Beranda / Berita / Nasional / Cartenz Group Tahun 2022 Targetkan 300 Klien Pemda

Cartenz Group Tahun 2022 Targetkan 300 Klien Pemda

Jum`at, 11 Desember 2020 21:45 WIB

Font: Ukuran: - +

Ilustrasi Startup. (Sumber: IST) (Foto: )


DIALEKSIS.COM | Jakarta - Cartenz Group, perusahaan start-up lokal yang bergerak di bidang jasa solusi IT e-govenment, menargetkan 300 pemerintah daerah (pemda) untuk menjadi klien dari saat ini sekitar 100 pemda. Perusahaan ini juga memproyeksikan sudah meraup untung tahun 2021 dan melaksanakan initial public offering (IPO) pada 2023.

Selain telah memiliki 100 klien pemda, Cartenz Group saat ini juga telah menggarap lebih dari 20 e-government software, punya lebih dari 30 mitra IT (IT partners), mitra klien lebih dari 10 bank, dan lebih dari 6.000 electronic fiscal devices (EFD) unit terinstal.

Klien untuk pemda antara lain Pemprov DKI Jakarta, Kabupaten Aceh Tamiang di Aceh, hingga Kabupaten Mimika di Papua Barat. Cartenz Group juga memiliki mitra klien Kementerian Keuangan, BKPM, BUMN Pertamina dan Telkomsel, serta Bank DKI dan Bank Sulutgo.

CEO Cartenz Group Gito Wahyudi mengatakan, Cartenz Group yang berdiri pada November 2014 memulai bisnis dengan jumlah lima karyawan saja. Saat ini, jumlah karyawan sudah bertambah menjadi sekitar 200 orang dan telah memiliki sekitar 100 klien pemda. “Tahun 2022, (target) kita 300 pemda (menjadi klien). Bahkan, mungkin, tahun 2023, kita sudah ada pencanangan untuk IPO. Karena, kita merupakan market leader untuk e-government di Indonesia,” ungkap Gito, dalam Media Visit Virtual Cartenz Group ke BeritaSatu Media Holdings, Kamis (10/12/2020).

Menurut dia, Cartenz sudah mencanangkan bisa membukukan keuntungan pada 2021 walaupun belum menentukan besaran persentasenya. Hal tersebut dicanangkan setelah 2 tahun terakhir cukup agresif dalam ekspansi dan akuisisi bisnis, setelah menerima pendanaan puluhan juta dolar AS. “Untuk akuisisi start-up, Cartenz seperti saya sampaikan di awal, market pemerintah merupakan fondasi bisnis karena belum ada yang sentuh pasarnya. Fokus utama ke depan pun akan lebih pada menggarap pasar pemerintah yang tak jauh dari citizen (masyarakat),” tuturnya.

Selanjutnya, Cartenz akan mengakuisisi, atau ekspansi ke ide-ide yang sifatnya pelayanan masyarakat, setelah banyak berkecimpung pada upaya perbaikan solusi bagi pemerintah. Sebagai contoh, setelah fondasi infrastruktur pemerintah berbentuk, Cartenz akan siap mengimplementasikan teknologi untuk memberikan layanan yang lebih baik kepada masyarakat. “Eh, kalau mau urus akta kelahiran, kita nggak usah lagi datang ke Dukcapil, tapi bisa menggunakan mobile apps. Kalau di tengah jalan ada start-up yang bisnisnya mirip-mirip, atau inline dengan bisnis kita, ada potensi kita akuisisi,” imbuhnya.

Namun, Gito menekankan, ke depan, kiprah Cartenz tidak hanya terbatas pada pasar layanan dan solusi untuk pemerintah dan layanan masyarakat secara umum. Cartenz saat ini pun sedang membuka peluang pasar asosiasi bisnis, seperti menjajaki kerja sama dengan PHRI.

“Kami juga membuka peluang untuk membuat solusi aplikasi terintegrasi untuk mengatasi berbagai masalah mulai dari Covid-19 dan lainnya, narkoba, teroris dan keamanan, sampah, kemacetan, serta lainnya. Ini memang bisa dimulai dari DKI Jakarta, dan bila berhasil bisa dtularkan ke pemda lain di Indonesia,” tuturnya.

Layanan Cartenz

Gito menjelaskan, sebagai perusahaan penyedia jasa IT e-govenment dengan jargon #AdvancingIndonesia, Cartez Group terus berupaya untuk membantu semua tingkat lembaga dan industri dalam pemanfaatan sistem informasi yaqng andal dan terintegrasi bagi pemerintah dan masyarakat Indonesia dengan berbagai solusi yang dihadirkan.

Salah satunya, produk untuk perpajakan daerah yang terdiri atas jasa konsultansi, peningkatan sumber daya manusia (SDM), administrasi pajak daerah, dan pengawasan pajak daring (online tax monitoring/OTM). Jasa konsultasi mencakup diagnostik pendapatan asli daerah (PAD) serta pemutakhiran data, antara lain pemetaan dan pendataan wilayah.

Peningkatan SDM merupakan upaya peningkatan keahlian aparatur sipil negara (ASN) berbasis pengembangan profesi. Administrasi pajak daerah dengan penerapan teknologi tepat guna, terintegrasi, efisdien, dan mendukung keterbukaan publik. Sedangkan OTM dengan implementasi EFD diarahkan untuk tapping devices, cash register online, dan client reader apps.

Dalam implementasi produk untuk perpajakan daerah yang terdiri atas jasa konsultansi, Cartenz Group menyediakan solusi e-government untuk pemutakhiran database pajak pemda.

Pemetaan wilayah juga dilakukan dengan menerbangkan pesawat pintar nirawak (drone) untuk pendataan objek dan subjek pajak dengan aplikasi berbasis mobile. Kemudian, pemutakhiran NIR, atau zona nilai tanah untuk kepentingan pajak.

Kemudian, penerapan solusi SmartGov, yakni sebuah aplikasi administrasi pajak daerah berbasis web dan mobile untuk mencakup 11 Jenis pajak dengan modul pendukung, yakni PBB, BPHTB, reklame, mineral, hotel, hiburan, restoran, parkir, penerangan jalan, walet, dan air tanah.

Dari penggunaan jasa konsultansi dan penggunaan SmartGov dari Cartenz Group, pemda pun telah menyampaikan testimoni dampak positif terhadap peningkatan pendapatan dan pengelolaan pajak yang lebih akuntabel, sehingga di antaranya memperoleh predikat wajar tanpa pengecualian (WTP) dalam audit dari BPK.

Dampak postif lainnya, setelah menggunakan solusi Cartenz pada 2014, pendapatan pajak Kabupaten Badung, Bali, meningkat hingga 80,3% menjadi Rp 4,22 triliun pada 2019.

“Dalam layanan solusi pajak, kami berpikir out the box, atau berpikir dari kebalikan pemikiran umumnya. Kami berpikir dari bagaimana meningkatkan pendapatan dan pengelolaannya, dari umumnya pemerintah berpikir tentang pengelolaan dan membelanjakan pendapatan pajak,” tutur Gito.

Solusi Lain

Sementara itu, dalam solusi e-government OTM, Cartenz Group menerapkan EFD untuk interceptor box, web services, dan point of sales. Kemudian, solusi e-Government untuk layanan publik digital terintegrasi berupa loket online, layanan pajak, pembayaran online, virtual chat, dan info seputar pemda.

Selain itu, Cartens menyediakan solusi untuk masyarakat. Satu di antaranya, penyediaan Jejak Apps, aplikasi mobile yang terhubung ke dashboard pemda. Kali ini, aplikasi sedang diuji coba di DKI Jakarta, untuk melakukan tracing pergerakan orang dari satu tempat publik ke tempat lainnya untuk memantau penyebaran Covid-19.

Kemudian, ada Pesen.io, aplikasi berbasis web yang ditujukan untuk kemudahaan pemesanan makanan di restoran dengan meminimalisasi kontak fisik cukup dengan men-scan QR Code yang diletakan di setiap meja dan tidak mewajibkan pelanggan menginstal aplikasi apa pun [beritasatu.com].

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda