DIALEKSIS.COM | Jakarta - Pemilihan Umum Legislatif (Pemilu) 2024 akan didominasi oleh pemilih muda. Kondisi ini membuat pemilih muda memiliki peran penting dalam pemilu mendatang.

Berdasarkan Daftar Penduduk Potensial Pemilih Pemilihan (DP4) yang diterima oleh KPU, diinformasikan jumlah pemilih muda di bawah usia 40 tahun akan berjumlah sekitar 107 juta dari 204 juta pemilih, atau sekitar 53 hingga 55 persen. 

Peneliti Utama Indikator sekaligus Pengamat Politik Burhanuddin Muhtadi, partisipasi anak muda dalam Pemilu 2024 seringkali lebih rendah dibanding generasi tua. Hal ini tentunya menjadi tantangan baik bagi penyelenggara pemilu maupun partai politik.

Bagi penyelenggara pemilu, besarnya pemilih muda menjadi tantangan untuk meningkatkan partisipasi pemilih. Sedangkan bagi para peserta pemilu, tantangannya adalah mengetahui aspirasi pemilih muda dan menyosialisasikan program yang sesuai dengan aspirasi tersebut.

“Ini menjadi masalah kalau dari muda mereka kurang partisipatif dalam politik elektoral maka ketika mereka beranjak tua pun kurang aktif makanya ini perlu mengajak anak muda untuk membicarakan bukan hanya nasib bangsa tetapi juga nasib mereka agar lebih aktif dalam politik kedepan. Jadi bukan berarti mereka pasif mereka kurang tertarik politik karena dari sikap kritis mereka,” ucap Burhanuddin pada Minggu, 23 Juli 2023.

Dalam persoalan utama masalah mendesak diantaranya harga kebutuhan pokok, mengurangi kemiskinan dan memajukan sektor pertanian cenderung lebih kuat pada kelompok generasi yang semakin tua.

Sementara persoalan lapangan kerja, pemberantasan korupsi dan keamanan/ketertiban cenderung lebih kuat pada kelompok generasi yang semakin muda.

Adanya hasil survei diharapkan dapat memberi gambaran tentang perkembangan terkini jelang Pemilu 2024, khususnya peta dukungan berdasarkan usia. Tak hanya itu, hasil survei juga dapat menjadi salah satu rujukan bagi para pengambil keputusan untuk mengantisipasi dan menyukseskan Pemilu 2024.