Kisah Bos Rental Mobil: Putra Pidie yang Tewas Ditembak
Font: Ukuran: - +
Reporter : Bahtiar Gayo
Ilustrasi persewaan atau rental mobil. [Foto: Freepik/prostooleh]
DIALEKSIS.COM | Indepth - Polisi tidak memberikan pendampingan keamanan. Akhirnya tim rental mobil ini nekat melakukan pengejaran. Namun letusan senjata menghentikan langkahnya. Tubuh bersimbah darah, ada meregang nyawa.
Polisi memberikan keterangan, tapi anak korban yang ikut dalam pengejaran itu mengaku kecewa, ada penjelasan yang tidak lengkap. Ada kronologi yang tidak disampaikan Kapolda atas peristiwa berujung tewasnya pengusaha rental asal Pidie, Aceh ini.
Belum lagi penjelasan TNI AL yang menyayat hatinya. Pangkoarmada RI menyebut ada pengeroyokan terhadap tiga anggota TNI AL oleh 15 orang, dalam kasus penembakan pemilik rental mobil di rest area KM 45 Tol Jakarta-Merak.
Walau Puspomal telah mengamankan dan menetapkan tiga oknum prajurit sebagai tersangka. Namun, anak korban penembakan ini kecewa ketika disebutkan ada pengeroyokan. Susah mencari keadilan dan kebenaran di negeri ini, keluhnya.
Mengapa polisi tidak memberikan pendampingan keamanan, justru membiarkan korban melakukan pengejaran? Mengapa pihak TNI AL menyebutkan adanya pengeroyokan oleh korban? Kompolnas ikut berkomentar.
Tersangka sudah diamankan. Bagaimana kisah perjuangan pemilik rental ini. Apa motif dari penembakan? Benarkah ada mafia pencurian mobil rental? Dialeksis.com merangkumnya dalam sebuah catatan dari berbagai sumber.
Awal Kisah Maut
Ilyas Abdurrahman bin Ya'kub bersimbah darah, akhirnya menghembuskan nafas terahir, setelah peluru bersarang ditubuhnya. Bos rental mobil yang berasal dari Pidie, Aceh ini, sudah dikuburkan. Namun kisah kematiannya masih menjadi berita hangat di negeri ini.
Anak kandung korban, Rizki Agam, yang ikut bersama ayahnya dan tim dalam aksi pengejaran mobil rental ini mengisahkan bagaimana pengalamannya bersama sang ayah dan tim dalam melakukan upaya untuk mendapatkan kembali mobil miliknya yang dirental.
Rizki mengatakan bahwa kejadian ini bermula ketika mobil milik mereka disewa oleh seorang pria bernama Ajat Sudrajat dengan alasan hendak ke Sukabumi untuk menjemput mertuanya yang sakit.
Pada 1 Januari malam, pihak rental mendapat informasi bahwa GPS mobil Brio yang disewa telah diputus. “Kami langsung curiga, ini bukan hal biasa. Ada indikasi kuat mobil akan digelapkan,” ujar Rizki kepada tvOne.
Rizki bersama tujuh anggota tim rental, termasuk ayah dan tim dari rentalnya kemudian melakukan pengejaran. Rizki bersama tim rental mengejar mobil hingga berhasil menemukannya di Pandeglang, Banten.
Namun, saat hendak menarik mobil, situasi memanas. Pelaku mengaku sebagai anggota TNI AL dan menodongkan pistol ke arah ayah Rizki.
Situasi semakin memanas ketika sebuah mobil Sigra yang diduga mengawal pelaku datang dari belakang dan menabrak salah satu karyawan rental hingga terjatuh ke jalan. Meski demikian, tim rental tetap berusaha mengejar para pelaku hingga Pantai Anyer.
“Karena (pelaku) terdapat senjata api di dalam mobil tersebut. Di Pantai Anyer, mobil mereka berhenti sejenak sekitar 15 hingga 20 menit. Kami berpikir untuk meminta dampingan dari Polsek Cinangka yang posisinya sekitar 2 km dari tempat kejadian,” kata Rizki dikutip tvOne.
"Kami dikira pihak leasing, padahal kami sudah infokan bahwa itu mobil rental, mobil pribadi, dan kami bawa bukti kepemilikan lengkap, BPKB, STNK, dan kunci satu. Tapi dengan berat hati, Polsek Cinangka tidak bersedia mendampingi kami," sambungnya.
Karena ditolak, IA dan tim mengejar pelaku secara mandiri hingga ke rest area KM 45 Tol Tangerang-Merak. Aksi kejar-kejaran berakhir di Rest Area Km 45 Jayanti. Saat itu, pelaku yang berada di dalam mobil Sigra melepaskan tembakan secara brutal sebanyak lima kali ke arah tim rental.
Salah satu peluru mengenai ayah Rizki hingga tewas di tempat, sementara seorang anggota tim rental bernama Ramli mengalami luka tembak di bagian rusuk hingga bahu.
"Pelaku yang membawa mobil Brio mengaku sebagai anggota TNI AL. Senjata api yang awalnya di mobil Brio sudah berpindah ke mobil Sigra dan digunakan untuk menembak kami," ungkap Rizki.
Soal penolakan pendampingan pengamanan ini mendapat tanggapan dari Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas). Pihak Kompolnas menyayangkan penolakan laporan oleh Polsek Cinangka terkait kasus penembakan bos rental mobil.
"Saya menyayangkan, seharusnya jangan ditolak mentah-mentah," ujar Ketua Harian Kompolnas, Arif Wicaksono Sudiutomo, saat diwawancarai, Minggu (5/1/2025).
Menurut Arif, polisi seharusnya mengambil data awal dari laporan korban. Ia juga menilai, polisi harus memiliki naluri untuk menyelidiki kebenaran laporan tersebut.
"Polisi ini kan punya naluri, punya insting untuk mencari tahu benar enggak ini laporan," katanya. Arif menambahkan, Polsek Cinangka seharusnya bisa memberikan pendampingan kepada IA dan menugaskan anggotanya untuk membantu mengejar pelaku.
"Dia bisa menugaskan anggotanya untuk mengikuti pelapor," ujar Arif. Pendampingan tersebut dapat mencegah tindak pidana yang mungkin terjadi selama proses pengejaran.
"Kalau ternyata betul-betul yang dilaporkan itu sesuai apa yang disampaikan (korban) dan mau ada ancaman seperti yang disampaikan anak bos rental itu, baru polisi bisa mengambil tindakan," jelasnya.
Penjelasan Pihak Keamanan
Polda Banten buka suara soal alasan tidak ada anggota yang mendampingi korban saat hendak mengambil mobil hingga berujung penembakan bos rental di Rest Area KM 45 Tol Tangerang-Merak pada Kamis (2/1/2025) dini hari lalu.
Kapolda Banten Irjen Suyudi Ario Seto menjelaskan ketika itu Polsek Cinangka memang sempat menerima laporan dari korban Agam Muhammad Nasrudin sekitar pukul 02.30 WIB.
Suyudi menjelaskan ketika itu laporan dari korban diterima petugas piket Brigadir Dery Andriani dan Bripka Dedy Irwanto. Dalam laporannya, korban menyampaikan bahwa mobil rentalnya dibawa oleh penyewa ke arah Pandeglang dengan kondisi dua dari tiga alat pelacak dalam kondisi dimatikan.
Setelah menerima laporan itu, Suyudi mengatakan Brigadir Dery kemudian menghubungi Kapolsek Cinangka AKP Asep Iwan Kurniawan untuk meminta petunjuk lantaran korban meminta diberikan pendampingan.
Namun, sambungnya, Brigadir Dery di dalam laporannya itu menyampaikan informasi yang tidak utuh kepada Kapolsek.
Seharusnya, kata dia, Dery menyampaikan ke kapolsek telah terjadi dugaan penggelapan kendaraan yang berkaitan dengan rental penyewaan mobil. Akan tetapi, ia menyebut yang disampaikan justru terkait penarikan mobil leasing.
"Pada saat melaporkan kepada Kapolseknya, Dery ini tidak utuh melaporkannya. Seharusnya ini adalah terkait dengan rental penyewaan kendaraan yang diduga akan digelapkan. Tapi dilaporkannya leasing kepada Kapolseknya," tutur Suyudi.
"Sehingga Kapolsek ini menyampaikan kalau leasing harus ada surat dari leasing dan sebagainya diminta dokumen. Dokumen ini pun sudah disampaikan sebenarnya oleh saudara Agam. Baik itu BPKB, STNK dan kunci cadangan," imbuhnya.
Suyudi mengatakan dengan bukti yang dibawa oleh korban itu, maka seharusnya dilakukan pendampingan oleh Polsek Cinangka. Akan tetapi hal itu tidak dilakukan dengan alasan personel tidak mencukupi sehingga tidak berimbang untuk melakukan pendampingan.
"Jadi seharusnya memang anggota kita itu melakukan pendampingan. Tapi tidak dilakukan pendampingan karena anggota merasa kekuatannya sedikit," tuturnya.
"Padahal seharusnya anggota bisa melakukan permintaan tambahan dukungan ke Polres misalnya atau anggota reserse di Polsek itu sendiri. Tapi itu tidak dilakukan," sambungnya.
Atas perbuatan itulah, Suyudi mengatakan dipastikan ada aksi tidak profesional yang dilakukan oleh anggota Polsek Cinangka terhadap korban dalam laporan tersebut.
"Hasil pemeriksaan Propam di Polda Banten, telah ditemukan adanya pelanggaran perilaku tidak profesional. Karena tidak merespons laporan masyarakat yang seharusnya melakukan pendampingan," tuturnya.
Putra korban penembakan di rest area tol Tangerang-Merak, Agam, mengaku kecewa mendengar penjelasan dari Kapolda Banten Irjen Suyudi Ario Seto saat konferensi pers di Markas Koarmada RI, Jakarta Pusat, Senin (6/1/2025).
Pasalnya, ia menilai ada kronologi yang tidak disampaikan Kapolda Banten terkait awal mula peristiwa yang berujung penembakan itu. "Sangat disayangkan sekali, tadi pernyataan dari Bapak Kapolda ya, adanya pengurangan kata.
"Jadi awal mulanya itu kita sudah ditodongkan pistol terlebih dahulu pada saat di Pandeglang," kata Agam saat ditemui di Markas Koarmada RI, usai konferensi pers, Senin.
Namun, Agam tak menyebut siapa orang yang menodongkan pistol kepadanya dan beberapa rekannya yang merupakan pihak pemilik rental mobil.
Merasa terancam karena ditodong pistol ketika hendak mengambil mobil rental miliknya, Agam bersama ayah dan rekan-rekannya pun meminta pertolongan kepada Polsek Cinangka. Namun, menurut Agam, ketika melapor terkait hal tersebut, mereka justru dianggap sebagai orang dari leasing yang akan mengambil kendaraan secara paksa.
"Karena kita mempercayakan keselamatan kita pada polisi. Nah, setelah itu pada saat kita mampir ke Polsek Cinangka, terjadilah penolakan itu, diprasangka dari petugas yang piket pada malam itu, dikira kita ini leasing," ungkap Agam.
Padahal, lanjut Agam, bukti kepemilikan kendaraan sudah diserahkan pihaknya kepada Polsek Cinangka. Namun, Polsek Cinangka disebut tetap menolak pengajuan pendampingan terhadap Agam beserta keluarga.
"(Alasan menolak pendampingan) Karena kita satu dianggap leasing dan kita belum membuat LP (laporan), padahal dari situ jelas sekali ya, ketika orang sudah ditodongkan pistol, maka ini keadaan urgent, darurat, ini sudah seseorang meminta pertolongan, tidak perlu memikirkan administrasi pembuatan LP ini sudah jelas," ujar Agam.
Dikeroyok?
Sementara itu Panglima Komando Armada (Pangkoarmada) RI Laksamana Madya Denih Hendrata menjelaskan motif prajurit TNI Angkatan Laut menembak bos rental mobil. Menurut Denih Hendrata, penembakan terhadap bos rental mobil di rest area jalan Tol KM 45 Merak-Tangerang karena dikeroyok.
