Beranda / Berita / Nasional / BMKG: Penerbangan Diingatkan Potensi Awan Berbahaya

BMKG: Penerbangan Diingatkan Potensi Awan Berbahaya

Minggu, 10 Januari 2021 23:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Ilustrasi Pesawat dalam Badai (pixabay/Finmiki)


DIALEKSIS.COM | Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan saat ini potensi kemunculan awan Cumulonimbus (CB) masih cukup tinggi.

Awan CB yang dapat membahayakan penerbangan, seperti yang diduga memengaruhi pesawat Sriwijaya Air SJ 182, berpotensi muncul di berbagai daerah di Indonesia, dari Sumatera hingga Papua.

"Berdasarkan analisis dan prediksi BMKG yang disampaikan Desember lalu dan selalu diperbarui hingga Januari 2021, secara umum masih berpotensi tinggi terjadinya pembentukan awan CB yang dapat membahayakan penerbangan," ucap Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, dalam keterangan pers.

Secara lebih detail, Deputi bidang Meteorologi Guswanto menjelaskan potensi pembentukan awan CB berada di wilayah Aceh, Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Bengkulu, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan.

Selain itu kondisi yang sama juga berpotensi terjadi di Laut Natuna, Selat Karimata, Laut Jawa, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Samudera Hindia Selatan Jawa, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Gorontalo, dan Papua.

"BMKG terus mengimbau masyarakat dan semua pihak yang terkait dengan sektor transportasi, untuk selalu meningkatkan kewaspadaan terhadap cuaca signifikan atau potensi cuaca ekstrem yang masih dapat terjadi di puncak musim hujan ini, demi mewujudkan keselamatan dalam layanan penerbangan," kata Guswanto.

Terkait musibah pesawat Sriwijaya Air SJ 182, BMKG juga menyebutkan pada Sabtu (9/1) pukul 14.40 WIB terdapat awan CB dengan radius bentangan awan sekitar 15 kilometer dan suhu puncak awan mencapai minus 70 derajat celcius.

Dengan kondisi demikian Peneliti Petir dan Atmosfer, Deni Septiadi, bisa memengaruhi pesawat dan bisa memicu kegagalan mesin.

"Sementara cuaca buruk atau adanya sel Cb juga memengaruhi kondisi aerodinamis akibat turbulensi sehingga menganggu dan mengaruhi performa pesawat dan dapat mengarah pada gagal mesin," tulis Deni dikutip dari keterangan pers, Minggu (10/1) [cnnindonesia].

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda