kip lhok
Beranda / Berita / Nasional / Covid-19 Meningkat Dijepang, Warga Tokyo Marah dan Demo Olimpiade

Covid-19 Meningkat Dijepang, Warga Tokyo Marah dan Demo Olimpiade

Selasa, 03 Agustus 2021 20:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Ilustrasi pandemi virus corona di Jepang. [Foto: AP/Jae C. Hong]


DIALEKSIS.COM | Jakarta - Sejumlah warga Tokyo, Jepang mengungkapkan kemarahan atas penyelenggaraan Olimpiade yang masih berlangsung di tengah lonjakan kasus Covid-19.

Warga bahkan menggelar demonstrasi di depan kantor Perdana Menteri Yoshihide Suga baru-baru ini.

Salah satu warga yang turut berdemonstrasi, Kai Koyama, mendesak Suga agar menghentikan Olimpiade dan fokus menangani pandemi Covid di Jepang.

Meskipun Olimpiade Tokyo 2020 digelar dengan protokol kesehatan ketat, dan melarang penonton ke arena, tak cukup membuat orang patuh.

Menurut Koyama, pesta olahraga itu mengirim pesan yang salah dan mendorong orang untuk melanggar pembatasan sehingga berisiko terinfeksi virus corona.

Pameran Seni Tolak Olimpiade

Koyama yang juga seorang seniman, menyalurkan kekesalannya dalam sebuah pameran seni yang diberi nama "Deklarasi untuk Akhiri Olimpiade."

Pameran itu menyatukan karya-karya seniman yang menentang Olimpiade tersebut.

Salah satu patung yang ada di pameran itu bertemakan "Reruntuhan. "Karya itu mendeskripsikan cincin Olimpiade, karangan bunga daun zaitun dan tangan yang ditutupi pasir berwarna pucat.

Meningkatnya kasus Covid-19 menyebabkan banyak orang yang mengkhawatirkan Olimpiade, termasuk pelukis berusia 55 tahun, Takatoshi Sakuragawa. Ia bahkan sudah menentang tawaran Tokyo menjadi tuan rumah sejak awal.

Sakuragawa tak habis pikir, Jepang berjuang mati-matian dalam pemungutan suara Komite Olimpiade Internasional pada 2013 lalu, saat negara itu masih belum sepenuhnya pulih dari tsunami yang terjadi 2011 silam.

"Saya bertanya-tanya mengapa mereka mencurahkan energi untuk sesuatu seperti Olimpiade, bahkan setelah adanya bencana terburuk bagi kami," ujarnya.

Saat itu, panitia mengatakan Olimpiade akan membantu membangun kembali daerah yang terdampak bencana melalui "Kekuatan Olahraga."

Sayangnya, sekitar 61 persen penduduk tak setuju bahwa Olimpiade mampu merekonstruksi wilayah terdampak, demikian kata jajak pendapat yang dilakukan Maret lalu.

Demonstrasi menentang Olimpiade juga terjadi saat upacara pembukaan olahraga empat tahunan itu berlangsung, Jumat (23/7) lalu.

Saat itu, Koyama juga terlibat dalam aksi di dekat stadion. Menurut pantauan, antrean panjang juga terjadi ketika banyak orang yang ingin foto di cincin olimpiade.

Sejak Olimpiade berlangsung Tokyo beberapa kali mencatat kasus harian tertinggi.

Pada Sabtu (31/7) lalu, Tokyo melaporkan kasus harian sebanyak 4.058 kasus. Angka ini melampaui rekor sebelumnya yang dengan 3.856 kasus pada 29 Juli.

Hingga kini, total kasus corona di Tokyo mencapai 223 ribu dengan 2.293 kematian.

Masih tingginya kasus di Tokyo menyebabkan pemerintah Jepang menetapkan status darurat hingga 22 Agustus. Status itu akan diperpanjang lagi hingga 31 Agustus.

Rumah sakit dan tenaga medis di ibu kota Jepang itu juga dilaporkan kewalahan. Apalagi banyak nakes yang pergi ke arena olahraga semakin membuat fasilitas kesehatan kewalahan.

Sementara warga, banyak pula yang merayakan gegap gempita olahraga empat tahunan itu dengan belanja merchandise meski ada aturan pembatasan.

Suga dan panitia penyelenggara sebetulnya mendapat banyak tekanan dari publik agar Olimpiade dibatalkan. Namun mereka bersikeras akan melaksanakan pergelaran olahraga itu hingga akhir, sesuai jadwal yang disepakati. (CNN Ind)


Keyword:


Editor :
Alfatur

riset-JSI
Komentar Anda