Seperti dilansir Tempo.co, Pangkoarmada menyebutkan, anggotanya berinisial AA terdesak melakukan penembakan karena mengklaim dikeroyok oleh beberapa orang di lokasi kejadian.
"Seandainya dihadapkan kepada pengoroyokan, berarti, kan, sebetulnya sama-sama tidak tahu siapa yang akan mati," ujar Denih Hendrata saat konferensi pers di Koarmada, Jakarta Pusat, pada Senin (6/1/2025).
Menurut dia, bila seseorang menghadapi keadaan seperti pengeroyokan pasti akan melakukan pembelaan diri. "Nah ini yang digunakan adalah senjata api yang dibawa (anggota TNI AL)," tutur dia.
Denih mengatakan anggota TNI AL yang melakukan penembakan ini karena faktor kecepatan serta insting dari adanya pengeroyokan. "Jadi kembali lagi apalagi mungkin karena tentara juga sudah dilatih dan juga faktor kecepatan, insting dan segala macam. Karena kami sering dengar ada kill or to be killed," ucap Denih Hendrata.
Dia menjelaskan, anggota TNI AL yang terlibat itu merupakan seorang ajudan. Senjata api tersebut merupakan inventaris yang melekat dari seorang ajudan, juga bagian dari standar operasional jika atasannya mengalami ancaman.
Adanya kesalahan dalam penggunaan senjata api ini, kata Denih, lembaganya akan melakukan evaluasi. "Kami akan evaluasi bagaimana kedepan ini untuk penggunaan senjata api," ujar dia.
Penjelasan Pangkoarmada membuat Agam Muhammad Nasrudin (26), anak korban kecewa. Dia kecewa ketika disebutkan motif penembakan dilakukan anak buah diduga untuk bela diri. Agam Rizki dengan tegas membantah itu dan menyinggung sulitnya mencari keadilan di Indonesia.
"Aduh saya merasa susah banget mencari keadilan di negara ini. Karena nggak sesuai dengan fakta yang sebenarnya terjadi. Kita tidak mengeroyok. Waktu kita di rest area waktu itu dia lah yang menodongkan pistol di Saketi," ungkap dia melansir dari Tribunnews.com, Senin (6/1/2025).
"Makanya ada di video (viral) itu, 'mana pistol kamu, mana pistol kamu. Jatuhkan'. Bapak saya sebenarnya menyelamatkan untuk menghindari pistol tersebut. Ternyata dari jauh sudah dapat pengawalan, ditembaklah ayah saya dari situ. Pak Ramli kebetulan tertembak di bagian perut," sambungnya.
Rizky Agam Putra, sangat kecewa dengan penjelasan petinggi militer dan polisi soal tragedy yang merengut nyawa orang tuanya. Faktanya tidak seperti yang disampaikan Pangkoarmada. Susah mencari keadilan di negeri ini.
Demikian dengan penjelasan Kapolda Banten Irjen Suyudi Ario Seto dalam keterangan Persnya, menurut Agam Rizki ada keterangan yang tidak lengkap, sehingga membuat pihaknya merasa kecewa.
"Sangat disayangkan sekali tadi pernyataan dari Bapak Kapolda adanya pengurangan kata. Jadi awal mulanya itu tadi kita sudah ditodongkan pistol terlebih dahulu pada saat di Pandeglang," kata Rizki di lokasi yang sama.
"Maka dari itu, ketika kita sudah ditodong pistol, maka saya ini dan keluarga meminta tolong kepada siapa kalau bukan kepada polisi? Karena kita mempercayakan keselamatan kita pada Polisi," lanjutnya.
Rizki juga menangis saat menceritakan kejadian tewas ayahnya di Rest Area KM 45 Tol Merak - Tangerang pada Kamis (2/1/2025).
Ia masih ingat saat dirinya harus membuka baju untuk menutupi tubuh ayahnya yang tersungkur dan mengeluarkan darah.
"Saya buka baju, untuk menutupi darah ayah saya. Bayangkan ya anak melihat kematian orang tua pada saat sakaratul maut. Itu sangat sulit dibayangkan," ungkapnya sambil tersedu-sedu.
Bos Rental Mobil Orang Baik
Siapa bos rental mobil yang menghembuskan nafas terahir setelah tubuhnya diterjang timah panas? Dia adalah putra asli Pidie, Aceh dari kampung pedalaman yang sukses mengarungi hidup diperantauan.
Almarhum Ilyas Abdurrahman bin Ya'kub, dilahirkan di Gampong Dayah Keurako, Kemukiman Lhok Kaju, Kecamatan Indrajaya, Pidie. Sebuah desa alami yang masih dihiasi persawahan di sela sela hutan.
Seperti dilansir Media Indonesia, ayah dari korban bernama Abdurrahman sudah meninggal sekitar setahun lalu. Abdurrahman semasa hidupnya ialah seorang petani sawah dan penjual mie Aceh di Pasar Caleue, kota kecil pusat Kecamatan Indrajaya sekitar 3,5 km sebelah utara Gampong Dayah Keurako.
Kapolsek Indrajaya, Iptu Fauzie, dalam keteranganya kepada Media Indonesia, Sabtu (4/1/2025), menjelaskan, kondisi sosial Gampong Dayah Keurako tergolong kondusif dan selama ini tidak terjadi kriminal. Masyarakat sebagai besar petani padi sawah terkenal ramah dan mudah bergaul.
"Ada balai pengajian tempat nyantri putra putri setempat. Namanya Madinatuddiniyah Darul Munawwarah. Sebagian mereka mengaji siang hari sepulang sekolah dan sebagian lain pada waktu malam," tutur Fauzie.
Dikatakan Fauzie, Ilyas (almarhum) merantau ke Pulau Jawa sudah puluhan tahun, hingga berkeluarga di perantauan. Sebelumnya selama di kampung, Ilyas cukup akrab dengan sesama teman sebayanya.
Warga setempat mengenal Ilyas rajin berusaha mencari rezeki hingga jarang pulang. Sebagaimana perantau asal Kabupaten Pidie lain, Ilyas kadang pulang saat tiba Idul Fitri.
Saat pulang Lebaran, Ilyas juga sering ngopi bareng bersama teman sekolah dulu dan orang sekampungnya. Bahkan sering ia membayar kopi orang-orang sekampung. Dia dikenal baik dan mau membantu sesama.
Kini tragedi Rest Area KM 45 Tol Tangerang-Merak pada Kamis (2/1/2025) dini hari lalu telah merengut nyawanya dan seorang sahabatnya mengalami luka tembak dibagian bahu.
Dalam kasus penembakan ini pihak penyidik sudah menetapkan 4 orang sebagai tersangka, satu sipil dan 3 oknum TNI AL.
Komandan Pusat Polisi Militer Angkatan Laut (Danpuspomal) Laksamana Muda Sasmita tiga anggota TNI AL yang terlibat dalam kasus itu telah ditahan.
"Jadi anggota ini sekarang sudah ditahan di tempat kami. Dan sesuai dengan surat penahanan sudah kami terima, dan itu karena hari Sabtu (4/1) lalu anggota sudah kita amankan," kata Laksamana Muda Sasmita, dalam konferensi pers di Markas Koarmada, Jakarta, Senin (6/1/2025).
"Karena masih dalam proses lidik (penyelidikan), belum kami tetapkan (tersangka). Sekarang sudah ada tanda-tanda dan bukti, maka yang bersangkutan masuk proses penyidikan dan sudah kami tetapkan (tersangka)," ucapnya.
Namun Sasmita belum menjelaskan soal pasal yang menjerat ketiganya. Saat ini, ketiga oknum TNI AL tersebut telah ditahan selama 20 hari.
"Bukti penahanan sementara 20 hari pertama sudah ditandatangani terhitung mulai hari Sabtu (4/1), dengan ditandatanganinya penahanan, itu sudah masuk proses," tuturnya. Tiga tersangka itu Sersan Satu (Sertu) berinisial AA, Sertu RH, dan Kelasi Kepala (KLK) BA.
Bagaimana kisah selanjutnya dari tragedi meninggalnya bos rental mobil putra Pidie ini, akankah ada babak baru yang diungkapkan ke publik? Akankah kasusnya terang benderang, tidak ditutup tutupi, kita ikuti saja bagaimana alur selanjutnya. [bg]