Beranda / Kolom / Mualem, Berjuang Lewat Senjata Bukan Lewat Kata

Mualem, Berjuang Lewat Senjata Bukan Lewat Kata

Jum`at, 30 Agustus 2024 18:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Mirza Ferdian

Penulis: Mirza Ferdian SH Warga Banda Aceh


DIALEKSIS.COM | Kolom - Muzakir Manaf atau Mualem merupakan Panglima Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang jabatan itu ia sandang ketika Panglima sebelumnya Tgk Abdullah Syafi'i syahid dalam sebuah pertempuran dengan pihak TNI dipedalaman Pidie. 

Dalam organisasi kombatan yang saat ini tergabung dalam Komite Peralihan Aceh, sebagai Ketua, Mualem hingga kini masih sangat dihormati keberadaannya. Kewibawaan Mualem dalam mengatur jajarannya yang notabene alumni perang boleh dikatakan tanpa ada kendala yang berarti. Riak yang terjadi dapat diatasi dengan baik. 

Dalam perjuangan politik, Mualem juga memimpin Partai Aceh. Jatuh bangun nya Partai yang pada awalnya bernama Partai GAM itu telah mereka jalani dengan berbagai dinamika internal. Pada Pemilu perdana yang mereka ikuti tahun 2009 Partai Aceh meraih 33 Kursi DPR Aceh, Tahun 2014 meraih 28 Kursi, Tahun 2019 18 Kursi dan kemudian Tahun 2024 ini meraih 20 Kursi. Walaupun peraihan kursi menurun, setidaknya mereka tetap menguasai Parlemen selama 4 kali pemilu. Boleh dikatakan sebuah prestasi membanggakan ditengah gempuran pengembosan dan pelemahan Partai lokal ini. 

Dalam pemilihan kepala daerah tingkat Provinsi, Partai Aceh hanya menang 1 kali di tahun 2012 dengan pasangan Zaini Abdullah (Abu Doto) dan Muzakkir Manaf (Mualem). Tahun 2017, menurut sebuah sumber terpercaya, Mualem bukan kalah tapi dikalahkan.

Soliditas kombatan dan simpatisannya yang masih terjaga hingga saat ini merupakan hasil dari kepemimpinan yang bijaksana dari seorang Mualem. Banyak tokoh GAM/Kombatan yang keluar dari Partai Aceh dan masuk Partai Nasional atau pindah ke Partai Lokal lain. Namun kembali menjadi anggota atau bagian dari Partai Aceh. Dan orang-orang ini kembali diterima Mualem dengan lapang dada.

Daya tarik Mualem ditengah masyarakat Aceh masih menguat. Partai Aceh sebagai gerbong politik mantan Kombatan terus melahirkan kader dan terus mencoba untuk menjadi Partai terbuka. Majelis Ulama Nanggroe Aceh (MUNA), Jaringan aneuk syuhada (JASA), Komite Peralihan Aceh (KPA) dan banyak lainnya terus berkembang dalam membesarkan Partai Aceh. 

Prestasi tersebut tidak bisa katakan sebagai pencapaian biasa. Semua itu terjadi karena Nasionalisme KeAcehan Mualem sangat tinggi. 

Rasa ke Acehan itu sangat penting bagi yang memiliki keinginan membangun Aceh ke depan. Kita tidak menginginkan Aceh menjadi bagian yang diperjualbelikan nantinya. 

Kemarin ketika Mualem Pidato saat pendaftaran menjadi Cagub Aceh Periode 2024-2029 bahasanya dipelintir, dan kemudian diviralkan. Harus diakui Mualem tak pandai berkata-kata apalagi beretorika. Mualem hanya pernah berjuang dengan senjata. Untuk Aceh dan  untuk kita yang saat ini merasakan nikmatnya dana Otonomi Khusus.[]

Penulis: Mirza Ferdian SH Warga Banda Aceh

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI