Menkes Akui Tracing Covid Indonesia Lemah
Font: Ukuran: - +
Menkes Budi Gunadi Sadikin mengatakan tingkat pelacakan kasus Covid-19 Indonesia masih lemah. Ada faktor tenaga puskesmas terpakai oleh program vaksinasi [Foto: Biro Setpres/Rusman]
DIALEKSIS.COM | Jakarta - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin kembali mengakui bahwa tracing atau pelacakan kasus virus corona (Covid-19) di Indonesia lemah. Kelemahan itu akan dicoba diatasi pihaknya lewat penggunaan aplikasi PeduliLindungi.
Sebelumnya Budi pernah mengakui kelemahan Indonesia dalam pelaksanaan pelacakan kasus Covid-19 dalam sejumlah rapat dengan Komisi IX DPR pada Juli 2021 lalu.
"PeduliLindungi ini akan dipakai untuk tracing. Kalau kita menembak barcode itu sebenarnya selain untuk screening kita butuh juga untuk tracing, karena tracing kita lemah sampai sekarang," kata Budi dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta pada Rabu (25/08/2021).
Dirinya menjelaskan, peningkatan kualitas pelacakan kasus diperlukan bila Indonesia mau menerapkan pola hidup berdampingan dengan Covid-19.
Aplikasi PeduliLindungi juga akan mempermudah upaya untuk melindungi orang-orang yang pernah berinteraksi dengan pasien terkonfirmasi positif Covid-19.
"Diharapkan dengan barcode ini, kalau ada yang terkena kita bisa dalam hitungan second kita bisa tahu yang bersangkutan pernah ke mana, sehingga kita bisa melindungi dengan cepat orang-orang yang terekspose dengan dia," ucap Budi.
Terpisah, Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kemenkes Abdul Kadir mengatakan pelacakan masih lemah karena puskesmas butuh lebih banyak orang.
Sumber daya manusia di puskesmas saat ini juga tersita oleh program vaksinasi, sehingga berpengaruh pada jumlah petugas yang melakukan pelacakan kasus.
"Karena memang beban puskesmas itu overload dengan adanya program vaksinasi, tracing, dan melakukan perawatan pasien dan sebagainya, kami berharap karena kami dibantu oleh TNI dan Polri, dibantu oleh organisasi dan sebagainya maka saya harapkan tracing ini juga semakin meningkat," kata Abdul.
Pelaksanaan pelacakan kasus di Indonesia kerap mendapatkan kritik dari sejumlah kalangan. Salah satunya datang dari Kepala Bidang Pengembangan Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) Masdalina Pane.
Masdalina menilai praktik tracing harus masih ada yang bolong, terutama terkait pengawasan. Ia menjelaskan, kegiatan tracing itu tidak terhenti pada melakukan tes kontak terkait, tetapi juga pada isolasi dan pengawasannya. (CNN Ind)