Senin, 13 Oktober 2025
Beranda / Berita / Nasional / Agroforestry, Cara Cerdas Masyarakat Aceh Lindungi Hutan dan Tambah Pendapatan

Agroforestry, Cara Cerdas Masyarakat Aceh Lindungi Hutan dan Tambah Pendapatan

Senin, 13 Oktober 2025 12:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Naufal Habibi

M. Nur Khatami, perwakilan dari Environmental Local Champion Club. [Foto: Naufal Habibi/dialeksis.com]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Upaya menjaga keseimbangan antara kebutuhan ekonomi masyarakat dan kelestarian lingkungan di Aceh kini menemukan momentum baru melalui penerapan sistem agroforestry.

Program ini mulai diterapkan di sejumlah wilayah Aceh dan menjadi salah satu solusi nyata terhadap tantangan berkurangnya kawasan hutan akibat peningkatan kebutuhan lahan oleh penduduk.

Hal itu disampaikan oleh M. Nur Khatami, perwakilan dari Environmental Local Champion Club, yang selama ini aktif dalam program penguatan ekonomi berbasis lingkungan di Aceh.

Menurutnya, agroforestry adalah konsep pengelolaan lahan yang memadukan tanaman pertanian dengan pohon-pohon hutan, sehingga menghasilkan manfaat ekonomi bagi masyarakat tanpa mengorbankan keberlanjutan ekosistem.

“Agroforestry ini penting untuk keberadaan hutan dan lingkungan. Selain masyarakat mendapat keuntungan ekonomi, mereka juga bisa menjaga kelestarian alam di sekitar mereka,” ujar Khatami saat diwawancarai media dialeksis.com, Senin (13/10/2025).

Khatami menjelaskan bahwa salah satu tantangan terbesar yang dihadapi Aceh saat ini adalah penurunan luas kawasan hutan akibat tekanan populasi dan aktivitas ekonomi.

"Penduduk semakin banyak, sementara kawasan hutan semakin berkurang. Itu menjadi tantangan utama bagi Aceh. Karena itu, agroforestry menjadi jembatan yang penting antara pelestarian dan kesejahteraan,” ujarnya.

Dalam praktiknya, sistem agroforestry memungkinkan masyarakat menanam berbagai komoditas pertanian yang tumbuh berdampingan dengan tanaman hutan. Jenis tanaman yang digunakan juga disesuaikan dengan kondisi ekologis dan kebutuhan ekonomi masyarakat.

“Untuk pertanian, tanaman yang bisa dikembangkan misalnya lada, kopi, atau alpukat. Tanaman-tanaman ini bisa tumbuh di bawah naungan pohon besar, seperti sistem tumpang sari,” jelasnya.

Menurutnya, pola tanam seperti ini tidak hanya menjaga produktivitas tanah, tetapi juga memperkuat daya tahan lahan terhadap erosi serta meningkatkan serapan karbon di atmosfer.

"Konsepnya sederhana: kita hidup berdampingan dengan alam, bukan menaklukkannya,” tambah Khatami.

Program agroforestry yang digerakkan oleh Environmental Local Champion Club ini kini telah berjalan di 12 desa di wilayah Aceh Tengah. Menurut Khatami, kegiatan ini sudah berlangsung selama tiga bulan terakhir dan masih dalam tahap identifikasi serta pendampingan bagi masyarakat penerima manfaat.

“Program ini sudah berjalan. Sekarang kami sedang melakukan identifikasi terhadap jumlah bantuan dan jenis tanaman yang akan diberikan kepada kelompok tani,” jelasnya.

Ia menambahkan bahwa pelibatan masyarakat lokal menjadi kunci keberhasilan program ini. “Masyarakat harus menjadi aktor utama. Kita hanya mendampingi dan memastikan agar kegiatan ini berjalan sesuai prinsip keberlanjutan,” katanya.

Meski baru berjalan beberapa bulan, Khatami optimistis program agroforestry di Aceh akan membawa dampak positif yang luas, baik bagi ekonomi lokal maupun lingkungan. Ia berharap program ini dapat terus diperluas dan dijadikan model pembangunan berkelanjutan di daerah lain.

“Harapannya, agroforestry ini berjalan seperti yang direncanakan dan memberikan dampak luar biasa, terutama bagi masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan hutan,” ujar Khatami.

Ia juga menegaskan pentingnya dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, akademisi, dan lembaga swadaya masyarakat untuk memperkuat implementasi program tersebut.

"Agroforestry bukan hanya soal menanam, tapi tentang membangun kesadaran baru bahwa keberlanjutan alam adalah investasi masa depan,” tutupnya. [nh]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
bank aceh