Biden Anggarkan Rp.1000 T Untuk Lawan China
Font: Ukuran: - +
Sumber : cnbcindonesia.com
DIALEKSIS.COM | Indonesia - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dikabarkan akan mengajukan anggaran pertahanan sebesar US$ 715 miliar atau setara Rp 1.000 triliun. Anggaran 'raksasa' itu guna mengembangkan kemampuan senjata AS menghadapi kekuatan China.
Mengutip salah satu sumber Reuters, usulan pendanaan akan dikirim ke Kongres pada hari Jumat (28/5/2021) ini . Bukan hanya nuklir, proposal berisi semua kebutuhan pasukan, luar angkasa, serta program "Prakarsa Pencegahan Pasifik" yang membidik perkembangan militer China.
Biden juga akan memodernisasi armada tempur udara, dengan pengadaan 85 jet tempur F-35 siluman Lockheed Martin baru. Untuk Angkatan Laut, Biden mengusulkan pembuatan delapan kapal perang baru.
Di bidang nuklir,Biden akan terus berinvestasi dalam memodernisasi armada dan persenjataan nuklir AS. Upaya mahal itu, akan menelan biaya rata-rata lebih dari US$ 60 miliar (Rp 857 miliar) per tahun.
Pendanaan senjata nuklir akan digunakan untuk meningkatkan komando dan kontrol nuklir kapal selam nuklir Kelas Columbia yang dibuat oleh Huntington Ingalls Industries dan General Dynamics. Termasuk sertifikasi pembawa bom nuklir untuk pesawat jet siluman F-35.
Selain itu, dikabarkan juga akan ada uang untuk mengembangkan dan menguji lebih lanjut senjata hipersonik dan sistem persenjataan "generasi mendatang" lainnya. Tentu ini untuk bersaing melawan Rusia dan China.
Hal ini dirasa perlu bagi militer AS. Pasalnya China dikabarkan telah membuat pesawat bomber baru Xian H-20 yang memiliki kemampuan untuk menyerang beberapa "Kepulauan Kedua" milik AS di Pasifik seperti Mariana dan Guam.
"Kita harus memodernisasi jika pencegahan ingin bertahan dan, jika dikonfirmasi, saya akan berusaha meningkatkan kecepatan dan skala inovasi dalam pasukan kita," kata Wakil Menteri Pertahanan Kathleen Hicks.
Ketegangan dengan China yang semakin tegas ada di benak para perencana militer AS. Beijing menuduh Washington pekan lalu mengancam perdamaian dan stabilitas Selat Taiwan setelah kapal perang AS kembali berlayar melalui jalur air yang sensitif.