Kemajuan Perempuan, Faktor Penting Peradaban Bangsa
Font: Ukuran: - +
Director of the Regional Department for Asia and the Pacific, UN Tourism, Harry Hwang, memukul gong saat pembukaan The 2nd UN Tourism Conference on Women Empowerment in Tourism in Asia and the Pacific, di Bali International Convention Center (BICC) Bali, Kamis (2/5/2024). [Foto: Humas Kemenparekraf]
DIALEKSIS.COM | Bali - Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamenparekraf) Angela Tanoesoedibjo mengutip pernyataan Raden Ajeng (RA) Kartini bahwa sampai kapan pun kemajuan perempuan itu menjadi faktor penting dalam peradaban bangsa.
Karena itulah, kata Angela, pemberdayaan perempuan bukan sekadar soal pencapaian kesetaraan dan hak asasi manusia. Namun dengan pemberdayaan perempuan bisa menghasilkan manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Hal itu disampaikan Wamenparekraf Angela Tanoesoedibjo saat memberikan welcoming remarks dalam The 2nd UN Tourism Conference on Women Empowerment in Tourism in Asia and the Pacific di Bali International Convention Center (BICC) Bali, Kamis (2/5/2024),
“Satu setengah pekan yang lalu, tepatnya pada 21 April, Indonesia merayakan Hari Kartini. Untuk menghormati salah satu tokoh perempuan paling berpengaruh dalam sejarah Indonesia, di mana ia juga menjadi simbol hak perempuan dan kesetaraan gender,” kata Wamenparekraf Angela.
Sosoknya kata Angela, menjadi pahlawan wanita yang sangat berjasa dalam memperjuangkan emansipasi wanita di Indonesia.
Ia menyebut, ketika Kartini berusia 12 tahun, Kartini dipingit di rumah untuk mempersiapkan pernikahannya. Selama pengasingan, Kartini terus belajar secara mandiri dan diam-diam mengembangkan minatnya pada bacaan politik dan feminis barat.
Hal tersebut ia lakukan agar dapat mengubah nasib dan masa depan perempuan agar bisa setara dan berkesempatan mengenyam dunia pendidikan, karena menurut Kartini perempuan menjadi sosok penting dalam membantun peradaban bangsa.
Penelitian dari International Monetary Fund (IMF) menunjukkan bahwa dengan mempersempit kesenjangan umum di pasar tenaga kerja, dapat meningkatkan PDB di negara-negara pasar negara berkembang sebesar 8 persen.
Sedangkan keuntungan yang diperoleh dari pengurangan kesenjangan gender, hasilnya akan lebih besar lagi, yaitu akan meningkatkan PDB di negara-negara tersebut rata-rata sebesar 23 persen.
“Penelitian pun menunjukkan bahwa dengan memberdayakan perempuan, maka sama dengan solusi iklim yang lebih baik dengan peran penting mereka dalam mengelola, melestarikan, dan memanfaatkan sumber daya alam. Hal ini juga mengurangi tingkat kemiskinan, mengurangi kerawanan pangan, dan meningkatkan kesejahteraan keluarga untuk komunitas yang lebih aman dan sehat, dan tentunya, negara,” jelas Wamenparekraf.
Wamenparekraf menyampaikan bahwa Indonesia berada di peringkat 87 dalam kesenjangan gender global, dan menurut riset Global Gender Gap 2022, Indonesia baru mencapai 69,7 persen kesetaraan gender. Angka ini masih diperlukan naik sebagai upaya untuk menuju kesetaraan gender.
Salah satunya dengan meningkatkan partisipasi perempuan dan pemberdayaan perempuan di sektor pariwisata.
“Pariwisata disebut sebagai salah satu jawaban atas kesenjangan ketidaksetaraan gender. Karena banyaknya peluang yang diberikan, yang memberikan kesempatan bagi perempuan untuk berpartisipasi di sektor tersebut. Dan di banyak belahan dunia, termasuk Indonesia, perempuan mengambil porsi besar pada tenaga kerja pariwisata dan wirausaha, bahkan di bidang pendidikan,” ujar Wamenparekraf.
Meskipun partisipasi perempuan tinggi dalam pendidikan dan lapangan kerja, menurut Wamenparekraf, perempuan cenderung bekerja pada pekerjaan yang kualitasnya lebih rendah dan lebih informal.
Perempuan juga kurang terwakili dalam peran strategis dan kepemimpinan. Bahkan ketika laki-laki dan perempuan memiliki peran dan tanggung jawab yang sama, statistik menunjukkan bahwa kesenjangan upah berdasarkan gender masih ada.
Lebih lanjut Wamenparekraf, menyampaikan peran perempuan pada usaha mikro kecil menengah (UMKM) Indonesia.
UMKM Indonesia menyumbang 97 persen lapangan kerja dan berkontribusi terhadap 61 persen PDB Indonesia. Dan 64 persen perempuan adalah pemilik UMKM.
“Namun sayangnya, sebagian besar dari mereka masih belum bisa meningkatkan skala usahanya dan bertahan pada usaha tingkat mikro,” ungkap Wamenparekraf.
Wamenparekraf pun berharap melalui 2nd UN Tourism Conference on Women Empowerment in Tourism menjadi momentum untuk memperkuat peran perempuan dan kesetaraan gender di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif (parekraf).
“Dan yang terpenting, mempelajari dialog untuk menjadi tindakan nyata dan menciptakan kemajuan di sektor pariwisata hingga pemberdayaan perempuan. Dan saya percaya, pengurangan kesenjangan gender hanya bisa terjadi jika kita memiliki advokasi di tingkat tertinggi, dan ada upaya yang sungguh-sungguh untuk mewujudkannya, karena kisah Ibu Kartini mengajarkan kepada kita bahwa isu ketidaksetaraan gender berakar kuat dari struktur sosial dan kekuasaan,” pungkasnya. [*]