Mengubah Narasi tentang Bunuh Diri: It’s Okay not to be Okay, Carilah Bantuan!
Font: Ukuran: - +
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan tema peringatan Hari Pencegahan Bunuh Diri tahun ini adalah “Changing the Narrative on Suicide - Mengubah Narasi tentang Bunuh Diri. [Foto: Satrialoka/Biro Komunikasi Kementerian Kesehatan]
DIALEKSIS.COM | Jakarta - Untuk memperingati Hari Pencegahan Bunuh Diri, Pusat Kesehatan Jiwa Nasional Rumah Sakit Marzoeki Mahdi, yang berada di bawah Kementerian Kesehatan (Kemenkes), menyelenggarakan webinar tentang tantangan dan prioritas pencegahan bunuh diri di Indonesia.
Secara global, tema peringatan Hari Pencegahan Bunuh Diri tahun ini adalah “Changing the Narrative on Suicide - Mengubah Narasi tentang Bunuh Diri.”
Pikiran bunuh diri (suicidal thoughts) tidak jauh dari kita, ia ada di tengah masyarakat, keluarga, sahabat, bahkan di tempat kerja.
Setiap tahun, lebih dari 700.000 orang kehilangan nyawa akibat bunuh diri di seluruh dunia. Kenyataan yang memilukan ini mengingatkan bahwa setiap orang dapat berperan dalam mencegah tragedi bunuh diri. Kemenkes berkomitmen menghapus stigma terkait gangguan jiwa dan membangun masyarakat yang peduli, di mana setiap individu merasa didengar dan diterima.
“Bunuh diri dan gangguan jiwa bukanlah sesuatu yang jauh dari kita. Gangguan jiwa itu nyata; tidak ada yang kebal dari gangguan jiwa. Kita tidak pernah tahu siapa di antara kita yang mungkin sedang berjuang dalam keheningan,” ungkap Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dengan penuh rasa empati.
“Saya ingin kita semua bertanya: Jika Anda, atau orang yang Anda cintai merasa putus asa, bagaimana Anda ingin orang-orang di sekitar Anda merespons? Mari kita wujudkan dunia di mana semua orang merasa ada harapan dan dukungan, sebelum semuanya terlambat.”
Kemenkes menegaskan bahwa dengan mengubah narasi tentang bunuh diri, banyak jiwa yang dapat terselamatkan.
Kemenkes mendorong setiap orang untuk berani memulai percakapan mengenai kesehatan jiwa, baik di rumah, sekolah, tempat ibadah, maupun di tempat kerja. Dengan membangun komunitas yang suportif, setiap orang turut berperan dalam membangun dunia di mana hidup selalu layak diperjuangkan.
Menutup pidatonya, Menteri Kesehatan berpesan, “It’s okay not to be okay, and to reach out for help.” [*]