Danau Lut Tawar, Berwisata dengan Sampah
Font: Ukuran: - +
Reporter : Dhiya Jinan Sausan
Dhiya Jinan Sausan, Mahasiswa Prodi Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Dakwah UIN Ar-Raniry Banda Aceh. [Foto: dok. pribadi untuk Dialeksis.com]
DIALEKSIS.COM | Jurnalisme Warga - Danau Lut Tawar merupakan salah satu danau yang terletak di Aceh Tengah dan berada diseputar Kecamatan Lut Tawar, Kebayakan, Bebesan, dan Bintang. Danau ini menawarkan keindahan alam dan keunikan budaya yang menjadi salah satu destinasi wisata terkenal di Bumi Serambi Makkah.
Danau Lut Tawar sangat indah. Keindahan danau ini bisa kita nikmati dari berbagai sudut dan jarak. Kalau dari jauh, kita bisa menikmati keindahannya dari lokasi, diantaranya Puncak Pantan Terong dan Puncak Origon. Dari dekat, kita bisa melihat gelombang air danau dari tepian Kampung Kala, dekat dengan Kota Takengon atau di Pantai Menye Kampung Kala Bintang di sudut timur danau.
Nama "Lut Tawar" berasal dari bahasa Aceh. "Lut" berarti danau, sementara "Tawar" berarti air tawar. Jadi, secara harfiah, "Lut Tawar" dapat diartikan sebagai "danau air tawar".
Danau yang ada di dataran tinggi Aceh ini, Luasnya kira-kira 5.472 hektare dengan panjang 17 km dan lebar 3,219 km. Volume airnya kira-kira 2.537.483.884 m³ (2,5 triliun liter), berada 1.5000 meter di atas permukaan laut dan terletak di bibir Kota Takengon,
Danau ini memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, dengan berbagai jenis ikan dan hewan air lainnya. Danau ini juga berfungsi sebagai sumber air tawar yang penting bagi masyarakat sekitar untuk pertanian, perikanan, dan pemenuhan kebutuhan air sehari-hari.
Danau kebanggaan masyarakat Gayo ini juga berfungsi sebagai sumber air tawar yang penting bagi masyarakat sekitar untuk pertanian, perikanan, dan pemenuhan kebutuhan air sehari-hari yang mendukung kesejahteraan masyarakat.
Sampah, Ketidaknyamanan dari Danau Lut Tawar
Namun ada yang membuat kita sedikit kurang nyaman mata memandang Danau Lut Tawar. Saat menikmati danau ini dari jarak dekat, terlihat sejumlah sampah. Bukan sampah, seperti daun kayu atau rerantingan, tapi sampah plastik dan sejenisnya.
Timbulnya pertanyaan, sebenarnya sampah ini dari mana? Apakah sampah dari rumah tangga, sampah yang dibuang wisatawan atau memang sengaja danau indah ini dijadikan tempat sampah?
Kalau dilihat dari bentuknya sampah yang ada di dalam air Danau Lut Tawar, sebagian besar merupakan plastik kresek, sedotan, botol air, sampah mineral dan beberapa styrofoam tempat makanan serta beberapa sampah anorganik lainnya. Jadi kita bisa berasumsi, ini pasti berasal dari wisatawan dan limbah rumah tangga.
Sampah plastik ini tidak hanya mengganggu keindahan Danau Lut Tawar, tapi juga mempengaruhi ekosistem perikanan, seperti ikan Depik dan beberapa jenis ikan lainnya. Makin berkurang kuantitas ikan, hingga mempengaruhi kesehatan kita sebagai manusia. Kadang kita tidak sadari saat mengkonsumsi ikan yang ekosistemnya telah tercemar sampah plastik, kemungkinan juga kita telah ikut memakan mikroplastik yang juga dimakan oleh ikan-ikan tersebut.
