Beranda / Berita / Nasional / Ancaman Gempa Megathrust dan Tsunami, Ini Respons Ahli Bencana

Ancaman Gempa Megathrust dan Tsunami, Ini Respons Ahli Bencana

Minggu, 12 Januari 2025 11:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Ratnalia

Prof. Dr. Syamsidik, S.T., M.Sc., ahli gempa dan tsunami dari TDMRC Universitas Syiah Kuala (USK). Foto: for Dialeksis.com


DIALEKSIS.COM | Aceh - Isu tentang potensi gempa megathrust yang dapat memicu tsunami besar hingga mencapai pesisir Jakarta kini semakin hangat menjadi perbincangan di Tanah Air. Para pakar terus memberi peringatan terkait ancaman ini, yang berpotensi memicu bencana dahsyat. Pemerintah pun mulai bersuara, menjanjikan berbagai langkah persiapan untuk mengantisipasi potensi terburuk tersebut.

Gempa megathrust merupakan istilah yang merujuk pada pertemuan antar lempeng tektonik yang dapat memicu gempa bumi besar. Dalam teori geofisika, setiap gempa yang terjadi di laut dengan deformasi dasar laut yang signifikan, berpotensi menimbulkan tsunami.

Hal ini disampaikan oleh Prof. Dr. Syamsidik, S.T., M.Sc., ahli gempa dan tsunami dari TDMRC Universitas Syiah Kuala (USK), yang menjelaskan bahwa gempa dengan magnitude lebih dari 7,2 Mw dapat memicu tsunami, terutama di wilayah pantai yang berada di segmen-segmen megathrust.

"Waktu kedatangan gelombang tsunami, atau yang biasa disebut golden time, bervariasi antara satu lokasi dengan lainnya," ujar Prof. Syamsidik kepada Dialeksis secara eksklusif, Minggu (12/01/2025).

Ia memberikan contoh, untuk Banda Aceh yang berada dekat dengan zona megathrust Aceh-Andaman, waktu kedatangan gelombang tsunami bisa mencapai 35 menit. Sementara itu, Pulau Simeulue yang juga terletak di zona yang sama, gelombang tsunami diperkirakan tiba hanya dalam waktu sekitar 20 menit.

Namun katanya, segmen-segmen yang lebih ke selatan, seperti segmen Nias-Simeulue, berpotensi memiliki waktu kedatangan yang lebih cepat. Beberapa wilayah, seperti Singkil dan Simeulue, bahkan dapat merasakan dampak tsunami dalam waktu kurang dari 10 menit.

Menanggapi situasi ini, Prof. Syamsidik menekankan bahwa meski belum ada kepastian mengenai segmen mana yang akan memicu tsunami dalam waktu dekat, peningkatan kesiapsiagaan dan upaya mitigasi sangatlah penting.

"Segmen Mentawai dan Selat Sunda yang kini menjadi perhatian utama karena rekaman gempa di kedua segmen ini lebih jarang terjadi, namun tetap berpotensi membangkitkan tsunami," jelasnya.

Lanjut menjelaskan Prof Syamsidik mengungkapkan pemerintah wajib melakukan dan mengintensifkan langkah - langkah mitigasi bencana, termasuk memperkuat sistem peringatan dini dan meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat serta infrastruktur untuk menghadapi ancaman gempa dan tsunami.

Ketika ditanya apakah berdampak kepada Aceh, Prof Syamsidik menerangkan, segmen Mentawai, yang lebih dekat dengan pesisir Aceh, diperkirakan akan berdampak signifikan terhadap kerusakan di kawasan pantai, seperti Singkil daratan, Kepulauan Banyak, serta Aceh Selatan dan Aceh Barat Daya.

Di sisi lain, wilayah utara Aceh diperkirakan akan mengalami dampak yang lebih ringan dengan waktu kedatangan gelombang yang lebih lama, lebih dari satu setengah jam setelah gempa di segmen Mentawai.

Intinya ditegaskan Prof Syamsidik, bahwa bencana megathrust dan tsunami memang tak dapat diprediksi dengan pasti, namun dengan persiapan matang dan upaya mitigasi yang lebih baik, risiko kerugian dapat diminimalisasi.


Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI