kip lhok
Beranda / Liputan Khusus / Indepth / Marapi Sudah Meledak, Bagaimana dengan Burni Telong dan Seulawah?

Marapi Sudah Meledak, Bagaimana dengan Burni Telong dan Seulawah?

Kamis, 07 Desember 2023 15:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Bahtiar Gayo
Petugas penyelamat sedang melakukan evakuasi korban Marapi (foto/ Dok BNPB)

DIALEKSIS.COM| Indept- Gunung merapi yang aktif, satu persatu sudah menunjukan kekuatanya. Letusanya mengundang petaka, teranyar duka menyelimuti pertiwi, ketika gunung Marapi di Sumatera Barat, meletus.

Kisahnya tragis dan memilukan, karena ada 75 pendaki gunung yang menjadi korban amukan erupsi. 23 orang meninggal dunia, jasadnya ketika ditemukan petugas penyelamat, diselimuti abu vulkanik yang panas serta terkena hantaman benda yang berterbangan dari perut bumi.

Sebenarnya bukan hanya Marapi di Sumatera Barat yang merupakan gunung merapi aktif di Pulau Sumatera. Di Aceh ada juga gunung yang sering memberikan peringatan, Burni Telong dan Suelawah. Di negeri ujung barat Andalas ini ada 6 gunung merapi.

Seulawah dan Burni Telong sudah diwanti wanti, statusnya waspada. Artinya pada satu saat akan meledak. Tidak tertutup kemungkinan juga seperti Marapi yang tanpa aba-aba, tiba-tiba meletup dan memakan korban jiwa.

Bagaimana kisah Burni Telong yang sudah sering meletus, bagaimana kondisi Seulawah Agam yang juga siap menggelegar? Dialeksis.com mengupasnya. Namun sebelum menyimak Burni Telong dan Seulawah, tidak ada salahnya sekilas melihat kisah pilu dari amukan Marapi di Sumatera Barat.

Kisah Pilu

Mereka yang memiliki hobi mendaki gunung, kali ini memiliki catatan kelam sejarah, 23 sahabat mereka menjadi saksi sejarah ganasnya amukan alam ketika menunjukan kekuatanya.

Gunung Marapi di Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, meletus pada Minggu, 3 Desember 2023, sekitar pukul 14.55 WIB. Dari 75 pendaki yang semuanya berhasil dievakuasi, 23 orang meninggal dunia. Rata-rata mahasiswa dan anak muda muda, termasuk polisi di dalamnya.

Salah seorang yang berhasil selamat adalah Zhafira Zahrim Febrina. Dia menjadi perhatian, karena usai letusan, gadis pendekar silat ini masih sempat mengirimkan video meminta pertolongan. Video yang viral itu mengambarkan bagaimana tubuh Ivy berlumuran debu vulkanik.

Pendaki perempuan ini mengirim pesan ke ibunya. Videonya yang terkena hujan abu vulkanik kemudian sudah tersebar luas dan diunggah ulang oleh warganet di lini masa, salah satunya akun TikTok @jejakpendakiofficial, pada Selasa, 5 Desember 2023.

"Bu Ivy udah nggak kuat bu, badan Ivy menggigil, kepala Ivy udah berdarah, tangan Ivy patah, bu tolong cariin bantuan," suara gadis yang baru pertama mendaki gunung ini terdengar lirih, pasrah tidak berdaya.

Kisah Ivy juga diiringi kisah duka lainya dari mereka yang selamat dan dirawat di RSU. Demikian juga kisah pilu para keluarga yang menanti jasad korban ketika diturunkan dari gunung untuk dikebumikan. Mereka telah menjadi saksi sejarah ganasnya amukan alam yang hadir tiba-tiba.

Marapi sudah menunjukan keperkasaanya, tinggi kolom abunya teramati mencapai sekitar 3.000 meter dari atas puncak, atau sekitar 5.891 meter dari atas permukaan laut (mdpl).

Dikutip dari kanal Regional Liputan6.com, Petugas Pengamat Gunung Marapi Ahmad Rifandi mengungkapkan, kolom abu teramati berwarna kelabu berintensitas tebal ke arah timur. Erupsi terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 30 mm dan durasi sementara lebih kurang 4 menit 41 detik.

Selama dua hari total 46 erupsi dan 66 kali embusan yang terjadi dengan erupsi eksplosif pertama kali pada 3 Desember 2023 pukul 14.54 WIB. "Dengan tinggi kolom abu teramati sekitar 3.000 meter di atas puncak atau 5.891 meter di atas permukaan laut," kata Kepala Pos Gunung Api (PGA) Marapi, Ahmad Rifandi

Setelah erupsi Gunung Marapi, banjir lahar dingin menerjang sejumlah daerah di Kabupaten Tanah Datar, Sumbar, pada Selasa malam, 5 Desember 2023.

Marapi sering Meledak

Marapi adalah sebuah gunung berapi kompleks di Sumatera Barat, Indonesia. Gunung ini merupakan gunung berapi paling aktif di Sumatra. Ketinggiannya 2.891 meter (9.465,2 kaki). Beberapa kota besar dan kecil terletak di sekitar gunung ini termasuk Bukittinggi, Padang Panjang, dan Batusangkar.

Dari catatan sejarah, Marapi sebenarnya sudah sering menunjukan keperkasaanya melalui ledakan yang dahsyat. Sejak 1830 hingga saat ini Marapi sudah berulang kali mengeluarkan isi perutnya.

Dikutip dari Wikipedia, pada tanggal 8 September 1830 dilaporkan Gunung Marapi mengeluarkan awan yang berbentuk kembang kol abu-abu kehitaman dengan ketebalan 1.500 m di atas kawahnya, disertai dengan suara gemuruh.

Pada tanggal 30 April 1979, amukan Marapi telah 60 orang tewas akibat letusan Gunung Marapi dan 19 orang pekerja penyelamat terperangkap oleh tanah longsor. Letusan mengeluarkan batu dan lumpur yang menyebabkan kerusakan sedikitnya pada lima daerah kawasan pemukiman penduduk setempat.

Memasuki akhir tahun 2011 hingga awal tahun 2014, Gunung Marapi menampakkan peningkatan aktivitasnya melalui letusan yang menyemburkan abu dan awan hitam. Pernah diakhir tahun 2011 semburan abu terbawa angin ratusan kilometer jaraknya hingga mencapai Kabupaten Padang Pariaman.

Tanggal 26 Februari 2014, Gunung Marapi meletus pada pukul 16.15 WIB, melepaskan material pasir, tefra, dan abu vulkanik ke wilayah Kabupaten Tanah Datar dan Agam. Status gunung ditetapkan Siaga (level 2) dan radius 3 km dari pusat kawah harus dikosongkan. Tidak ada evakuasi pada letusan ini.

Tanggal 7 Januari 2023, Gunung Marapi mengalami erupsi pada pukul 6.11 WIB. Saat Merapi Sumbar erupsi, diketahui ada sejumlah pendaki yang masih berkemah. Padahal sebelumnya, para pendaki telah diimbau agar tidak mencapai puncak.

Kali ini sejarah itu terulang kembali, pada 3 Desember 2023, gunung di Sumbar ini meledak, dikawasan ini ada 75 pendaki, 23 diantara meninggal. Abu erupsi mencapai ketinggian 3.000 meter (9.800 kaki).

Marapi disebutkan tanpa aba-aba, namun tiba tiba meletus. Sebenar kalau semua pihak jeli, Marapi sudah memberikan sinyal, pada 7 Januari 2023, Gunung Marapi mengalami erupsi pada pukul 6.11 WIB. Namun sinyal itu terlupakan.

Burni Telong dan Seulawah

Bagaimana dengan Burni Telong yang sudah sering “menyalak” dan memporak-poranda kawasan dingin Bener Meriah, Aceh? Bagaimana dengan Seulawah yang aktivitasnya mengalami peningkatan, sehingga pada 2013 lalu statusnya menjadi waspada?

Sekilas tentang Burni Telong. Gunung Burni Telong sudah pernah meledak sebanyak 5 kali. Terahir pada tahun 1924. Burni Telong, ketinggian puncaknya adalah 2624 meter di atas permukaan laut.

Bila mengutip Wikipedia, Burni Telong dalam pembagian administratif, letaknya di Kabupaten Aceh Tengah (Bener Meriah terlahir dari rahim Aceh Tengah). Gunung Burni Telong termasuk jenis gunung berapi kerucut. Gunung Burni Telong pernah meletus sebanyak 5 kali di tahun 1837, 1839, 1856, 1919, dan 1924 Masehi.

Gunung Burni Telong meletus untuk pertama kali pada akhir bulan September 1837. Letusan terjadi beberapa kali disertai dengan gempa bumi yang merusak kawasan di sekitarnya. Letusan ini merupakan letusan dengan kondisi normal pada kawah pusat.

Letusan kedua terjadi pada tanggal 12 dan 13 Januari 1839. Letusan ini mengeluarkan abu yang menyebar hingga ke Pulau Weh (Sabang). Letusan ketiga terjadi pada tanggal 14 April 1856. Pada letusan ini keluar abu dan batu dari kawah.

Gunung Burni Telong berhenti meletus lebih dari setengah abad. Letusan keempat baru terjadi pada bulan Desember tahun 1919 dengan letusan yang normal. Letusan terakhir terjadi pada tanggal 7 Desember 1924. Letusan ini sangat kecil sehingga hanya menampakkan lima tiang asap di langit.

Selain sejarah ledakan, Burni Telong menjadi gunung pavorit di Aceh. Di gunung ini memiliki ekowisata yang berkaitan dengan flora dan fauna yang hidup di dalamnya. Jenis tumbuhan yang dijadikan sebagai objek ekowisata adalah edelweis dan kantong semar. Sedangkan ekowisata dengan fauna utamanya melalui primata dan burung.