Rima Tamara, Ternala Alexander Barus, dan Hesti Wahyuningsih dalam penelitian mereka yang di Jurnal Serambi Engineering berjudul “Analisis Kualitas Air Danau Lut Tawar Kabupaten Aceh Tengah Provinsi Aceh” pada Oktober 2022, menjelaskan air di danau telah tercemar.
Sampel air diambil di Desa Pedemun, Desa One-One, Desa Nosar, Desa Bintang, dan Desa Baor Kelitu. Hasil perhitungan menggunakan metode storet menunjukkan Danau Lut Tawar untuk semua stasiun tergolong perairan yang tercemar sedang.
“Pencemaran yang terjadi terkait erat dengan masalah degradasi lingkungan. Sumber pencemaran berasal dari sampah rumah tangga, pertanian, hotel/restoran, serta pembudidayaan ikan memakai keramba jaring apung [KJA],” jelas peneliti.
Membuang sampah di danau membawa dampak negatif yang signifikan terhadap ekosistem, kualitas air, dan kesehatan masyarakat sekitar.
Aksi Nyata
Namun, apakah tidak ada larangan dari pengelola wisata atau pemerintah kepada pengunjung, atau kurangnya kesadaran masyarakat terhadap indahnya Danau Lut Tawar?
Sebenarnya pemerintah dan pengelola wisata sudah membuat sejumlah imbauan dan larangan agar pengunjung dan masyarakat di sekitar danau untuk tidak membuang sampah sembarang. Bahkan beberapa tempat wisata utama telah tersedia tempat sampah. Tapi, perilaku dan kesadaran pengunjung lokasi wisata dan masyarakat sepertinya masih jauh dari harapan pemerintah dan penggiat lingkungan hidup.
Kebiasaan masyarakat membuang sampah ke tepi yang mengarah danau merupakan faktor utama menumpuknya sampah di Danau Lut Tawar. Perilaku masyarakat ini tentu saja sangat berkontribusi terhadap menumpuknya sampah ke dalam danau tersebut, terutama yang berasal dari plastik.
Kita semua tentu saja berharap Danau Lut Tawar akan tetap indah dipandang mata, tertata dengan baik dan tidak menjadi tempat pembuangan akhir sampah dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Sudah sepatutnya, menjaga lingkungan di Danau Lut Tawar menjadi tanggung jawab bersama. Kesadaran msayarakat, baik di Aceh Tengah dan wisatawan, tentu menjadi aksi nyata bersama menjaga keindahan danau kebanggaan masyarat Aceh itu.
Untuk menjaga keindahan dan kebersihan danau, perlu adanya kombinasi dari pendidikan, fasilitas yang memadai, penegakan hukum, partisipasi masyarakat, kampanye kreatif, dan kerja sama dengan pihak industri.
Semua pihak harus dilibatkan, jaring aspirasi yang kreatif yang sifatnya membangun untuk kebaikan Danau Lut Tawar dimasa yang akan datang. Kebijakan- kebijakan yang diambil bukan hanya ditentukan satu atau beberapa kelompok yang berpotensi maha tahu apa yang terbaik bagi eksistensi Danau Lut Tawar ini.
Hilangkan kepentingan golongan atau kelompok atau keuntungan sesaat yang mengorbankan kepentingan yang lebih besar di masa yang akan datang. Langkah akhir yang harus kita lakukan, melibatkan generasi muda dan tokoh masyarakat yang berada diseputaran pinggiran Danau Lut Tawar terutama kepada kadus dan reje.
Dengan upaya bersama, kita dapat memastikan danau tetap menjadi sumber daya alam yang bersih dan bermanfaat bagi generasi sekarang dan masa depan. Mari kita jadikan Danau Lut Tawar, contoh destinasi wisata yang indah dan bebas sampah. [**]
Penulis: Dhiya Jinan Sausan (Mahasiswa Prodi Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Dakwah UIN Ar-Raniry Banda Aceh)