Beranda / Kolom / Obituari Tu Sop 2: Sosok Visioner dengan Segudang Gagasan

Obituari Tu Sop 2: Sosok Visioner dengan Segudang Gagasan

Senin, 09 September 2024 22:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Mustafa A Glanggang
Mustafa A Glanggang. [Foto: dokumen untuk dialeksis.com]

DIALEKSIS.COM | Kolom - Saya tidak pernah menyangka sebelumnya, bahwa apa yang saya pikirkan sudah duluan ada dalam perencanaan Tu Sop. "Saya mohon dukungan dari Abang," ujarnya memanggil saya dengan sebutan Abang pertanda keakraban.

Dalam kesempatan lain, saya diundang khusus ke Al Aziziah. Ternyata, di sana sudah dikumpulkan sekitar 10 orang santri senior. Tu Sop kemudian seperti “mencemeti” saya. 

“Tolong Bang Mus berikan sugesti dan motivasi untuk mereka supaya tidak bosan berkreativitas dalam dunia tulis-menulis,” pinta Tu Sop. 

Ia melakukan itu karena mengetahui latar belakang saya sebagai seorang mantan wartawan.

Program lain yang digagasnya adalah pendidikan kejuruan bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Bireuen. Hadirnya SMK Kelautan yang berlokasi di belakang Al Aziziah merupakan wujud konsep keterpaduan antara pedidikan kejuruan kelautan dengan pendikan dayah. 

Sayangnya, gagasan ini tidak berjalan lama. Begitu masa kepemimpinam saya sebagai bupati berakhir, perjalanan konsep keterpaduan kejuruan dan kedayahan itu ikut pudar.

Tahun 2007 berbenah

Menjelang peringatan 17 Agustus 2007, secara resmi saya kembali ke Banda Aceh. Lama saya tidak berkomunikasi lagi dengan Tu Sop setelah saya meninggalkan Bireuen.

Sekitar tahun 2012, saya mulai lagi singgah di Dayah Al Aziziah. Dari pengamatan saya, dayah pimpinan Tu Sop menagalami kemajuan pesat sejak tahu 2007 saya meninggalkan Bireuen. 

Semua rencana yang pernah dirancang pada tahun 2005, hampir seluruhnya terealisasi. Termasuk program perkebunan walaupun hasilnya belum maksimal.

Demikian pula dengan program menghadirkan radio siaran yang belakangan saya tahu diberi nama Yadara. Nama ini juga digunakan untuk berbagai unit usaha lainnya, seperti air mineral kemasan, juga menggunakan merek Yadara.

Banyak juga buku-buku terjemanan hasil karya para santri Al Aziziah yang sudah diterbitkan dan beredar secara umum. Ada satu yang belum terealisasi, yaitu i TV Al Aziziah.

Maka, ketika Tu Sop ikut politik Pilkada Bireuen tahun 2017 bertarung dengan Ruslan Daud, Saifanur, dan Amirudfin Idris, Tu Sop menyampaikan gagasan dan ide-idenya melalui siaran radio Yadara. Menggunakan fasilitas itu, ia mampu menjangkau masyarakat hingga ke pelosok pedalaman Bireuen. 

Pada sebuah kesempatan, saya juga diajak ikut berkampaye untuk Tu Sop sebagai calon Bupati Bireuen di Lapangan Pulo Kiton. 

Ketua ZIS

Pasca tsunami 2005, Aceh sudah dinyatakan aman dan damai. Tidak ada lagi konflik antara GAM dan TNI setelah dicapainya perundingan di Helsinki. Sejak itu, Aceh mulai menata kembali pembangunan berbagai sektor. 

Bireuen juga melakukan program recoveri dengan membangun kembali setelah luluh lantak dihantam tsunami dan kerusakan masa 'peperangan' antara GAM dan TNI. 

Salah satu program yang dijalankan adalah pemotongan gaji PNS secara sukarela yang dikumpulkan oleh ZIS (zakat, infak, dan sedekah). Dana yang dikumpulan ZIS tidak dimasukan dalam APBD Bireuen. Dana berdiri sendiri dan dikelola oleh sebuah manajemen indpenden. 

Banyak juga PNS yang berkeberatan gajinya dipotong. Tapi, setelah Tgk H Muhammin Tanjongan menyampaikan pemikiranya di hadapan ribuan PNS di Gedung Serba Guna (bekas PJKA) barulah mereka memahami. Akhirnya, Tu sop ditunjuk sebagai ketua pengelola dana ZIS untuk peride pertama sampai pertegahan 2007.

Selain ketua ZIS Bireuen. Tu Sop juga saya minta untuk mejabat sebagai ketua Tanfdziah PC NU Bireuen tahun 2006-2011. Selain sebagai pengurus PW NU Aceh, ia juga menjabat sebagai ketua umum HUDA (Himpunan Ulama Aceh).

Tu Sop atau Nyak Sop dipanggil juga dengan sebutan Ayah Sop di lingkungan pesantren. Pemilik nama lengkap Tgk H Muhammad Yusuf bin Abdul Wahab itu, terakhir, tampil sebagai salah satu sosok yang bisa mewarnai arah politik Aceh, sehingga pada pilkada bulan November 2004 yang akan datang sudah ditetapkan sebagai calon Wakil Gubernur Aceh 2025-2030 berpasangan dengan Bustami Hamzah. 

Belumpun KIP Aceh menetapkan nomor urut pasangan yang berhadapan dengan Muzakir Manaf dan Fadululah, Allah SWT sudah duluan memangil Tgk H Muhammah Yusuf bin Abdul Wahab. Pada tanggal 8 September 2024, Tu Sop atau Nyak Sop telah pergi untuk selamanya. Selamat jalan Sahabat.[tamat]

Penulis: Mustafa A Glanggang

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI