Beranda / Gaya Hidup / Tantangan Gaya Hidup Sehat Anak Muda Aceh di Era Modern

Tantangan Gaya Hidup Sehat Anak Muda Aceh di Era Modern

Minggu, 25 Agustus 2024 22:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Naufal Habibi

Muhammad Yosa Rizal, Area Marketing Nutrifood Indonesia menyampaikan materi dalam edukasi yang dilakukan oleh Nutrifood bertajuk ”Eat Well, Live Well: Your Guide to Mindful Eating” di Banda Aceh, Sabtu (24/8/2024). [Foto: Naufal Habibi/dialeksis.com]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Perubahan gaya hidup masyarakat di era modern, terutama di kalangan milenial dan generasi Z, kini menghadapi tantangan besar dalam menjaga kesehatan. 

Muhammad Yosa Rizal, Area Marketing Nutrifood Indonesia, mengungkapkan berbagai aspek yang mempengaruhi pola makan dan kesehatan masyarakat saat ini. 

Yosa menyoroti bagaimana kemudahan teknologi dan beragamnya jenis makanan mempengaruhi kebiasaan makan yang akhirnya dapat berdampak pada kesehatan, khususnya obesitas.

Hal ini disampaikan dalam edukasi yang dilakukan oleh Nutrifood bertajuk ”Eat Well, Live Well: Your Guide to Mindful Eating” di Banda Aceh, Sabtu (24/8/2024).

"Di zaman sekarang, kita hidup di era di mana Food & Beverage (F&B) berkembang pesat dengan beragam jenis makanan yang tersedia. Ini mempermudah kita dalam mendapatkan apa yang kita inginkan, tetapi sayangnya, juga membuat kita sering kali tidak mengontrol asupan makanan yang masuk ke dalam tubuh," ujar Yosa.

Kemudahan teknologi juga disebutkan Yosa sebagai salah satu faktor yang mendorong masyarakat menjadi lebih malas bergerak. 

Dengan adanya berbagai aplikasi pemesanan makanan online, orang cenderung lebih memilih untuk memesan makanan daripada memasaknya sendiri. Kemudahan teknologi membuat kita jadi lebih sering memesan makanan secara online. 

"Hal ini terjadi terutama di kota-kota besar di mana kemacetan menjadi alasan utama orang lebih memilih untuk memesan daripada pergi keluar rumah," jelasnya.

Yosa juga menyoroti bagaimana visual makanan yang menarik dapat mempengaruhi keputusan dalam memilih makanan, sering kali tanpa mempertimbangkan kandungan gula, garam, atau lemak yang terkandung di dalamnya.

 "Kita adalah makhluk visual. Ketika melihat gambar makanan yang berwarna-warni dan menarik, sering kali kita langsung tergoda untuk membelinya tanpa memikirkan kandungan nutrisi di dalamnya," kata Yosa.

Dalam konteks Banda Aceh, Yosa mencatat bahwa masyarakat mungkin lebih cenderung membeli makanan secara langsung daripada memesan online, karena faktor lalu lintas yang relatif tidak sepadat kota-kota besar lainnya. 

Namun, tantangan tetap ada, terutama dalam hal pilihan makanan yang tidak sehat seperti gorengan, yang menjadi favorit banyak orang.

Obesitas, menurut Yosa, terjadi karena beberapa faktor, termasuk kurangnya konsumsi sayur dan buah, serta kebiasaan makan dengan porsi besar dalam waktu singkat. 

"Makanan yang tidak sehat, seperti gorengan dan makanan manis, sangat berpengaruh terhadap peningkatan kasus obesitas. Obesitas ini bisa terjadi ketika kita jarang makan sayur dan buah, tetapi makan dalam porsi besar dalam waktu yang singkat," paparnya.

Ia juga menekankan pentingnya sarapan pagi, yang sering kali diabaikan oleh banyak orang.

 "Banyak yang tidak suka sarapan. Padahal, sarapan adalah sumber energi pertama kita di pagi hari. Tanpa sarapan, otak kita dipaksa bekerja tanpa amunisi, yang akhirnya membuat kita mudah lelah dan tidak fokus," tambah Yosa.

Selain itu, ia juga mengingatkan bahwa kebiasaan makan yang tidak teratur, sering kali didorong oleh perasaan lapar yang berlebihan karena tidak sarapan, dapat menyebabkan kita makan berlebihan saat siang hari. 

"Ketika kita tidak sarapan, saat makan siang, kita cenderung makan dalam porsi yang lebih besar karena merasa sangat lapar. Ini adalah kebiasaan yang tidak sehat dan dapat memicu berbagai penyakit," kata Yosa.

Menurut data yang dipaparkan oleh Yosa, sekitar 80% penyakit tidak menular disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat, termasuk pola makan yang buruk.

Di Indonesia, sekitar 37,4% masyarakat mengonsumsi makanan berlemak, berkolesterol, dan gorengan lebih dari sekali per hari, sebuah angka yang cukup memprihatinkan.

"Siapa di sini yang berhasil mengurangi konsumsi gorengan?" tanyanya kepada para peserta. "Gorengan memang enak, tapi kita harus bisa membatasi konsumsinya. Jangan sampai makanan yang enak ini justru menjadi pemicu masalah kesehatan di kemudian hari," ujarnya.

Yosa mengajak masyarakat untuk mulai memerhatikan pola makan dan lebih memilih makanan sehat.

"Mulailah mengganti makanan yang tidak sehat dengan yang lebih sehat. Porsi makan harus dijaga, dan biasakan untuk sarapan setiap hari. Ini adalah langkah awal untuk menjaga kesehatan kita di tengah gempuran berbagai pilihan makanan dan kemudahan teknologi yang ada," tutupnya. [nh]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
Komentar Anda