Menko Maritim Tegaskan Komitmen Lindungi Investor Cina
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM | NANNING – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan berkali-kali menegaskan komitmennya untuk melindungi dan memberi kemudahan kapada investor Cina. Hal itu ia sampaikan dalam pertemuan dengan sejumlah pengusaha Cina dalam forum The 16th China-Asean Business and Investment Summit 2019 (CABIS).
"Kalau ada masalah investasi di Indonesia jangan ragu-ragu untuk menghubungi saya. Tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan. Saya pastikan tidak ada lagi pungutan-pungutan biaya yang tidak jelas. Itu sudah instruksi Presiden," tutur Luhut.
Sesi dialog CABIS 2019 yang diadakan di Hotel Grand Metropark, Nanning, China, Sabtu 21 September 2019 dihadiri sejumlah pengusaha Cina dan Asean. Sejumlah top CEO hadir, diantaranya Chairman China Datang Corporation Limited Chen Feihu, Vice President of China Communications Construction Company Wen Gang, Chief Economist China Development Bank Liu Yong, Vice President SGMW Automobile Co. Ltd. Yao Zuoping, dan GM PT Well Harvest Winning Alumina Refinery Zang Jinjun.
Sejumlah pengusaha yang hadir mempertanyakan berbagai kebijakan Pemerintah Indonesia dalam masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo atau Jokowi yang kedua ini. Pertanyaan terutama menyangkut soal kepastian berusaha dan investasi serta berbagai peluang-peluang baru.
Terkait dengan pertanyaan Wen Gang mengenai strategi infrastruktur di Tanah Air, termasuk di ibu kota baru, Luhut menegaskan akan banyak peluang baru, dari mulai jalan tol, mobil listrik hingga light rail transit (LRT).
"Ibu kota baru adalah clean energy city. Banyak pekerjaan di sana [ibu kota baru]. Kalau ada masalah hubungi saja kami. Yang pasti pemerintahan sudah sangat berubah," Luhut menjawab.
Luhut mengaku tidak merisaukan soal tudingan dan kekhawatiran terhadap masifnya investasi Cina di Tanah Air. Baginya, penetrasi pengusaha asing tetap harus memberikan keuntungan yang lebih besar bagi Indonesia. "Kedua negara harus saling untung dalam menikmati buah dari kerja sama. China punya kelebihan modal dan Indonesia punya berbagai macam energi," Luhut menjelaskan.
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, total perdagangan Indonesia-Cina periode Januari—Juli 2019 tercatat sebesar US$39,69 miliar, turun 2,68 persen dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya sebesar US$40,79 miliar.
Adapun, ekspor RI ke Negeri Panda sepanjang Januari—Juli 2019 senilai US$14,78 miliar, turun 6,54 persen dari ekspor periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$15,82 miliar. Sebaliknya, impor dari China pada Januari—Juli tahun ini tercatat US$24,90 miliar, turun tipis 0,24 persen dari periode sama tahun sebelumnya US$24,96 miliar.
Adapun, ekspor RI ke Negeri Panda sepanjang Januari—Juli 2019 senilai US$14,78 miliar, turun 6,54 persen dari ekspor periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$15,82 miliar. Sebaliknya, impor dari China pada Januari—Juli tahun ini tercatat US$24,90 miliar, turun tipis 0,24 persen dari periode sama tahun sebelumnya US$24,96 miliar.
Dengan demikian, pada periode Januari—Juli 2019, Indonesia mencatatkan defisit dagang sebesar US$10,12 miliar, naik 10,67 persen dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya sebesar US$9,14 miliar. Luhut menyampaikan, Cina merupakan mitra dagang terbesar Indonesia di dunia. Sebaliknya, Indonesia merupakan mitra dagang terbesar Cina ke-15 di dunia. (im/tempo)