Resiko Kanker Dipicu Pemanis Buatan, Simak Penjelasannya
Font: Ukuran: - +
Ilustrasi Kanker. shutterstock.com
DIALEKSIS.COM | Gayahidup - Penyakit kanker terkenal sulit diobati karena kemampuannya untuk menyebar tak ada bandingannya. Namun, dengan meningkatkan kesadaran akan pemicunya, para peneliti yakin penyakit ini bisa dihindari.
Sayangnya, beberapa produk yang diklaim dapat meningkatkan kesehatan justru dapat memicu peradangan yang terkait dengan kanker. Menurut hasil penelitian terbaru, bahkan pemanis buatan tertentu dapat menjadi faktor risiko kanker.
Seperti diketahui, gula dikenal dapat menimbulkan risiko kesehatan jika dikonsumsi berlebihan. Jadi, pemanis buatan diciptakan untuk mencegahnya. Alternatif sintesis telah lama dianggap sebagai bagian dari diet sehat. Karena itu, kerap direkomendasikan untuk penderita diabetes.
Namun, sebuah badan penelitian baru-baru ini telah mengaitkan pemanis buatan dengan kanker. Studi baru yang dilakukan oleh Sorbonne Paris Nord University, Prancis, mengatakan bahwa pemanis buatan, khususnya aspartam, dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker.
Untuk mengevaluasi karsinogenisitas dalam pemanis buatan, para peneliti melihat data pada lebih dari 102 ribu orang dewasa di Prancis. Data mengenai asupan pemanis buatan peserta dikumpulkan menggunakan catatan diet 24 jam.
Dengan melihat informasi diagnosis selama masa tindak lanjut penelitian, para peneliti dapat melakukan analisis statistik untuk menyelidiki hubungan antara asupan pemanis buatan dengan risiko kanker.
Temuan mengungkapkan, peserta yang mengonsumsi pemanis buatan dalam jumlah yang besar seperti aspartam dan acesulfame-L, memilki risiko lebih tinggi terkena kanker secara keseluruhan dibandingkan dengan yang tidak mengonsumsinya. Risiko yang lebih tinggi diamati untuk kanker payudara dan kanker terkait obesitas.
"Temuan kami tidak mendukung penggunaan pemanis buatan sebagai alternatif yang aman untuk gula dalam makanan atau minuman dan memberikan kontroversi baru dan penting tentang potensi efek kesehatan yang merugikan," kata para penulis penelitian, dilansir dari laman Express, Sabtu, 26 Maret 2022.
"Sementara hasil ini perlu direplikasi dalam kohort skala besar lainnya dan mekanisme mendasar yang diklarifikasi oleh studi eksperimental, mereka memberikan wawasan penting dan baru untuk evaluasi ulang berkelanjutan pemanis aditif makanan oleh European Food Author dan lembaga kesehatan lainnya secara global," tambah mereka.
Ketika dipecah di usus, pemanis buatan tersebut dapat mengganggu proses yang penting untuk menetralkan racun berbahaya dari bakteri yang hidup di sana. Demikian menurut hasil penelitian sebelumnya.
Hal ini dapat menyebabkan penumpukan racun berbahaya yang pada gilirannya dapat menyebabkan peradangan tingkat rendah dan pada akhirnya menyebabkan penyakit kronis.
Namun, hasil temuan ini tidak dapat mengonfirmasi hubungan sebab akibat antara pemanis buatan dengan kanker. Otoritas Keamanan Makanan Eropa mengatakan, pemanis buatan aman bila dikonsumsi sesuai dosis harian.
"Untuk aspartam, batas harian sama dengan 12 kaleng diet pop," kata badan kesehatan itu [viva.co.id].