Wujudkan Lingkungan Bersih Lewat Semangat Komunitas BireunKut
Font: Ukuran: - +
Reporter : Muammar Khadafi
Muammar Khadafi, mahasiswa Prodi Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry Banda Aceh. [Foto: dokumen untuk dialeksis.com]
DIALEKSIS.COM | Kolom - Permasalahan sampah di Indonesia sudah menjadi isu yang semakin mendesak untuk diselesaikan. Tak terkecuali di Kabupaten Bireuen, Aceh, di mana komunitas BireunKut hadir sebagai solusi nyata dengan semangat kolektif anak muda.
Meski baru terbentuk pada 24 April 2024, BireunKut telah menunjukkan aksi yang patut diapresiasi. Dalam kurun waktu sebulan, mereka berhasil mengumpulkan 6,2 ton sampah dari got, irigasi, sungai, dan pantai. Fakta ini membuktikan bahwa kesadaran dan tindakan kecil yang dilakukan bersama mampu membawa perubahan besar.
Nama BireunKut, yang berasal dari kata “Bireun” dan “kut” (kutip dalam bahasa Aceh), mencerminkan esensi perjuangan mereka: memungut dan memerangi sampah di tanah kelahiran mereka. Dengan inspirasi dari Padawara Group di Bandung, mereka menunjukkan bahwa inisiatif lokal dapat membawa dampak yang luas. Melalui media sosial Instagram, BireunKut berhasil merekrut 20 relawan remaja asli Bireuen, membuktikan bahwa generasi muda tidak hanya peduli, tetapi juga mampu bertindak nyata untuk lingkungan.
Namun, tantangan masih membayangi perjalanan mereka. Ketiadaan alat pengolah sampah menjadi hambatan dalam merealisasikan cita-cita mulia mengolah limbah menjadi produk bernilai ekonomis, seperti tong sampah. Untuk saat ini, mereka hanya mampu memilah sampah dan menyimpan sebagian di sekretariat. Situasi ini seharusnya menjadi perhatian bagi pemerintah daerah maupun pihak swasta agar dapat mendukung dengan menyediakan alat atau pelatihan pengolahan sampah. Jika dikelola dengan baik, pengolahan sampah ini dapat membuka peluang bisnis berbasis lingkungan, sekaligus memberikan manfaat ekonomi bagi komunitas.
Aksi BireunKut juga menunjukkan dampak positif dari keberadaan media sosial. Dengan membagikan kegiatan mereka di Instagram dan TikTok, komunitas ini tidak hanya menginspirasi orang lain untuk peduli lingkungan, tetapi juga berhasil menggalang donasi melalui Kitabisa.com. Transparansi dalam pengelolaan dana operasional mereka patut dicontoh oleh komunitas lain. Kepercayaan yang dibangun melalui laporan terbuka inilah yang menjadi kunci keberlanjutan gerakan sosial seperti ini.
Para relawan komunitas Bireuenkut. [Foto: dokumen untuk dialeksis.com]Namun, perjuangan BireunKut tak bisa hanya disandarkan pada 20 relawan ini saja. Kepedulian terhadap lingkungan harus menjadi tanggung jawab bersama. Masyarakat Aceh, khususnya, perlu menyadari dampak buruk dari kebiasaan membuang sampah sembarangan. Dukungan berupa perubahan perilaku, donasi, atau bahkan keterlibatan langsung dalam aksi bersih-bersih akan sangat berarti bagi kelangsungan misi BireunKut.
Kisah BireunKut adalah pengingat bahwa setiap tindakan, sekecil apa pun, memiliki dampak besar jika dilakukan dengan konsisten. Gerakan mereka bukan hanya soal membersihkan sampah, tetapi juga membangun budaya peduli lingkungan yang berkelanjutan. Jika lebih banyak komunitas seperti BireunKut bermunculan di seluruh Indonesia, bukan tidak mungkin masalah sampah yang selama ini menjadi momok dapat diatasi.
Kini, tugas kita dengan mendukung semangat mereka dan memastikan bahwa gerakan ini terus berkembang. Lingkungan yang bersih bukan hanya impian, tetapi sebuah keniscayaan jika kita semua, seperti BireunKut, bersedia mengambil tindakan nyata untuk mewujudkannya. [**]
Penulis: Muammar Khadafi (mahasiswa Prodi Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry Banda Aceh)