Mafindo: Peserta Pilpres Dinilai Belum Maksimal Adu Gagasan di Medsos
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM | Jakarta - Ketua Presidium Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) Septiaji Eko Nugroho membeberkan pengamatan selama sepekan kampanye Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Menurut dia, media sosial (medsos) belum digunakan dengan baik sebagai tempat untuk adu gagasan bagi para kandidat calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres).
“Linimasa para kandidat lebih banyak memuat peristiwa pelaksanaan kampanye, ketimbang mengunggah dan mempertahankan gagasan dan program,” tutur Septiaji kepada Media Indonesia, Minggu (3/12/2023).
Menurut dia, ada beberapa penyebab kurang masifnya adu gagasan di medsos. Salah satunya, karena masyarakat belum terbiasa menggunakan medsos untuk adu gagasan.
"Sehingga isu yang penting bagi masyarakat, seperti anti korupsi, polusi, pendidikan, jarang yang menjadi bahan perdebatan di media sosial,” kata dia.
Di sisi lain, Septiaji menyebut hoaks masih menjadi momok. Hal itu lantaran sejak kampanye dimulai pada tanggal 28 November 20023, Mafindo menemukan 25 artikel cekfakta terhadap hoaks dengan narasi fitnah dan adu domba.
“Para elite dari masing-masing kelompok kandidat, perlu lebih serius untuk turut mengerem hoaks yang berasal dari kelompoknya,” ujarnya.
Kalau tidak, lanjut Septiaji, media sosial hanya akan digunakan untuk saling menjatuhkan, bukan sebagai tempat adu gagasan.