Selasa, 01 Juli 2025
Beranda / Berita / Nasional / Bahasa Indonesia Layak Jadi Bahasa Internasional, Ini Alasannya

Bahasa Indonesia Layak Jadi Bahasa Internasional, Ini Alasannya

Selasa, 01 Juli 2025 10:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Ratnalia

DIALEKSIS.COM | Aceh - Pernahkah Anda membayangkan Bahasa Indonesia berdiri sejajar dengan bahasa-bahasa besar dunia seperti Inggris, Mandarin, atau Spanyol? Wacana menjadikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional memang bukan hal baru, namun semakin hari terasa semakin relevan. Di tengah arus globalisasi dan meningkatnya perhatian dunia terhadap Asia Tenggara, posisi Bahasa Indonesia terus menguat sebagai bahasa yang potensial mendunia.

Dialeksis mengangkat isu ini dan meminta pandangan dari akademisi dan pengamat bahasa, Herman RN, Dosen Jurusan Bahasa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Syiah Kuala. Ia meyakini bahwa Bahasa Indonesia sudah sangat layak menjadi bahasa internasional dengan sejumlah alasan yang kuat.

Menurut Herman RN, salah satu alasan utama yang mendukung Bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional adalah jumlah penuturnya yang besar.

"Jumlah penutur Bahasa Indonesia sudah lebih dari 200 juta jiwa, tersebar di seluruh Indonesia dan juga di beberapa negara lain," jelasnya kepada Dialeksis saat dihubungi, Selasa (01/07/2025).

Dengan jumlah penutur sebesar itu, Bahasa Indonesia masuk dalam jajaran bahasa dengan jumlah pengguna terbanyak di dunia. Ini menjadi potensi kuat bagi bahasa ini untuk terus dikembangkan dalam kancah global.

Alasan berikutnya, lanjut Herman, adalah semakin meningkatnya minat bangsa asing terhadap Bahasa Indonesia.

“Sudah banyak negara yang menjadikan Bahasa Indonesia sebagai mata pelajaran wajib di sekolah-sekolah mereka. Australia, misalnya, sudah sejak lama menjadikan Bahasa Indonesia sebagai salah satu bahasa asing yang harus dipelajari oleh pelajar mereka,” ungkapnya.

Fakta ini menandakan bahwa Bahasa Indonesia memiliki nilai strategis di mata dunia. Tak hanya sebagai alat komunikasi, namun juga sebagai jendela untuk memahami budaya, ekonomi, dan politik kawasan Asia Tenggara.

Herman juga menyoroti faktor geografis sebagai keunggulan lainnya. Posisi Indonesia yang berada di jantung Asia Tenggara menjadikan negeri ini sebagai pusat kunjungan dari berbagai negara di dunia.

"Letak Indonesia yang strategis menjadikannya sebagai negara yang ramai dikunjungi, baik untuk tujuan bisnis, pariwisata, maupun pendidikan. Ini otomatis mendorong semakin banyak orang asing yang ingin mempelajari Bahasa Indonesia," jelasnya.

Letak yang strategis ini menjadi pintu masuk diplomasi budaya. Semakin banyak interaksi internasional di Indonesia, semakin besar pula peluang Bahasa Indonesia untuk dipelajari dan digunakan secara luas.

Tidak hanya dari sisi jumlah penutur dan posisi strategis, Bahasa Indonesia juga unggul dalam hal struktur. Menurut Herman, tata bahasa Indonesia sangat logis dan mudah dipelajari oleh bangsa lain.

“Fonem atau suara dalam Bahasa Indonesia sesuai dengan cara pelafalannya. Ini sangat memudahkan siapa saja yang baru belajar,” tambahnya.

Berbeda dengan bahasa Inggris atau Mandarin yang memiliki banyak pengecualian dalam tata bahasanya, Bahasa Indonesia menawarkan kesederhanaan dan konsistensi yang membuatnya ramah bagi pelajar pemula dari berbagai bangsa.

Masih menurut Herman menerangkan wacana menjadikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional juga semakin kuat dengan adanya program-program diplomasi budaya yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia.

“Melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta berbagai kedutaan besar, Bahasa Indonesia diajarkan di banyak pusat studi asing melalui program BIPA (Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing),” jelasnya.

Menurut Herman program ini telah menjangkau puluhan negara dan memperkenalkan Bahasa Indonesia ke berbagai kalangan mulai dari mahasiswa, diplomat, hingga masyarakat umum. Ini adalah langkah konkret menuju internasionalisasi Bahasa Indonesia.

“Di era digital, potensi penyebaran Bahasa Indonesia semakin luas. Melalui platform media sosial, konten edukatif, video, podcast, hingga situs berita berbahasa Indonesia, bahasa ini telah menembus batas geografis. Banyak kreator konten luar negeri yang kini mulai menggunakan atau belajar Bahasa Indonesia dalam karya mereka,” lanjut menjelaskan.

“Ini menjadi sinyal positif bahwa Bahasa Indonesia memiliki daya tarik tidak hanya sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai bagian dari identitas dan ekspresi kreatif,” tambahnya.

Meski potensi besar sudah dimiliki, Herman RN menekankan pentingnya langkah strategis lanjutan. Ia menyarankan agar pemerintah Indonesia semakin gencar mempromosikan Bahasa Indonesia secara global dengan membangun pusat-pusat bahasa di luar negeri, memperluas program beasiswa bagi mahasiswa asing, serta menyisipkan Bahasa Indonesia dalam pertemuan-pertemuan internasional.

“Promosi bahasa tidak cukup hanya lewat institusi pendidikan, tetapi juga lewat kekuatan budaya, media, dan diplomasi ekonomi. Ini harus menjadi strategi nasional,” tegas Herman.

Intinya kata Herman menyampaikan mimpi menjadikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional bukanlah sesuatu yang mustahil. Dengan dukungan dari jumlah penutur yang besar, minat global yang terus tumbuh, posisi geografis yang strategis, struktur bahasa yang ramah pelajar, serta strategi promosi yang tepat, Bahasa Indonesia memiliki semua elemen untuk menembus panggung dunia.

“Kini, tantangannya adalah menyatukan semua kekuatan tersebut dalam kebijakan nasional yang konsisten dan terintegrasi. Sebab bahasa bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga alat diplomasi dan kekuatan lunak (soft power) yang bisa mengangkat martabat bangsa di mata dunia,” pungkas Herman RN seniman sekaligus budayawan. 

Sebagaimana kata pepatah, “Bahasa menunjukkan bangsa.” Maka saatnya Bahasa Indonesia menunjukkan ke dunia bahwa ia pantas diakui, dipelajari, dan digunakan sebagai bahasa internasional.

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI