kip lhok
Beranda / Kolom / Pintu Syuhada dr Imai Akan Diwarisi Tenaga Medis

Pintu Syuhada dr Imai Akan Diwarisi Tenaga Medis

Senin, 07 September 2020 10:45 WIB

Font: Ukuran: - +


Beragam cara Tuhan memanggil kembali hamba-hambanya. Setiap manusia ada masanya dan setiap masa ada manusianya. Semuanya sudah diatur Tuhan. Datang dan pergi silih berganti. Kematian itu pasti, hanya penyebabnya yang berbeda.

Ada yang kembali ke Ilahi di tiang gantungan, dalam desingan peluru. Ada yang menghembuskan nafas terahir lagi santai. Ada yang tragis bersimbah darah, ada yang damai. Semua ketetapan Tuhan tidak mampu manusia mengubahnya. Beragam macam cara Tuhan menjembut kembali miliknya.

Saat negeri ini dilanda wabah Tuhan telah menunjukan kekuatanya, mengambil kembali nafas mahluknya. Satu persatu gugur meninggalkan alam pana. Mereka yang kembali ke Ilahi akibat wabah, bukan hanya masyarakat biasa. Namun ada pejabat dan pasukan tempur yang berperang dengan corona.

Di Bumi pertiwi sudah tercatat 103 dokter yang menghembuskan nafas terahir akibat serangan corona. Dari sejumlah nama itu, tercatat Dr. Imai Indra dari Bumi Aceh. Namanya menjadi pembahasan, bahkan Unsyiah akan menabalkan namanya untuk gedung Laboratorium penyakit Infeksi Fakultas Kedokteran.

Lelaki yang berasal dari negeri Lancang Kuning ini merupakan alumnus Unsyiah. Dia sudah mengabdikan hidupnya untuk Aceh. Sebagai tenaga medis dan tenaga pendidikan. Dia tercatat sebagai dosen di Fakultas Kedokteran Unsyiah.

Walau berasal dari Riau, namun kecintaan dan pengabdianya untuk Aceh sudah dibuktikanya. Aceh kehilangan putra terbaik di bidang kesehatan. Sejak muda sampai menjadi dosen, hingga peperangan dengan corana, dr Imai tetap menunjukan kesetianya pada bumi Aceh.

Dimana bumi dipijak disana langit dijunjung sudah dibuktikanya. Bahkan rasa cintanya kepada Aceh, anak sulungnya yang juga seorang dokter diberi nama dengan dr Dipei yang merupakan kebalikan nama Pidie. Dr Imai pernah bertugas sebagai dokter PTT di Pidie.

”IDI Aceh kehilangan putra terbaiknya. Banyak panutan yang telah ditunjukan almarhum. Pengabdianya tulus. Banyak tugas kemanusian yang telah dilakukanya. Saat mahasiswa sampai dipangil Ilahi, masih mengabdikan diri untuk kemanusian,” sebut Dr.dr Safrizal Rahman MKes SpOT, ketua IDI Aceh.

Ketika Dialeksis.com menanyakan sosok almarhum, ketua IDI ini mengakui banyak panutan yang telah diberikan dr Imai dalam pengabdianya kepada kemanusian. Bahkan ketika Aceh masih dibalut konflik, dia turun tangan menyalurkan bantuan ke Buetong, dimana saat ini akses ke sana masih sulit.

Dokter spesialis anastesi ini telah mengunjungi seluruh kawasan Aceh dalam melakukan pengabdianya sebagai petugas kemanusian. Bahkan dia sempat menawarkan diri untuk petugas kemanusian saat negeri ini dilanda musibah, walau harus dengan biaya sendiri.

Saat pandemi corona, almarhum masih menunjukan semangat juangnya dalam pengabdian. Dia memutuskan sendiri untuk melakukan pembiusan pada pada pasien Covid-19, saat dilakukan operasi. Dia menunjukan semangat juangnya yang luar biasa, dan siap menghadapi resiko.

Usai melakukan operasi pasien ini, pahlawan kemanusian ini mulai merasakan gejala demam dan batuk selama beberapa hari. Harus menginap di IGD dan menjalani pemeriksaan selanjutnya dinyatakan terkonfirmasi positif.

Berbagai upaya dilakukan untuk menyelamatkan pejuang yang punya semangat tinggi ini. Termasuk mencari alat high flow nasal canule hingga plasma konvalesen ke RSPAD Gatot Subroto, Jakarta. Saat akan dilakukan pemasangan mesin bantu nafas, almarhum seperti sudah mengetahui dirinya akan meninggalkan alam pana ini.

Saat itu dia menyampaikan permintaan maafnya atas segala kesalahan sebagai manusia. Dia bagaikan sudah mendapatkan sinyal dari malaikat maut, akan datang menjemputnya untuk kembali ke Ilahi, karena sudah menyelesaikan tugasnya di muka bumi.

Hembusan nafas terahir dr Imai telah membuat Aceh berduka, kalangan medis merasa terpukul dan kehilangan sosok panutan. Sosok yang penuh semangat dalam mengabdikan dirinya sebagai petugas kemanusiaan.

Ata semangat dan jasa-jasanya dalam mengabdikan diri selama ini dan sebagai pejuang melawan wabah, Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) akan menabalkan namanya untuk ruang laboratorium penyakit Infeksi Fakultas Kedokteran.

Tenaga medis dan rakyat di Aceh telah kehilangan sosok dr Imai Irsan, iringan doa menyertainya. Namun semangat perjuangan armarhum tidak pernah hilang dalam perjuangan. Direlung hati para tenaga medis ada sebuah kebanggaan, semangat juang dr Imai akan tetap ada bersama mereka.

Tenaga medis tidak pernah menyerah dalam melanjutkan peperangan ini. Walau harus berpisah nyawa dengan raga, seperti takdir yang sudah ditetapkan kepada dr Imai, mereka akan tetap bertempur melawan corona demi menyelamatkan manusia.

Walau dalam pertempuran itu nyawa mereka sebagai taruhanya, semuanya akan dilakukan dengan percaya diri dan penuh semangat. Lebih baik hidup berkalang bumi dan akan mendapatkan imbalan dari Ilahi daripada lari dari pertempuran. Tidak ada istilah surut dalam peperangan ini.

Selamat jalan pahlawan, selamat jalan dr Imai. Namamu akan dikenang. Tetapi yang terpenting bukan hanya nama yang dikenang manusia, namun balasan dari yang maha kuasa itu jauh lebih sempurna. Semoga engkau ditempatkan dalam jannahnya.

Mereka yang kini engkau tinggalkan, masih melanjutkan perjuanganmu disertai dengan iringan doa. Mereka akan berjuang melawan wabah ini tanpa kenal lelah. Allah mencatat jasa jasa mereka dalam mengikuti perjuanganmu.

Bila nanti ada yang menyusul kepergianmu, karena sudah menjadi ketetapan Ilahi mereka sudah ihlas dan rela. Karena kini hidup mereka sudah digadaikan dalam sebuah peperangan. Namun harapan dan doa masih melantun dari mereka yang tulus dan berdoa, agar tenaga medis lainya keluar sebagai pemenang dan selamat dari pertempuran.

Selamat jalan dr Imai Indra. Selamat berjuang buat tenaga medis yang melanjutkan perjuangan almarhum. Anda berjuang bukan untuk diri Anda, namun menyelamatkan ummat yang membutuhkan pertolongan Anda. Berjuanglah pahlawan ummat.

Bait bait doa dari mereka yang tulus dalam linangan air mata ada untukmu pahlawan. Jangan menyerah dengan keadaan, karena setiap cobaan yang diberikan Tuhan merupakan latihan buat manusia. Kita akan mampu melalui cobaan ini. Jadilah pemenang wahai pahlawan ummat. (Bahtiar Gayo)


Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda