Beranda / Berita / Nasional / Hasil Penelitian Terhadap Kelelawar Lokal Negatif Virus Korona

Hasil Penelitian Terhadap Kelelawar Lokal Negatif Virus Korona

Rabu, 05 Februari 2020 09:03 WIB

Font: Ukuran: - +

Ilustrasi. 

DIALEKSIS.COM | Jakarta - Fakultas Kedokteran (FK) Hewan IPB University bersama Research Center for Zoonosis Control, Hokkaido University, Jepang, bekerjasama melakukan penelitian di Kecamatan Panjalu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, mengambil salah satu sample kelelewar untuk diteliti. Peneltian dilakukan mengantisipasi merebaknya virus orona melalui kelelawar.

Seorang profesor FK Hewan IPB bersama Research Center for Zoonosis Control, Hokkaido University, Jepang, didampingi para ahli telah meneliti kelelawar di Bukit tinggi, Sopeng, Gorontalo, Manado dan Bogor. Pemilihan lokasi tersebut, dilakukannya karena habitat kelelawar dan populasinya itu cukup tinggi di Indonesia

Ketua Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) cabang Priangan Timur IV, meliputi Kota Tasikmalaya, Pangandaran, Garut, Banjar, Ciamis dan Kabupaten Tasikmalaya, drh Siti Maemunah mengatakan, pihaknya selama ini telah berkomunikasi dengan tim Ahli Patologi FK Hewan IPB Prof drh Agus Setiyono dari hasil penelitian kelelawar di Panjalu negatif virus korona.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Profesor Agus, kelelawar di Panjalu Ciamis selama ini aman dan tidak terkena virus korona. Karena, tim juga telah melakukan pengecekan hingga membuat dokumen dan publikasi namun dari beberapa sample tidak terindikasi korona," katanya, Selasa (4/2/2020).

Sementara itu, Wakil Ketua II Himpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) cabang Jawa Barat IV dan sebagai Dekan Fakultas Pertanian Universitas Galuh (Unigal) Kabupaten Ciamis, Agus Yuniawan Isyanto mengungkapkan, dari hasil penelitian dan sample memang tidak ditemukan terindikasi korona tapi masyarakat harus tetap waspada.

"Kami meminta supaya warga tetap waspada dan jangan melakukan hal yang selama ini tak diinginkan misalnya, sebuah manga yang telah matang dipohon dan dimakan kelelawar agar jangan dikonsumsi. Saya meminta agar warga harus membuangnya karena itu berbahaya," ujarnya. (Im/Mediaindonesia)



Keyword:



Berita Terkait
    riset-JSI
    Komentar Anda