kip lhok
Beranda / Berita / Nasional / Belajar dari Pandemi Tentang Seberapa Tergantungnya Indonesia pada Asing

Belajar dari Pandemi Tentang Seberapa Tergantungnya Indonesia pada Asing

Kamis, 30 April 2020 16:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Presiden Joko Widodo. [Foto: BPMI Setpres/Muchlis Jr]


DIALEKSIS.COM | Jakarta - Wabah virus corona (Covid-19) juga berdampak pada kemampuan negara untuk bisa mandiri. Karena sebelum adanya virus ini, tidak bisa diukur seberapa besar Indonesia bergantung pada negara lain. Seberapa kuatnya negara ini bertahan dengan kemampuan sendiri.

Hal itu yang dikatakan Presiden Joko Widodo saat membuka Musrenbang Nasional tahun 2020, melalui video conference, pada Kamis (30/4/2020).

"Situasi pandemik seperti saat ini memberikan kita kesempatan untuk kita melihat lagi apa yang perlu kita perbaiki, apa yang perlu kita reform, apa yang segera kita harus pulihkan," kata Presiden Jokowi dalam sambutannya.

Pandemik Covid-19 saat ini, menurutnya, harus dilihat juga seberapa kuat ketahanan sosial yang ada. Termasuk, seberapa kokoh ekonomi Indonesia sebenarnya. Wabah ini juga, menurut mantan Wali Kota Solo itu, bisa membuka mata kita bahwa seberapa kuat ketahanan pangan dalam negeri.

"Dan seberapa ketergantungan kita pada negara lain," katanya.

Situasi ini juga membuka potensi-potensi baru yang sebelumnya tidak tergarap. Potensi yang awalnya tidak dilirik tetapi sebenarnya Indonesia memiliki potensi yang luar biasa di bidang itu.

"Dalam situasi saat ini kita bisa melihat dan menghitung lagi berbagai potensi di dalam negeri yang belum terkelola dengan maksimal, yang belum kita bangun dan manfaatkan secara baik," kata mantan Gubernur DKI itu.

Dia mencontohkan, dalam pandemik saat ini adalah sektor kesehatan. Bahwa Indonesia sangat tergantung dari asing. Industri farmasi, kesehatan hingga bahan baku obat, 95 persen masih mengandalkan impor.

"Alat-alat kesehatan, ada tidak? Apa yang bisa kita produksi sendiri dan apa saja yang kita beli dari negara lain? Sekarang kelihatan semuanya," katanya.

Rasio ketersediaan dokter dan tenaga medis di tengah-tengah masyarakat, juga menurutnya menjadi terbuka di tengah Covid-19. Yang jelas, jumlahnya sangat sedikit, berkaca pada kasus yang sedang mewabah sekarang.

Jokowi juga mengingatkan bahwa Indonesia tidak hanya berkutat pada Covid-19, tetapi banyak penyakit lainnya termasuk TBC. Bahkan negara ini berada pada urutan ketiga di dunia setelah India dan China.

Yang menjadi persoalan, menurut Kepala Negara adalah ketersediaan fasilitas kesehatan dalam menangani penyakit-penyakit itu. Jumlah rumah sakit yang masih minim, belum lagi fasilitas lainnya seperti ruang dan tempat perawatan.

"Rasio jumlah tempat tidur, berdasarkan jumlah penduduk. Indonesia juga memiliki rasio masih kecil, 1,2 per seribu. Artinya hanya tersedia 1,2 tempat tidur untuk seribu penduduk," katanya. Ini adalah jumlah yang sangat kecil.

Bahkan, lanjut Jokowi, rasio itu membuat Indonesia kalah dari negara-negara lain seperti India yang rasionya 2,7 per seribu, Tiongkok 4,3 per seribu, dan Jepang yang paling tinggi yakni 13 per seribu.

"Kemudian bagaimana dengan laboratorium? Berapa kita punya? Bagaimana peralatannya, SDM-nya, semuanya harus kita hitung karena melihat betapa pentingnya health security di masa-masa yang akan datang," jelas Jokowi.

Maka persoalan Covid-19 saat ini, menurut Jokowi, membuka berbagai persoalan yang tidak terlihat dan tidak dihitung sebelumnya. Termasuk betapa pentingnya masalah kesehatan.

"Saat ini hingga beberapa tahun ke depan, ada banyak persoalan yang harus kita selesaikan," katanya. (VIVAnews)

Keyword:


Editor :
Sara Masroni

riset-JSI
Komentar Anda