Tren Pesona Binaraga Menarik Minat Perempuan di Tiongkok
Font: Ukuran: - +
Ilustrasi perempuan china suka olahraga binaraga. Foto: IG/@yuanherong1229
DIALEKSIS.COM | Dunia - Semakin meluasnya minat perempuan China terhadap olahraga kekuatan seperti tinju dan angkat beban menandai pergeseran paradigma terkait konsep kecantikan. Dulu, kecantikan diukur dari kulit putih bersih, tubuh langsing, dan penampilan yang tampak awet muda. Kini, konsep kecantikan tersebut digantikan oleh citra diri yang lebih berdaya dan individualistis.
Xie Tong (29) adalah salah satu contoh yang mencerminkan tren ini. Dia menggabungkan karier di bidang keuangan dengan kegemarannya pada binaraga. Baginya, angkat beban bukan sekadar aktivitas fisik, tetapi juga merupakan pembebasan dari ekspektasi sosial yang selama ini membelenggu.
"Dulu, saya berolahraga untuk memenuhi standar kecantikan orang lain, berusaha menjadi lebih kurus sebagai bentuk hukuman pada diri sendiri. Itu adalah sesuatu yang dipaksakan. Sekarang, saya tidak melakukannya untuk orang lain. Saya tidak merasa terbebani oleh norma sosial atau impian menjadi 'perempuan cantik'," ujarnya, seperti yang dikutip oleh VOA Indonesia.
Xie Tong bukanlah satu-satunya yang mengalami perubahan ini. Di China, semakin banyak perempuan yang memiliki waktu dan sumber daya untuk mengejar olahraga seperti tinju dan angkat beban, yang dulunya dianggap sebagai olahraga yang lebih cocok bagi laki-laki. Mereka menantang konsep tradisional bahwa kecantikan hanya sebatas tubuh langsing, kulit putih, dan penampilan yang awet muda.
Tren ini juga terlihat di platform media sosial China seperti Xiaohongshu, yang bisa diibaratkan sebagai versi China dari Instagram. Tagar seperti "binaragawan perempuan" dan "perempuan berotot" telah mendapatkan perhatian dari ratusan juta pengguna.
Di pusat Kota Beijing, pelatih dan pemilik sasana tinju yang dikenal dengan julukan A-Nan melaporkan peningkatan jumlah perempuan yang bergabung dalam latihan tinju. Menurutnya, para perempuan ini menikmati tantangan yang diberikan oleh olahraga ini, sama seperti tantangan dalam kehidupan sehari-hari.
Meskipun binaraga profesional untuk perempuan telah ada sejak tahun 1996, namun partisipasi perempuan dalam olahraga tersebut belum sepenuhnya diterima oleh masyarakat. Bahkan, seringkali peserta perempuan dijuluki sebagai "King Kong Barbie". Namun, Wu Xiaoying, seorang sosiolog dan pakar dalam studi gender, meyakini bahwa preferensi estetika perempuan semakin beragam.
"Dulu, pandangan estetika lebih dipengaruhi oleh pandangan laki-laki, dengan keinginan untuk memiliki penampilan yang ramping, kulit putih, dan feminin. Namun, sekarang semakin banyak perempuan yang lebih memilih penampilan yang netral gender. Hal ini menandakan diversifikasi pandangan estetika di China dalam beberapa tahun terakhir, yang merupakan perkembangan positif," jelasnya.