Selasa, 09 September 2025
Beranda / Berita / Nasional / Ketua IPIM Aceh: Guru Pahlawan Bangsa yang Belum Sepenuhnya Dihargai Negara

Ketua IPIM Aceh: Guru Pahlawan Bangsa yang Belum Sepenuhnya Dihargai Negara

Selasa, 09 September 2025 07:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Naufal Habibi

Ketua Ittihad Persaudaraan Imam Masjid Indonesia Provinsi Aceh, Teungku Zulfikar Syahabuddyn Isa Bugak. [Foto: Dokumen untuk dialeksis.com]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Pernyataan Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar yang menyebut guru bukan sekadar pekerjaan, melainkan panggilan jiwa, menuai respons dari berbagai kalangan.

Salah satunya datang dari Ketua Ittihad Persaudaraan Imam Masjid Indonesia Provinsi Aceh, Teungku Zulfikar Syahabuddyn Isa Bugak.

Menurut Zulfikar, ucapan Menag itu benar adanya, namun kondisi di lapangan masih menunjukkan bahwa perjuangan guru seringkali tak sebanding dengan penghargaan yang mereka terima.

“Kita mendukung pernyataan dari Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar bahwa guru adalah panggilan jiwa, mereka mendidik dengan hati. Tapi jangan sampai kemuliaan profesi ini hanya dipandang secara simbolik. Fakta di lapangan, banyak guru masih bergelut dengan beban berat, gaji kecil, dan fasilitas minim. Mereka butuh perhatian nyata, bukan sekadar janji,” ujar Zulfikar di Banda Aceh, Selasa (9/9/2025).

Zulfikar menuturkan, guru di Aceh dan berbagai daerah di Indonesia menghadapi realitas yang kompleks. Guru honorer, misalnya, masih harus mencari pekerjaan sampingan demi mencukupi kebutuhan hidup.

“Banyak guru yang mengajar pagi, tapi sore atau malam harus bekerja sebagai ojek online, bertani, atau berdagang kecil-kecilan. Ini realita yang kadang luput dari sorotan,” katanya.

Selain itu, keterbatasan sarana dan prasarana di sekolah, terutama di kawasan terpencil, membuat proses belajar-mengajar tak berjalan ideal.

"Ada sekolah yang masih kekurangan meja dan kursi, apalagi perangkat digital untuk mendukung pembelajaran modern. Dalam kondisi seperti ini, guru dituntut kreatif, padahal fasilitasnya sangat terbatas,” tambahnya.

Seiring perkembangan zaman, guru juga dituntut beradaptasi dengan teknologi pembelajaran. Namun, menurut Zulfikar, hal itu tidak selalu mudah.

“Banyak guru senior yang harus belajar ulang teknologi digital, sementara pelatihan dan fasilitas tidak merata. Tekanan ini menambah beban psikologis mereka,” jelasnya.

Tak hanya itu, guru juga memikul peran sosial yang berat. “Mereka tidak hanya mengajar, tapi juga menjadi teladan di tengah masyarakat. Ironisnya, penghargaan terhadap profesi guru justru sering kurang, bahkan masih ada yang meremehkan peran guru di era modern ini,” ungkapnya.

Meski menghadapi beragam kesulitan, Zulfikar menegaskan bahwa dedikasi guru tidak pernah surut. Banyak di antara mereka tetap mengajar dengan penuh keikhlasan, bahkan di daerah-daerah sulit akses.

“Kita masih mendengar kisah guru yang harus menempuh perjalanan jauh dengan kapal atau motor trail hanya untuk sampai ke sekolah. Itu bentuk pengabdian luar biasa yang seharusnya membuat negara lebih cepat hadir memberikan dukungan,” tutur Zulfikar.

Menurutnya, semangat guru dalam mengembangkan kompetensi diri dan menjaga profesionalisme adalah modal besar bangsa Indonesia dalam mencerdaskan generasi penerus.

Zulfikar menyambut baik langkah Kementerian Agama yang meningkatkan tunjangan guru non-PNS, memperluas akses Pendidikan Profesi Guru (PPG), serta mengangkat puluhan ribu guru honorer menjadi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). Namun, ia menilai kebijakan ini masih perlu diperluas dan dipastikan tepat sasaran.

“Jangan hanya berhenti pada angka pencapaian. Yang lebih penting adalah memastikan semua guru, terutama yang berada di pelosok, benar-benar merasakan manfaatnya. Pemerintah harus hadir lebih merata,” tegasnya.

Ia menambahkan, memperjuangkan kesejahteraan guru sama artinya dengan memperjuangkan masa depan bangsa.

“Guru adalah pondasi peradaban. Dari tangan mereka lahir dokter, insinyur, ulama, hingga pemimpin bangsa. Kalau guru terus dibiarkan berjuang sendirian, bagaimana kita bisa berharap generasi yang mereka didik tumbuh maksimal?” pungkas Zulfikar. [nh]

Keyword:


Editor :
Indri

perkim, bpka, Sekwan
riset-JSI
pelantikan padam
sekwan - polda
damai -esdm
bpka