kip lhok
Beranda / Berita / Nasional / Penasihat Grand Syekh Al Azhar Jelaskan Sebab Marginalisasi Perempuan

Penasihat Grand Syekh Al Azhar Jelaskan Sebab Marginalisasi Perempuan

Minggu, 14 Juli 2024 10:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Penasehat Grand Syekh Al- Azhar Nahla Sabry El Seidy (tengah). [Foto: Humas Kemenag]


DIALEKSIS.COM | Bandung - Dalam ajaran Islam, kedudukan perempuan dan laki-laki sama kecuali derajat ketaqwaan.  Dalam Al-Qur’an dan hadis, kedudukan perempuan mendapat apresiasi dalam bentuk al musawah (persamaan derajat) dalam berbagai level eksistensi, kontribusi, dan partisipasi baik dalam level privat maupun publik.

Hal itu ditegaskan penasehat Grand Syekh Al- Azhar Nahla Sabry El Seidy saat memberikan Kuliah Umum Internasional di UIN Sunan Gunung Djati Bandung yang bertajuk Kepemimpinan Perempuan dalam Islam. 

“Bagaimana perempuan terlibat dalam proses kecerdasan umat, yang mana semua terjadi pada masa nabi SAW, bahkan perempuan pun diperbolehkan dalam medan pertempuran, dan di luar itu perempuan berperan dalam aspek sosial, politik, ekonomi dan sebagainya,” tegasnya.

Menurutnya, peran perempuan itu sangat vital, sangat strategis untuk mengembangkan kehidupan Islam dalam multi dimensinya.

Syariat Islam menjelaskan berkali-kali bagaimana peran perempuan dalam membangun masyarakat, bahwa perempuan sebagai mitra laki-laki, sebagaimana sabda Rasul SAW, bahwa wanita adalah mitra dari para kaum lelaki.

"Karena syariat Islam sebenarnya tidak mengenal istilah diskriminasi terhadap wanita, marginalisasi terhadap perempuan, sehingga perempuan dalam syariat Islam adalah unsur pokok akan terjadinya kebangkitan umat,” ucapnya.

Namun mengapa terjadi kemunduran? Terjadi marginalisasi perempuan? Jawabannya karena dua hal: Pertama, tidak komitmen mengikuti prinsip-prinsip agama yang sebenarnya mengagungkan peran perempuan. Kedua, terjerumus dengan tradisi yang kurang baik yang mendiskriminasikan wanita ini terjadi di beberapa kalangan.

“Al-Azhar mempunyai peran dalam merekontruksi pemahaman-pemahaman yang bersifat miskonsepsional, terkait bagaimana peran perempuan, Al-Azhar melihat bahwa diskriminasi perempuan atas nama agama adalah dilandasi dengan kebodohan,” tandasnya.

Nahla juga memberikan rekomendasi dari kegiatan ini kepada para pimpinan kampus untuk melibatkan lebih banyak partisipasi perempuan dalam pembuatan kebijakan kampus dan memberikan peningkatan kapasitas perempuan dalam penggunaan teknologi. [*]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
Komentar Anda