kip lhok
Beranda / Liputan Khusus / Indepth / Perang Corona di Aceh, Rumah Sakit ditutup- Lab Kehabisan Stok

Perang Corona di Aceh, Rumah Sakit ditutup- Lab Kehabisan Stok

Selasa, 04 Agustus 2020 14:30 WIB

Font: Ukuran: - +


Corona sudah  menyerang provinsi Aceh. Sebagian RSU terpaksa ditutup untuk sementara. Pasien yang dinyatakan positif terus bertambah. Dilain sisi pihak laboratorium kewalahan menyelesaikan tugas untuk menentukan hasil swab.

Pengiriman sampel swab dari daerah ke laboratorium resmi meningkat tajam. Balitbangkes Aceh mengakui pihaknya kehabisan bahan pakai untuk pemeriksaan. Balitbangkes ini terancam terhenti untuk melakukan uji lab, swab corona.

Sementara itu, diantara mereka yang dinyatakan positif corona, ada 60 tenaga medis di Aceh yang terpapar dan puluhan lainya menunggu hasil swab. Gempuran corona di Aceh memang sudah membuat banyak pihak kelabakan, satu persatu RSU ditutup, yang positif terus bertambah, bahan yang diperlukan untuk uji swab juga menipis.

Apakah Aceh belum siap menghadapi peperangan dengan corona? Bagaimana tenaga medis melindungi dirinya, apakah sudah sesuai protokol kesehatan? Bagaimana kesiapan RSU rujukan? Bagaimana dengan Balitbangkes? Apakah pemerintah Aceh perlu membuka laboratorium di beberapa wilayah Aceh? Apa yang seharusnya dilakukan Pemerintah Aceh?

Dialeksis.com mememinta pendapat sejumlah pihak yang berkompeten dalam persoalan corona, agar penanangan gempuran wabah ini dapat dilakukan dengan maksimal, khususnya petugas medis dalam memberikan pelayanan.

Apakah perlindungan medis di RSU sudah baik? “Belum sepenuhnya perlindungan tenaga medis di RSU itu baik. Harus diperbaiki. Salah satunya penapisan awal harus diperketat,” sebut Dr dr Safrizal Rahman SpOT, ketua IDI Wilayah Aceh.

Alat Pelindung Diri (APD) harus sesuai dengan standar, selain itu kedisiplinan dalam memakai APD. Ini yang harus benar-benar diperhatikan petugas medis, jelas ketua IDI Aceh ini.

Saat ini kondisi tenaga medis di Aceh memprihatinkan, sebutnya, lebih 60 tenaga medis sudah dinyatakan positif dan puluhan lainya sedang menanti hasil swab. Tenaga medis harus melindungi diri terlebih dahulu sesuai dengan protokol.

Apakah ada tenaga medis di Aceh yang belum melaksanakan upaya pengamanan diri sesuai standar? “ Ya, masih ada. Semuanya ini berkaitan dengan fasilitas kesehatan, seperti ruang ganti dan lainya,” jelas Safrizal.

Oleh karenanya, Safrizal menekankan agar tenaga medis memperbaiki diri dalam perlindungan, khususnya penapisan awal untuk diperketat. Selain itu, saat ini sudah harus dipikirkan perekrutan sukarelawan medis untuk tenaga cadangan.

Artinya ketika petugas medis yang ada saat ini lelah, atau harus beristirahat, mengisolasi diri (ketika dinyatakan posiitif), layanan medis kepada pasien tetap dapat dilakukan dengan adanya tenaga cadangan dari sukarelawan.

Apa yang harus dilakukan pemerintah Aceh? Tentunya harus menyiapkan sejumlah fasiltas yang dibutuhkan untuk tenaga medis dalam menghadapi peperangan dengan corona.

Melihat banyaknya RSU di Aceh yang ditutup (untuk sementara) pengamat kebijakan publik, Dr Nasrul Zaman, menjawab Dialeksis.com memberikan penilaian, fenomena ini harus disikapi dengan kesiapan pemerintah Aceh dan pemerintah kabupaten kota.

“Pemerintah Aceh, Kabupaten Kota untuk tetap menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan mensiasati Puskesmas terpilih untuk tetap melayani layanan kesehatan,” sebut Nasrul.

Pemerintah Aceh harus segera menindaklanjuti surat keputusan Plt Gubernur Aceh tentang RSU rujukan. Agar segala kebutuhan RSU rujukan itu disegerakan, dipenuhi, semua kewajiban Pemerintah Aceh dalam persoalan RSU rujukan disegerakan.

“Pemerintah Aceh juga membuka laboratorium di 3 kawasan. Di kawasan timur Aceh ( Tamiang, Langsa, Aceh Timur, Utara dan lainya). Untuk kawasan barat selatan juga disiapkan satu laboraorium, dan untuk wilayah tengah- tenggara. Atau membuat laboratorium bergerak di kawasan tersebut,” pinta Nasrul.

Menyinggung tentang adanya sejumlah RSU yang ditutup sementara, (Bener Meriah, Aceh Tamiang, Aceh Barat Daya), Jubir Covid-19, Pemerintah Aceh, Saifullah Abdul Gani, menjawab Dialeksis.com menjelaskan, penutupan itu dilakukan untuk sementara waktu, guna upaya sterilsasi.

“Pasien yang sedang dirawat atau pasien baru, dialihkan ke Puskesmas rawat inap terdekat atau Rumah Sakit terdekat. Setelah sterilisasi selesai, RSU yang ditutup sementara itu harus segera dibuka kembali untuk melayani masyarakat,” sebut SAG.

Swab Logistik “Perang”

Selain persoalan kesiapan pasukan tempur dalam sebuah peperangan, persiapan logistik dan strategi sangat menentukan keberhasilan dalam meraih kemenangan. Negeri ini saat ini sedang berperang dengan wabah.

Namun persiapan losgistik, khususnya untuk penunjang uji swab, Serambi Mekkah mulai kewalahan. Pemeriksaan swab spesimen corona dengan system real time polymerase chain reaction (RT-PCR) terancam berhenti.

Kepala Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Aceh, Dr Fahmi Ichwansyah SKp MPH, kepada media mengakui pihaknya kehabisan bahan habis pakai (consumable) untuk menunjang pelaksanaan uji swab.

“Stok bahan habis pakai yang ada saat ini hanya cukup untuk dua pekan ke depan, itupun pinjaman dari pihak lain yang harus dikembalikan dalam waktu dekat.Stok kami memang sudah habis.," kata Fahmi seperti dilansir Serambi Indonesia.

Menurut Fahmi, stok yang sudah sangat menipis itu berupa tips berfilter, ukuran 10, 20, 100, 200, dan 1.000 mikroliter. Benda ini berguna untuk mengambil bahan/reagen yang diperlukan saat pemeriksaan Covid-19.

"Tips berfilter ini merupakan bahan pendukung/plastic ware yang sangat penting di dalam pekerjaan berbasis molekuler. Tanpa tips, maka pekerjaan atau pemeriksaan tidak bisa dilakukan," terangnya.

Selain bahan ini, menurut Fahmi, stok lainya light cycler multiwell plate 96 dan light cycler 8-tube stripe (white), light cycler 480 sealing foil yang biasanya digunakan untuk penutup light cycler multiwell plate 96.juga menipis di Balitbangkes Aceh. Untuk mendapatkan bahan penunjang pemeriksaan swab ini, sangat sulit didapatkan dipasaran.

Fahmi mengakui kekurangan dan kebutuhan bahan habis pakai tersebut, sudah dia sampaikan melalui surat resmi ke Gugus Tugas Covid-19 Nasional pada medio Juni 2020. Tembusan kepada Gugus Tugas Covid-19 Aceh. Tapi ternyata stok bahan belum juga tersedia hingga memasuki bulan Agustus ini.

Namun Fahmi mengakui, pihaknya berusaha keras untuk mendapatkan bahan bahan ini, walau mendapatkanya tidak mudah dipasaran.Upaya meminjam ke sejumlah laboratorium lainya sudah dilakukan, namun belum membuahkan hasil.

 "Kami mungkin akan berhenti sementara seperti beberapa laboratorium lainnya di Indonesia yang berhenti karena ketiadaan bahan habis pakai pemeriksaan," jelas Fahmi.

Beragam persoalan kini muncul saat negeri ini digempur wabah. Rumah sakit ditutup sementara dalam upaya penyeterilan, fasilitas pasukan tempur (tenaga medis) masih ada yang belum memadai, dilain sisi persoalan lab swab juga menambah persoalan baru.

Menghadapi wabah ini, bukanlah semata tugas para medis untuk berperang. Namun semua pihak, harus ikut terlibat didalamnya. Minimal masyarakat menjaga diri agar tidak dirasuki siluman yang tak kasat mata ini.

Menjaga kesehatan sesuai dengan anjuran (protokol kesehatan), jujur dan terbuka kepada petugas medis bila ingin mendapatkan layanan medis. Berterus terang tentang riwayat perjalanan dan interaksi sesama manusia.

Pemerintah Aceh juga menghadapi tantangan yang berat saat negeri ini dilanda wabah. Jangan berharap dengan daerah lain untuk membantu (itu juga kalau daerah lain bisa membantu). Karena saat ini semua daerah berperang “masing-masing” menghadapi wabah.

Bila ada fasilitas perang yang masih kurang, seperti diutarakan ketua IDI Aceh, Kepala Balitbangkes, harus menjadi prioritas pemerintah memenuhinya. Berbagai upaya harus dilakukan. Musuh tak kasat mata ini gerakanya sangat cepat, buktinya yang terpapar virus semakin bertambah.

Bila semua pihak lamban dalam mempersiapkan diri di peperangan ini, kekuatan musuh akan semakin menjadi siluman yang menakutkan. Tuhan memberikan cobaan, karena kita mampu menghadapinya. Kerahkanlah kekuatan untuk menghadapinya.Semoga pertarungan dengan corona ini, kita mampu memenangkanya. (Bahtiar Gayo)


Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda