kip lhok
Beranda / Kolom / Saya Mencurigaimu Bupati Shabela

Saya Mencurigaimu Bupati Shabela

Sabtu, 27 Juni 2020 09:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Bupati Aceh Tengah Shabela Abubakar

Apakah Bupati Aceh Tengah Shabela Abubakar akan membawa virus corona ke Aceh Tengah? Saya mencurigainya.

Ketika telpon saya tutup, saya duduk merenung sebentar. Apakah saya harus ke pendopo, bertemu dengan Bupati Aceh Tengah Shabela Abubakar? 

Bupati Aceh Tengah meminta saya untuk bertemu langsung di pendopo. Saya meminta orang nomor satu di negeri Gayo Lut ini untuk memberikan keterangan, seputar virus corona yang menghantui manusia.

Sebagai wartawan, dengan perasaan bercampur aduk saya ahirnya bertemu di pendopo. Bupati baru beberapa hari kembali dari luar daerah (Jakarta).

Shabela Abubakar dan timnya (termasuk Subandy, mantan Kadis PU) bertemu dengan Menteri Sofyan Djalil. Mereka sempat berjabat tangan dan berpelukan. Usai kembali dari Jakarta, saya meminta keterangan Bupati Aceh Tengah.

Di luar dugaan saya, Shabela justru meminta saya untuk bertemu di pendopo. Seperti biasanya (sudah tradisi ketika bertemu, berjabat tangan adalah tanda persaudaraan dan rasa hormat), saya berjabat tangan menanyakan keadaanya.

Saat berjabat tangan, mungkin Bupati Shabela juga ragu kepada saya. Dalam dialog berbahasa Gayo, bupati menyebutkan, seharusnya kita tidak berjabat tangan. Tidak bersentuhan langsung.

“Kalau saya terkena virus tidak menular kepada kamu, demikian juga bila kamu terkena virus tidak menular kepada saya. Ini wabah, tak kasat mata, kita tidak tahu siapa yang sudah terkena corona,” sebut Shabela usai berjabat tangan dengan saya.

Wawancara yang saya lakukan menjadi tidak nyaman. Hati saya mulai gelisah, apalagi berita sedang hangat dibahas, tentang Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi resmi positif corona.

Ketika itu saya hanya kepingin wawancara via telpon. Namun bupati menyebutkan, karena agak lama membutuhkan waktu, sebaiknya bertemu saja.

Usai bertemu dengan Bupati Shabela, saya langsung pulang dan mandi.

Malamnya, usai berdoa ke Ilahi, saya duduk merenung. Kalau sekiranya saya terkena corona, apa yang harus saya lakukan. Beberapa hari kemudian saya buatkan tulisan dengan judul “kalau saya terkena Covid-19” yang ditayang Dialeksis.com dan juga ikut disebarkan Lintasgayo.com.

https://dialeksis.com/kolom/kalau-saya-terkena-covid-19/

Akibat tulisan saya ini, banyak yang menelpon atau bertemu langsung dengan saya menanyakan keadaan saya. Tulisan saya terkena covid-19, ada yang meneteskan air mata.

Kini, sudah tiga bulan berlalu. Kecurigaan saya kepada Shabela Abubakar, Bupati Aceh Tengah pada ahir Maret 2020 lalu, tidak terbukti. Maaf saya sudah berdosa mencurigai pemimpin nomor satu di Gayoi Lut.

Alhamdulilah, kami sama sama tidak terdeteksi adanya serangan wabah. Semoga Tuhan mengangkat wabah ini dan tidak menambah daftar manusia yang menghembuskan nafas terahir karena wabah.

Awal wabah melanda negeri ini, khususnya di negeri Gayo Lut, tingkat kecurigaan sesama manusia sangat tinggi. Semua berjaga-jaga. Semuanya berpeluang terkena dan semuanya berpeluang selamat.

Kini memasuki masa new normal, kita hidup dalam lingkaran wabah. Kita sama sama akan melawanyanya. Waspada, siapa yang kuat dia akan bertahan.

Saat new normal ini, saya meminta maaf kepada Bupati Aceh Tengah karena pernah mencurigainya. Justru Shabela Abubakar memberikan jawaban, “bagus”, menandakan ada rasa kewaspadaan dan itu harus dipelihara, saat wabah melanda negeri ini.

“Saya juga sebenarnya saat itu tidak mau berjabat tangan, karena saya baru bertemu dengan sejumlah pejabat dan orang-orang di Jakarta. Saya takut, kalau saya terkena, jangan sempat kamu juga terkena,” sebut Shabela mengenang kembali pertemuan kami.

Kini, negeri ini memasuki masa new normal, semoga diberikan sang maha pencipta kembali damai seperti sebelumnya, tidak ada lagi wabah yang menghantui manusia. Berbagai macam cara Tuhan melatih hambanya untuk mengetahui siapa sang pencipta dan siapa mahluk ciptaanya. (Bahtiar Gayo)


Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda