Banyak Mana Manfaat atau Mudharat Ganja? Ini Jawaban BNN
Font: Ukuran: - +
Reporter : Akhyar
Karo Humas dan Protokol BNN RI, Brigjen Sulistyo Pudjo Harton. [IST]
DIALEKSIS.COM | Jakarta - Karo Humas dan Protokol BNN RI, Brigjen Sulistyo Pudjo Hartono sampaikan bahwa penggunaan ganja di Indonesia mencapai 60 persen dari total penggunaan narkotika di Indonesia.
“Dari total narkotika di seluruh Indonesia, pemakai ganja capai 60 persen. Sedikit sekali pemakaian narkotika lainnya seperti sabu, heroin, dan kokain,” kata Sulistyo dalam Program Profit CNBC Indonesia, Rabu (23/12/2020).
Ia berujar, area sentral produksi ganja terbesar di Indonesia terdapat pada wilayah Provinsi Aceh sedangkan wilayah Ambon untuk saat ini tidak lagi memproduksi ganja.
“Dulu ada sejarah ditanam di Ambon, tetapi Ambon tidak berkembang. Justru saat ini Aceh lah penyumbang terbesar ganja,” kata Sulistyo.
Karo Humas & Protokol BNN RI mengatakan, pemakaian narkotika untuk saat ini banyak digunakan untuk rekreasional. Rekreasional ini adalah pemakaian secara hura-hura untuk mendapatkan efek rasa nge-fly para pemakai.
Kemudian, narkotika itu juga digunakan untuk penelitian oleh perguruan tinggi, kepolisian, dan lembaga swasta untuk meneliti manfaat dan mudaratnya.
Selanjutnya, pemakaian narkotika juga digunakan untuk keperluan medis. Ia mencontohkan penggunaan morfin yang dipakai oleh pihak medis sebelum anestesi operasi kedokteran.
"Banyak yang bertanya berapa sih manfaat dan mudharatnya ganja. Kalau kita melihat manfaatnya saat ini, jauh lebih sedikit dan mudharatnya jauh lebih banyak," ujarnya.
“Narkotika bisa dipakai untuk pelayanan medis, tetapi harus dengan kontrol yang sangat ketat dari ahli kedokteran dan lain-lain yang diberi kewenangan sesuai undang-undang dalam memanfaatkan narkotika untuk keperluan medis,” pungkasnya.