periode kepemimpinannya. Dia menilai SBY justru membuat partai porak poranda.
"SBY gagal selama menjadi ketua umum dalam dua periode pemilu yaitu tahun 2014 dan 2019," kata Hengky saat konferensi pers di kawasan TB Simatupang, Jakarta Selatan, Selasa (2/7).
Hengky bahkan menyebut SBY sebagai ketua umum yang tinggal kelas hingga dua kali karena telah menghilangkan lebih dari setengah suara pendukung partai dalam dua periode pemilu.
Periode pertama, papar Hengky, SBY kehilangan suara pendukung partai hingga 50,05 persen dari suara semula sebesar 20,40 persen menjadi 10,19 persen perolehan suara. Pada periode kedua, perolehan suara kembali turun dari 10,19 persen menjadi hanya 7,77 persen.
Tak hanya soal kegagalan mempertahankan suara pendukung partai, menurut Hengky, SBY juga telah merusak tatanan partai dengan melanggar sejumlah AD/ART. SBY bahkan tak segan membuat Demokrat menjadi partai dinasti dengan memberi sejumlah jabatan untuk keluarganya.
"SBY menganut sistem partai dinasti dan sering melakukan manajemen konflik atau menyingkirkan para pejuang partai yang telah berjasa kepadanya," kata dia.
Hengky membeberkan 'dosa' lain SBY yang dinilai menghancurkan Partai Demokrat, di antaranya membuat jabatan struktur yang bukan hasil kongres hingga rangkap jabatan.
Selain itu, membuat konvensi presiden untuk Pemilu 2014 tapi tidak dijalankan sebagaimana mestinya hingga memutuskan posisi Partai Demokrat sebagai partai netral pada Pilpres 2014.
"Bahkan kepemimpinan monolog yang artinya tidak boleh dikoreksi apapun hasilnya," kata dia.
Atas dasar itu, Hengky dan sejumlah anggota Forum Komunikasi Pendiri dan Deklarator Partai Demokrat mendesak SBY mundur dari jabatannya sebagai ketua umum melalui kongres luar biasa yang harus segera digelar dalam waktu dekat.
"Segera melakukan kongres dipercepat atau kongres luar biasa dipercepat," kata dia.
SBY Bukan Pendiri Partai
Dalam kesempatan itu, Hengky juga menjelaskan bahwa Partai Demokrat bukan didirikan oleh SBY. Pada dasarnya, Presiden ke-enam RI ini adalah kader biasa yang baru bergabung dengan partai setelah Demokrat berdiri kurang lebih dua tahun.
"Demokrat berdiri tanggal 10 September 2001, yang pasti nama dan wajah SBY belum pernah hadir dalam rapat-rapat pendiri Partai Demokrat," kata Hengky.
"Saya bersyukur masih ada bukti dokumentasi rekaman video bahwa SBY meminta untuk menjadi salah satu kader Partai Demokrat di tahun 2003," lanjutnya.
Menanggapi desakan Forum Komunikasi Pendiri dan Deklarator Partai Demokrat itu, Wakil Sekjen Partai Demokrat Rachland Nashidik mengatakan partainya belum mau menyikapinya karena masih berduka atas meninggalnya istri SBY, Ani Yudhoyono, beberapa waktu lalu.
"Demokrat masih berduka. Kami tidak interested membahas politik di saat makam Ibu Ani masih 'basah'," kata Rachland(imd/CNNIndonesia)