DIALEKSIS.COM | Jakarta - PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) terus menunjukkan transformasinya dari sekadar operator penyeberangan menjadi katalisator pembangunan nasional. Melalui penguatan konektivitas maritim dari Sabang hingga Merauke, ASDP berperan aktif menjangkau wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T), sekaligus mengembangkan kawasan wisata berbasis waterfront berkelas dunia.
“ASDP hadir bukan hanya sebagai penyedia layanan penyeberangan, tetapi bagian dari solusi besar dalam memperkuat konektivitas nasional,” ujar Direktur Utama ASDP, Heru Widodo, dalam pernyataan resmi yang diterima pada Rabu (28/5/2025).
Menurut Heru, peran ASDP saat ini mencakup lebih dari sekadar mengoperasikan feri. Perusahaan pelat merah ini mengambil peran strategis sebagai agent of development yang menghubungkan kepulauan Indonesia melalui layanan transportasi laut yang modern, efisien, dan inklusif.
300 Lebih Lintasan Feri, Dukung Mobilitas dan Logistik
Hingga saat ini, ASDP mengoperasikan lebih dari 300 lintasan feri jarak pendek yang tersebar di berbagai wilayah strategis Indonesia. Salah satu rute vitalnya adalah Merak“Bakauheni yang menjadi poros utama pergerakan logistik dan mobilitas masyarakat antara Pulau Jawa dan Sumatera.
Selain itu, ASDP juga mengelola dua lintasan Long Distance Ferry (LDF), yakni Balikpapan-Parepare dan Jangkar-Lembar, sebagai bagian dari upaya konsolidasi logistik antarpulau.
Hadir di Wilayah 3T, Subsidi Rp450 Miliar Disiapkan
Untuk memperluas akses transportasi laut di wilayah 3T, ASDP mengelola sekitar 210 lintasan perintis yang didukung oleh 83 unit kapal. Layanan ini dijalankan sesuai dengan amanat Permenhub No. PM 60 Tahun 2021, dengan dukungan subsidi pemerintah yang tahun ini mencapai Rp450,4 miliar.
“Layanan perintis bukan sekadar penugasan. Ini bagian dari misi negara menghadirkan keadilan akses transportasi laut,” tegas Heru.
Menariknya, sejumlah rute perintis bahkan menunjukkan pertumbuhan signifikan. Sepanjang 2023, sebanyak 10 lintasan perintis telah dikonversi menjadi layanan komersial karena meningkatnya aktivitas ekonomi di daerah tersebut.
Dari Pelabuhan ke Destinasi Wisata
Transformasi ASDP juga menyentuh sektor pariwisata. Lewat konsep integrated tourism ecosystem, ASDP mengembangkan kawasan wisata berbasis pelabuhan, dengan proyek unggulan seperti Bakauheni Harbour City (BHC) di Lampung Selatan. Kawasan seluas 160 hektare ini kini menjadi destinasi baru yang memadukan fungsi transportasi, budaya, dan ekonomi.
“Pelabuhan kini bukan sekadar gerbang logistik, tapi juga gerbang pengalaman pertama bagi wisatawan,” kata Heru.
BHC dilengkapi dengan pusat UMKM bernama Siger Market, galeri seni, hingga amphitheater berkapasitas 10.000 orang. ASDP juga mengembangkan Kawasan Marina Labuan Bajo melalui anak usaha PT Indonesia Ferry Properti (IFPRO), yang kini menjadi ikon wisata premium di Nusa Tenggara Timur.
Di kawasan itu, wisatawan dapat menikmati fasilitas terintegrasi seperti Hotel Meruorah Komodo, dermaga marina berkapasitas 135 kapal yacht, hingga pusat belanja Plaza Marina. Kawasan ini bahkan dipercaya menjadi tuan rumah berbagai agenda internasional seperti KTT ASEAN dan AMMTC 2023.
Sinergi untuk Indonesia Maju
Dengan mengintegrasikan konektivitas maritim, efisiensi logistik, dan pengembangan kawasan wisata strategis, ASDP menunjukkan peran nyatanya dalam mendukung pembangunan berkelanjutan.
“Kami ingin pelabuhan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru, bukan hanya tempat naik-turun kapal,” tutup Heru. [in]