Jamin Ketersediaan Pangan, Ini Langkah Kementan di Tengah Pandemi Covid-19
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM | Jakarta - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo kerap menekankan berbagai upaya untuk menjamin pangan agar tersedia bagi 267 juta rakyat Indonesia, terlebih dalam masa pandemi Covid 19 saat ini. Salah satunya dengan memastikan bahwa petani tetap berproduksi dengan memberikan jaminan harga jual yang wajar di tingkat petani.
Hal tersebut kembali ditekankan oleh Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementan, Agung Hendriadi pada saat Diskusi Online/ Webinar dengan tema “Strategi Pengamanan Pangan saat dan pasca Covid 19 yang diselenggarakan oleh Perhimpunan Agronomi Indonesia (PERAGI) pada Kamis (14/05/2020).
Selain memastikan petani tetap berproduksi, Agung menambahkan pentingnya memperhatikan pola konsumsi masyarakat dengan meningkatkan keberagaman dan kualitasnya.
Beberapa langkah antisipasi, diakui Agung telah dipersiapkan dalam menghadapi dampak Covid 19, antisipasi pertama adalah menjamin ketersediaan pangan nasional,
“Ketersediaan pangan kita sampai dengan Juni aman, memang ada komoditas yang pemenuhannya masih dipenuhi dari impor, namun secara nasional cukup,” ucapnya.
Langkah kedua, ungkap Agung adalah perbaikan distribusi dan sistem logistik pangan nasional. “Kita buat kajian dengan stakeholder terkait, terkait konsep national and regional food hub,” katanya.
Ditambahkan Agung, tidak bisa dipungkiri dampak covid-19 ini mempengaruhi distribusi pangan antarprovinsi. Untuk itu pihaknya mengatakan terus mengupayakan kelancaran distribusi komoditas seperti bawang dan cabai dengan memberikan subsidi biaya transportasi distribusi antar wilayah tersebut.
Lebih lanjut Agung menjelaskan bahwa langkah antisipasi yang juga penting adalah penguatan cadangan pangan pemerintah di provinsi/ kabupaten dan lumbung pangan masyarakat.
“Lumbung pangan masyarakat, sesuai UU 18/2012 dan PP 17/2015 bahwa provinsi dan kabupaten/kota harus punya cadangan pangan pemerintah daerah. Namun nyatanya masih ada daerah yang belum punya. Karena itu, kita mendorong penguatan cadangan pangan ini,” tutur Agung.
Upaya antisipatif yang juga dilakukan adalah percepatan realisasi bantuan pemerintah, percepatan musim tanam kedua, penyaluran sarana produksi dan ekstensifikasi lahan rawa.
Ia menekankan juga pentingnya meningkatkan produksi dan konsumsi pangan lokal dengan mendorong di daerah untuk menyediakan pangannya sendiri melalui pertanian keluarga atau family farming.
“Beberapa skema yang kita introduce ke masyarakat yaitu family farming atau Pengembangan Pangan Lokal (P2L), kalau ini dikerjakan dengan baik mereka akan bisa memenuhi kebutuhan pangan sendiri paling tidak beberapa komoditas seperti buah dan sayuran,” ujarnya. (Im/Tempo)