Dosen UIN Ar-Raniry "Mahfud MD Hipokrit"
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Prof. Farid Wajdi Ibrahim, Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry sangat kecewa dengan pernyataan Mahfud MD, mantan ketua MK. Dosen Ar-Raniry ini menilai Mahfud MD sudah mengarah ke SARA dan ujaran kebencian.
"Profesor sebagai guru besar dan anggota BPIP digaji sangat mahal untuk ukuran profesor yang profesional, mengucapkan bahwa pemilih 02 (Prabowo-Sandi) berada di wilayah garis keras berkaitan dengan agama Islam," sebut Farid Wajdi.
Menurut Dosen UIN Ar- Raniry ini, dalam relisnya yang diterima Dialeksis.com, Selasa (30/4/2019), sebagai orang Aceh dan seorang akademisi, Farid sangat tersinggung. Tidak bisa diterima nalar seorang guru besar yang dibayar mahal mengucapkan kata itu.
Saat diklarifikasi, sebut Farid, Bapak menyebutnya sebagai moderat. Namun kenyataannya bapak tidak moderat. Bapak (Mahfud MD) hanya menyebutkan wilayah dominan pemilih 02, seperti Aceh, Sumbar, Jabar dan lainnya.
"Jika Bapak seorang moderat pasti berani mengucapkan, pemilih 01 dominan di wilayah dulu basis PKI, Protestan, Khatolik, Hindu, Budha dan ada juga yang dominan di TPS lokalisasi WTS dan lainya," sebut Farid.
"Hal itu dapat diduga Bapak mengambil keuntungan di situ. Bapak berwajah ganda alias hiprokrit. Hal itu terbaca juga dari keberanian Bapak mendahului KPU dengan menyebutkan pasangan Jokowi sudah menang," sebut dosen UIN ini.
"Saya sebagai orang Aceh jelas tidak bisa terima pernyataan Bapak, karena hal tersebut mengarah ke SARA dan ujaran kebencian. Sepantasnya Bapak sebagai panutan anak bangsa, sebagai contoh Pancasila," ujar profesor di Ar- Raniry ini.
"Seharusnya Bapak menjadi penyejuk, pemersatu, kalaupun Bapak tidak berani menyebutkan bahwa pendukung 01 lebih dominan dari kaum menengah ke bawah, sementara pemilih 02 lebih dominan dari kaum tercerdaskan dan Pemilu 2019 diwarnai dengan kecurangan yang sangat massif. Terima kasih profesor," tulis dosen UIN Ar- Raniry ini. (Baga)