Di Burni Telong hidup beberapa hewan endemik seperti kedih dan siamang. Selain itu terdapat pula 11 jenis burung endemik Pulau Sumatera dan 51 jenis burung lainnya.

Bagaimana dengan Suelawah? Gunung merapi ini terletak di Kecamatan Seulimeum dan Kecamatan Lembah Seulawah, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh.

Selain dikenal sebagai Seulawah Agam, gunung yang memiliki tinggi 1726 mdpl ini memiliki nama-nama lain seperti, Solawa Agam, Solawaik Agam, Selawadjanten, dan Goldberg. Kawah Seulawah Agam dikenal sebagai Kawah Heutsz dan ada juga yang menyebut kawahnya sebagai Tanah Simpago

Seulawah Agam dan Seulawah Dara sebagai Kawasan Penyangga Ekosistem Leuser. suhu udara minimum 19-21 C dan maksimum 25-30 C dengan curah hujan yang berkisar 2.000 “ 2.500 mm pertahun, dengan ketinggian 1.800 meter di atas permukaan laut (Mdpl).

Berdasarkan catatan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), pada 16 dan 21 Agustus 1975 terdengar suara gemuruh dan asap keluar dari Gunung Seulawah Agam.

Kemudian pada September 2010, PVMBG juga menaikkan status Gunung Seulawah Agam menjadi waspada karena terjadi peningkatan aktivitas vulkanik, terutama kegempaan di gunung itu. Pada tanggal 4 Januari 2013, status waspada kembali dikeluarkan masih terkait dengan peningkatan aktivitas kegempaan vulkanik.

Selain aktivitas gunung merapi yang statusnya waspada pada 2013, Seulawah dihuni bermacam jenis Flora dan fauna.

Seperti gajah yang di kenal dengan legenda Pocut Meurahnya, rusa, harimau, beruang, kancil, babi hutan, tenggiling, Landak dan ular.

Juga terdapat berbagai macam jenis burung yang selalu menghiasi kawasan ini. Luasnya bukit yang terjal yang diselimuti oleh berbagai macam jenis kayu seperti meranti, copat, cemara, beramah, urip, deriam dan semantuk sehingga menjadi penyangga kehidupan bagi mahluk hidup.

Sebenarnya di Aceh, ada 6 gunung merapi yang aktif. Seulawah Agam di Aceh Besar, Peuet Sagoe di Pidie Jaya, Burni Telong di Bener Meriah, dan Gunung Jaboi di Kota Sabang, Burni Geureudong di Bener Meriah dan Gunung Gayo Lesten, lebih terkenal dengan nama Gunung Leuser, di Aceh Tenggara.

Para ahli vulkanologi sejak zaman Belanda sudah mengelompokkan gunung api yang ada di Aceh itu menjadi tiga tipe. Gunung Seulawah Agam, Peuet Sagoe, dan Burni Telong digolongkan tipe A. Artinya gunung ini aktif dan berpeluang meledak pada satu ketika.

Belajar dari sejarah Gunung Marapi di Sumatera Barat, sudah seharusnya petugas yang mengurus persoalan gunung merapi di Aceh meningkatkan kinerja. Bila Marapi di Padang meledak tanpa aba aba dan menewaskan 23 pendaki, jangan sampai sejarah kelam ini melanda Aceh.

Standard Operating Procedure (SOP) kepada para pecinta pendaki gunung harus benar-benar diterapkan. Para pendaki juga harus mematuhi aturan yang ditetapkan, jangan mengambil resiko.

Kekuatan alam, walau manusia sudah memiliki ilmu tehnologi cangggih, namun tidak semuanya mampu mendeteksi apa yang diiinginkan alam. Buktinya letusan Marapi di Sumbar, semua pihak terkecoh. Walau sebenarnya tanda-tanda itu sudah diisyaratkan alam, namun karena abai dan tidak peka, musibah ini menelan korban.

Marapi, Sumbar sudah menunjukan keperkasaanya. Tidak ada manusia yang menginginkan musibah. Namun kekuatan manusia ada batasnya, tidak mampu melawan takdir yang diluar dugaan manusia. Para pendaki Marapi misalnya, mereka tidak tahu maut mengintai mereka.

Belajar dari pengalaman ini, sebagai manusia kita bisa meminimalisir bencana, minimal dengan meningkatkan kewaspadaan, mengikuti SOP agar tidak terbuai dengan keindahan, dan mempersiapkan diri ketika dilanda bencana.

Burni Telong dan Suelawah Agam, serta Peut Sago, merupakan gunung berapi aktif di Aceh. Tidak ada yang berani menjamin gunung ini tidak meledak.

Namun sebelum semuanya terjadi, sebagai manusia kita perlu mempersiapkan diri. Belajarlah dari sejarah, jangan kita kembali menjadi korban karena melupakan sejarah. **** Bahtiar Gayo


Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda