Saingi Disneyland, Arab Saudi Bangun Taman Hiburan Raya
Font: Ukuran: - +
foto:Reuters
DIALEKSIS.COM- Arab Saudi mendiversifikasi ekonominya dari minyak, akan meluncurkan rencana membangun kota hiburan yang bertujuan untuk menarik pendapatan dari para turis dan memperbaiki citra internasionalnya.
Proyek besar yang diperkirakan akan mencapai 207 mil persegi ini akan dibangun di Qiddiya, barat daya ibukota Riyadh.
Disneyland Saudi akan bergabung dengan aliran proyek multi-miliar dolar yang merupakan bagian dari inisiatif reformasi Visi 2030. Tujuannya untuk menarik investasi, mengurangi ketergantungan ekonomi pada minyak dan menciptakan lapangan pekerjaan baru.
Media lokal, mengutip para pejabat, mengatakan bahwa nantinya kota hiburan yang luas itu akan didanai oleh Dana Investasi Publik Arab Saudi dan akan menyaingi Walt Disney. Serta akan dibuat dengan taman hiburan yang high-end, lapangan safari dan fasilitas olahraga.
Raja Salman dari Arab Saudi pun telah meluncurkan konstruksinya pada 25 April 2018 lalu, dan rencananya proyek itu akan selesai pada Tahun 2022. Kendati demikian, rincian mengenai investasi asing dan total biaya belum diungkapkan secara pasti.
Upaya rebranding nasional
Sejumlah reformasi sosial dan ekonomi sedang dilaksanakan di Arab Saudi oleh putra mahkota kerajaan berusia 32 tahun, Mohammed bin Salman. Dia mengatakan bahwa kota hiburan itu akan menjadi sebuah landmark budaya terkemuka dan pusat penting untuk memenuhi kebutuhan rekreasi, budaya dan sosial generasi mendatang di kerajaan.
"Kota ini akan menjadi, dengan kehendak Tuhan, sebuah landmark budaya terkemuka dan pusat penting untuk memenuhi kebutuhan rekreasi, budaya dan sosial generasi mendatang di kerajaan," kata Mohammed bin Salman seperti yang dilansir CNBC, Senin (30/4/2018).
Proyek-proyek lain di kerajaan itu termasuk NEOM, sebuah kota baru yang akan berfungsi sebagai pusat ekonomi dan teknologi antara Mesir, Saudi dan Yordania - investasi senilai US$ 500 miliar (Rp 6,9 triliun) yang tahap pertamanya ditetapkan selesai pada 2025.
Sebagian besar proyek utama negara itu didanai oleh dana kekayaan kedaulatannya, meskipun defisit anggaran yang terus meningkat dan harga minyak yang rendah memberi sejumlah alasan bagi pengamat untuk mempertanyakan kelayakan proyek. Negara-negara pengekspor minyak telah mencari cara untuk mengembangkan sumber pendapatan alternatif sejak kemerosotan global dalam harga minyak pada tahun 2014.
Sebelumnya minggu lalu, Arab Saudi juga telah membuka bioskop pertamanya dalam 35 tahun. Ini sebuah langkah baik ekonomi dan simbolis namun diharapkan dapat meningkatkan pengeluaran domestik untuk hiburan dan rekreasi, sementara juga menandakan sebuah gerakan menuju liberalisasi sosial yang lebih besar di negara yang sangat dikendalikan oleh hukum agama. Meski begitu, aturan-aturan Islam yang ketat tentang pemisahan gender, pakaian dan perilaku kemungkinan akan menguji batas-batas upaya reformasi baru ini. (cnbcindonesia.com)