Beranda / Berita / Nasional / Ketua AMSI Aceh Bahas Ekonomi Kreatif dengan Menekraf Teuku Riefky

Ketua AMSI Aceh Bahas Ekonomi Kreatif dengan Menekraf Teuku Riefky

Kamis, 09 Januari 2025 20:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Ratnalia

Ketua AMSI Aceh, Aryos Nivada bersama Menteri Ekonomi Kreatif (Ekraf)/Kepala Badan Ekonomi Kreatif Teuku Riefky Harsya. Foto: Kolase Dialeksis.com


DIALEKSIS.COM | Jakarta - Ketua Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Aceh, Aryos Nivada, melakukan kunjungan silaturahmi ke Menteri Ekonomi Kreatif (Ekraf)/Kepala Badan Ekonomi Kreatif Teuku Riefky Harsya, Rabu (8/1) di kantornya Jalan Medan Merdeka Barat No. 17 – 19, Jakarta Pusat. 

Dalam pertemuan tersebut, diskusi mengalir mulai dari pengenalan tugas dan fungsi Kementerian Ekonomi Kreatif yang baru dibentuk pemerintah hingga pembahasan program ASTA CITA kepemimpinan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming.

Teuku Riefky menjelaskan, pembentukan kementerian ini merupakan langkah strategis untuk mendukung transformasi ekonomi nasional menuju era ekonomi kreatif yang lebih terstruktur.

“Kementerian ini hadir untuk memperkuat fondasi ekonomi kreatif sebagai salah satu penggerak utama pertumbuhan ekonomi nasional,” kata Riefky kepada owner Dialeksis.com

Program ASTA CITA: Ekonomi Kreatif dalam Fokus

Dalam dokumen visi dan misi ASTA CITA, ekonomi kreatif mendapat porsi signifikan. Teuku Riefky menyebut istilah "industri kreatif" dan "ekonomi kreatif" masing-masing muncul sebanyak 10 kali. Hal ini menegaskan komitmen pemerintah dalam mendorong kemandirian bangsa melalui ekonomi kreatif, selain sektor lainnya seperti pangan, energi, air, ekonomi hijau, dan ekonomi biru.

“Transformasi struktural menuju ekonomi kreatif adalah agenda utama. Dimulai dari ekonomi agrikultural padat karya, ekonomi industrial padat modal, hingga ekonomi kreatif padat cipta. Era ini telah dimulai sejak 1990-an dengan basis pertumbuhan budaya, kreativitas, dan teknologi,” ujar Riefky.

Ia menyoroti pentingnya invensi teknologi seperti digitalisasi, robotik, kecerdasan buatan (AI), game-tech, dan teknologi media sosial dalam mempercepat perkembangan ekonomi kreatif. Menurutnya, 17 sektor ekonomi kreatif kini menjadi fokus, mulai dari kuliner, kriya, fesyen, seni rupa, seni pertunjukan, hingga aplikasi digital dan gim.

Kontribusi dan Potensi Ekonomi Kreatif

Data dari Bappenas menunjukkan, serapan tenaga kerja di sektor ini meningkat 80 persen dalam satu dekade, dari 14 juta orang pada 2013 menjadi 25 juta pada 2023. Nilai tambah produk domestik bruto (PDB) ekonomi kreatif juga melonjak dua kali lipat, dari Rp700 triliun pada 2013 menjadi Rp1.400 triliun pada 2023.

“Potensi ini harus dikelola dengan baik. Untuk itu, kami bekerja sama dengan Kemendagri menandatangani Surat Keputusan Bersama (SKB) tentang Pedoman dan Pembentukan Nomenklatur Dinas Ekonomi Kreatif di daerah,” jelasnya.

Program Unggulan dan Inisiatif Daerah

Sebagai langkah awal, Kemenekraf telah meluncurkan sejumlah program unggulan, termasuk reformasi dan penguatan tata kelola royalti musik serta peningkatan kompetensi pelaku ekonomi kreatif di subsektor kuliner, kriya, dan fesyen. Selain itu, program inkubasi bagi musisi di Merauke, Papua Selatan, dan pengembangan desa kreatif di Aceh dan Riau juga mulai berjalan.

“Kami mendorong pengelolaan bahan bekas pakai menjadi produk bernilai ekonomis, serta memanfaatkan bahan ramah lingkungan untuk produk ekonomi kreatif. Literasi keuangan dan akses pembiayaan juga menjadi prioritas,” kata Riefky.

Salah satu inisiatif unik adalah pelatihan untuk santri di Dayah Jamiah Al-Aziziyah, Kabupaten Bireuen, Aceh, dalam mengembangkan keterampilan komunikasi kreatif. 

“Santri kreatif dapat menjadi ujung tombak ekonomi lokal yang berbasis budaya dan agama,” tambahnya.

Hexahelix untuk Ekosistem Ekonomi Kreatif

Ke depan, Kemenekraf akan memperkuat ekosistem ekonomi kreatif melalui konsep Hexahelix, yang melibatkan enam elemen: pengembangan riset, pendidikan, pendanaan, infrastruktur, pemasaran, dan insentif. Kerja sama ini akan melibatkan berbagai pihak, termasuk lembaga keuangan, media, akademisi, asosiasi, pelaku bisnis, dan pemerintah.

Aryos Nivada memberikan apresiasi atas paparan tersebut. “Transformasi ini sangat strategis. Dengan pendekatan lintas sektor, saya optimistis ekonomi kreatif akan menjadi tulang punggung baru bagi Indonesia di masa depan. Ini adalah kesempatan emas untuk mengoptimalkan potensi kreatif masyarakat di seluruh pelosok negeri,” ujar Aryos.

Ia juga menambahkan pentingnya sinergi dengan media sebagai penyambung informasi kepada publik.

“Peran media tidak hanya sebagai penyebar informasi, tetapi juga fasilitator dialog antara pelaku ekonomi kreatif dan masyarakat. Dengan demikian, kebijakan kementerian dapat terimplementasi secara optimal,” pungkasnya.

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI