Masjid Istiqlal Dipadati 200 Ribu Jemaah untuk Salat Idul Fitri 2023
Font: Ukuran: - +
Jemaah memenuhi Masjid Istiqlal untuk Salat Idul Fitri 2023. [Foto: Humas Kemenag]
DIALEKSIS.COM | Jakarta - Masjid Istiqlal hari ini, Sabtu (22/4/2023) menggelar Salat Idulfitri 1 Syawal 1444 Hijriah tingkat kenegaraan. Hal ini berlandas ketetapan pemerintah Republik Indonesia melalui Sidang Isbat yang dilaksanakan Kementerian Agama (Kemenag RI).
Turut mengumandangkan takbir, Wakil Presiden Ma’ruf Amin dan Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar. Tampak hadir pula Ibu Wury Ma’ruf Amin, Wakil Presiden RI ke-10 dan ke-12 Jusuf Kalla, Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Sa'adi, jajaran menteri Kabinet Indonesia Maju, serta jajaran duta besar negara sahabat.
Pada tahun ini pelaksanaan salat id kenegaraan di Masjid Istiqlal dipadati lebih dari 200 ribu jemaah atau fullhouse. Nampak jemaah duduk rapih berjajar memenuhi seluruh shaf salat yang telah ditentukan baik di lantai satu, dua, tiga, empat, dan lima. Hal tersebut karena sudah tidak ada lagi pembatasan di Masjid Istiqlal akibat sirnanya pandemi covid-19.
Tepat pukul 07.00 WIB, Salat Id secara berjamaah dimulai, dipimpin Imam Rawatib Masjid Istiqlal Ahmad Muzakkir Abdurrahman. Adapun yang bertindak sebagai Bilal ialah Saiful Anwar.
Khatib yang bertugas adalah Prof. Asep Saepudin Jahar, Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta. Khutbah membahas tema "Idul Fitri Momentum Menebar Maaf untuk Kerukunan Umat".
"Kita pasti punya kesalahan atau khilaf yang membuat orang lain tersinggung atau terluka. Kesalahan itu bisa terjadi antara anak dengan orang tua, antara pemimpin dan rakyat, antara guru dan murid, serta antara suami dan istri," ujar Asep dalam khutbahnya.
"Rumah tangga tentram jika dipandu dengan spiritualitas saling menghormati dan memaafkan, negara damai dan harmonis akan terbentuk jika kita menutup masa lalu, memaafkan, dan menatap ke depan untuk berkembang lebih maju," ungkapnya.
Asep menuturkan tiga hal yang membuat seseorang akan diringankan hisabnya dan dimasukkan ke surga oleh Rahmat Allah berdasarkan hadist Rasulullah. "Tiga hal tersebut adalah, engkau memberi kepada orang yang tidak pernah memberimu, memaafkan orang yang telah menzalimimu, serta menyambung silaturahmi kepada kerabat yang telah memutus silaturahmi kepadamu," terang Asep.
Selanjutnya, Asep mengatakan bahwa keunggulan utama manusia dalam keragaman adalah mampu hidup rukun dan saling menghargai. "Perpindahan manusia yang menempati suatu tempat dan berkumpul dengan berbagai suku dan bangsa adalah karunia Tuhan yang dikenal dengan nama Takdir," katanya.
"Kerukunan dan kedamaian akan terhalang jika fanatisme tumbuh subur di masyarakat. Fanatisme muncul bila kita melihat sesuatu hanya hitam dan putih, cara pandang sempit yang hanya menganggap kelompok kita yang paling benar, serta menganggap pihak lain salah, rendah, bahkan sesat," jelas Asep.
Fanatisme ini, kata Asep, membuat masyarakat terpecah belah dan melahirkan eksklusifisme, yaitu mengasingkan diri dari kebersamaan dan keragaman, serta dangkal dalam melihat perbedaan dan keragaman.
"Semoga ibadah puasa yang kita kerjakan mendapat ridho Allah, dan kita selalu menjaga keharmonisan dalam keragaman. Aamiin," tutup Asep. [*]