kip lhok
Beranda / Kolom / Cerita Kakek Anies Baswedan Berkunjung ke Aceh Tahun 1949

Cerita Kakek Anies Baswedan Berkunjung ke Aceh Tahun 1949

Selasa, 12 September 2023 22:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Bisma Yadhi Putra

Ali Sastroamidjojo, S. M. Amin, Mohammad Natsir (berpeci), dan AR Baswedan sewaktu di Kutaraja. [Foto: tangkapan layar dari buku Sekali Republiken Tetap Republiken: Perjuangan Kemerdekaan di Aceh 1949 karya Teuku Alibasyah Talsya (1990)]


DIALEKSIS.COM | Kolom - Betapa senangnya Bung Hatta. Setelah berkali-kali gagal berangkat ke Aceh, pada 5 Juni 1949 keinginan itu akhirnya terwujud. Mendarat di Kutaraja dengan pesawat milik Komisi PBB untuk Indonesia, Bung Hatta ditemani beberapa pejabat negara. Bersamanya, antara lain, ada Menteri Penerangan Mohammad Natsir dan Abdurrahman Baswedan. Tujuan utama mereka ke Aceh ialah untuk menjumpai Mr. Sjafruddin Prawiranegara selaku Ketua Pemerintahan Darurat Republik Indonesia. 

Sebagaimana dicatat Teuku Alibasyah Talsya dalam Sekali Republiken Tetap Republiken: Perjuangan Kemerdekaan di Aceh 1949 (1990), selama berada di Aceh, AR Baswedan juga memanfaatkan waktunya untuk bersilaturahmi dengan para ulama, pemuda, dan sejumlah pejuang perempuan Aceh yang tergabung dalam sejumlah organisasi. Di acara ini hadir pula Gubernur Militer Daud Beureueh.

AR Baswedan senang memperpanjang tali persahabatannya dengan rakyat Aceh. Bersama atasannya, Natsir, dia turut bersilaturahmi dengan para pegawai Jawatan Penerangan Aceh dan bertamu ke Kantor Berita Monitoring Service yang bertempat di sebuah paviliun milik Atjeh Hotel. 

Mulai beroperasi tanggal 16 Maret, Kantor Monitoring Service bertugas mengumpulkan berita-berita dalam dan luar negeri. Berita-berita yang dihimpun lantas disebarluaskan kepada publik melalui sebuah buletin yang terbit setiap pagi.

Sebagai seorang cendekiawan Muslim, penting bagi AR Baswedan untuk memberikan nasihat perjuangan kepada rakyat Aceh, terutama anak-anak muda. Tanggal 8 Juni, ia diberi kesempatan berceramah di hadapan para pelajar di Kutaraja. Acara berlangsung di Gedung Debating Club Sekolah Menengah Islam. Dalam ceramahnya, AR Baswedan mengajak anak-anak Aceh untuk mewaspadai siasat Charles van der Plas.

Menteri Penerangan M. Natsir dan AR Baswedan (baju warna gelap, berdiri di tengah) berfoto di depan Kantor Monitoring Service. [Foto: tangkapan layar dari buku Sekali Republiken Tetap Republiken: Perjuangan Kemerdekaan di Aceh 1949 karya Teuku Alibasyah Talsya (1990)]

Van der Plas adalah seorang birokrat kolonial yang dinilai selicik Snouck Hurgronje. Sebagaimana Snouck, van der Plas pun fasih berbahasa Arab. Dia mampu memengaruhi umat Islam secara halus agar mau menerima kehadiran kolonialisme Belanda. Agar tak terperdaya muslihat van der Plas, AR Baswedan menyarankan anak-anak muda Aceh terus mempelajari kitab-kitab dan ajaran-ajaran Islam yang dipandu oleh para ulama setempat.

Sehari sebelum meninggalkan Aceh, AR Baswedan dan kawan-kawan pergi bertamasya ke Pantai Leupung, Aceh Besar. Mereka menikmati waktu luang di hari itu dengan mandi laut, main tarik tambang, bercengkerama dengan anak kecil, naik sampan, hingga membantu para nelayan menarik pukat. [**]

Penulis: Bisma Yadhi Putra (Sejarawan)

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
Komentar Anda